Gina tak tau perasaan apa yang harus ia rasakan saat ini. Aldo datang dengan sendirinya. Menemuinya di perpustakaan sekolah yang saat ini cukup sepi. Tatapannya seperti biasa, tak lagi ada kemarahan di wajah cowo itu. Namun gina tau, di balik tatapan itu terdapat cairan bening yang sengaja lelaki itu tahan agar tidak tumpah di hadapannya.
"Aldo, kamu kenapa?" Tanya gina cemas melihat kondisi Aldo yang terlihat lemah.
Bukannya menjawab, Aldo langsung memeluk gina cepat. Hingga gina terlonjak kaget menerima perlakuan aneh itu.
Pengunjung perpustakaan memperhatikan mereka yang tengah berpelukan di tempat umum. Tapi sedetik kemudian, merek tak memperdulikan kejadian itu.
Lutfan membatu melihat gina berpelukan dengan aldo. Di tempat umum, di tonton, dan di hadapannya. Hati lutfan bagai tercabik-cabik melihat adegan seperti itu.
Niatnya sengaja pergi ke kantin untuk membelikan gina sebotol Aqua. Namun saat ia kembali ke perpus, malah adegan seperti ini yang ia lihat. Lutfan berlari meninggalkan ruangan itu dengan rasa kesal, marah, dan cemburu tentunya.
"Lepas do" paksa gina sambil terus mencoba melepaskan pelukan Aldo yang sangat erat "malu, ini tempat umum" lanjutnya.
"Gin, maaf" satu kalimat itu muncul dari bibir Aldo yang sedari tadi diam.
"Iya aku maafin. Lepas" Aldo melonggarkan pelukannya.
"Aldo. Aku yang seharusnya minta maaf. Aku salah karena gak jujur sama kamu dari awal"
"Gin, aku minta maaf bukan karena sikap aku yang kemarin. Tapi aku minta maaf, karena aku masih gak rela melepas kamu untuk orang lain"
"Aku bukan milik kamu. Jauhi perasaan kamu ke aku. Kita cuma sahabat. Gak boleh lebih"
"Gak bisa gin. Mau belok kemanapun, hati aku gak bisa berpaling dari kamu. Aku sudah coba" elak Aldo yang gini memegang tangan gina, meyakinkan wanita itu agar percaya padanya.
"Kamu gila do. Aku itu istri orang, bisa-bisanya kamu ngomong gitu. Baru beberapa detik yang lalu kamu minta maaf" gina menarik paksa tangannya kembali. Membuat hentakan kecil dari aldo.
"Gin, aku janji akan bahagiain kamu kalau kamu sama aku. Aku janji akan penuhi semua keinginan kamu. Please pilih aku"
Gina melotot tak percaya. Tak habis pikir dengan jalan pikir Aldo yang sangat pendek itu "aldo! Gimana aku bisa memilih kalau aku gak ada pilihan lain selain bersama lutfan. Jangan gila kamu. Aku sama kamu itu gak lebih dari sekedar teman. Sedangkan aku sama lutfan punya hubungan spesial. Kita gak akan terpisahkan. Kamu gak bisa seenaknya ngomong gitu do. Aku sakit hati" gina menangis, memperlihatkan air matanya di hadapan Aldo, ia menyeka nya sendiri. Lalu berlari meninggalkan Aldo yang kini terlihat seperti sangat terobsesi padanya.
"Gin" panggil Aldo yang saat ini mematung melihat gina menangis karena nya. Dan untuk kesekian kalinya.
***
Lutfan menendang kerikil-kerikil kecil yang berada di taman. Ia mencoba menghilangkan rasa kesal dan amarah nya dengan tidak melukai dirinya sendiri.
"Ngapain?" Tanya seseorang di belakang lutfan. Lutfan kira, itu gina. Tadinya ia akan langsung mengintrogasi gadis itu tentang pelukan tadi. Tapi ternyata itu bukan gina, melainkan sari.
Lutfan menatap malas sari yang mengikutinya hingga ke taman "elo yang ngapain?"
"Lagi nanya"
"Maksudnya, ngapain ngikutin gue"
"Karena aku tahu. Hati kamu cuma kesasar masuk ke hati si pelakor itu. Aku paham betul kalau kamu masih sayang sama aku. Maka dari itu aku selalu ikuti kamu kemanapun kamu pergi"
"Cewek gila" lutfan tak menggubris sari yang mencoba merayunya seperti pertama mereka bertemu. Kali ini ia malah illfeel pada cewek itu. Mulai dari cara penampilan sampai dandanannya menjadi seperti dulu. Mungkin inilah sosok asli sari.
Gina terdiam melihat lutfan yang tampak akrab dengan sari. Apa mereka menjalin hubungan kembali dengan sari tanpa sepengetahuannya.
"Jadi ini alasan kamu ingin keluar sebentar?" Gumam gina kecewa, ia tersenyum miris merasa seperti selalu di permainkan dengan cowok itu.
Senin, 31 Mei 2020
11.00
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Teen FictionIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...