11. Kasar

401 13 2
                                    

Happy reading💙

Mobil lutfan terparkir di rumah yang sederhana namun terlihat rapi. Lutfan turun dari mobil nya dan memandang horor rumah yang ia lihat saat ini.

"Apa gak nyasar? Ini benar rumahnya?" Tanya lutfan pada diri sendiri.

Seakan dirinya percaya bahwa itu rumah gina, istrinya! Ia pun melangkah maju hingga berada di depan pintu rumah itu. Lutfan mengetuk pintu dan sedikit menunggu lama pintu di bukakan oleh pemiliknya.

"Assalamualaikum" salam lutfan seraya mengetuk pintu, untuk kesekian kalinya!

"Waalaikum salam, tunggu bentar"

"Ish lama banget sih, dasar ga on time" kesal lutfan, tak sengaja yang di dalam mendengar gerutuan itu. Gina jadi tidak enak telah membuat orang menunggu.

Tak lama pintu terbuka, menampakkan sesosok perempuan dengan rambut panjang yang saat ini sedang berdiri di hadapan lutfan, menatapnya.

"Maaf lama" ucap gina merasa bersalah.

Lutfan menarik tas yang di jinjing gina dengan sedikit kasar, gina terlonjak kaget karena perlakuan barusan "eh"

"Aku bantuin" ujar lutfan singkat. Lalu membawa tas yang lain dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Ibu, ayah, gina berangkat ya" pamit gina.

"Iya sayang, hati-hati di rumah barunya ya. Ingat! Jangan ngelawan sama suami" galih berucap. Menasehati anaknya yang sangat ia sayangi itu.

Lutfan iri melihatnya. Keluarga sederhana, meskipun rumah kecil, dan tampak tidak layak. Namun mereka seakan bahagia dan nampak bersyukur. Jauh berbeda dengan keluarga nya yang jarang berkumpul setiap saat.

"Nak lutfan, saya titip anak saya ya gina! Tolong jaga dia" galih menatap lutfan dengan perasaan khawatir, khawatir dengan anaknya yang akan ia berikan pada lutfan.

"Iya yah. Ngomong-ngomong panggil aku lutfan aja yah, gausah pake nak. Lutfan jadi gak enak" ucap lutfan, ia sedikit tidak nyaman dengan panggilan nya itu.

"Baiklah"

Gina memeluk Ita, ibunya yang sangat baik dan sayang padanya. "Bu, gina berangkat ya"

"Iya sayang, jangan lupa! Kamu harus resine kerja"

"Iya Bu, gina gak akan lupa"

"Assalamu'alikum" ucap Gina dan lutfan bersamaan, lalu mencium tangan orang tua Gina. Setelah itu mereka masuk ke dalam mobil. Galih dan ita menatap kepergian anaknya yang kian menjauh dari halaman rumahnya.

"Sudah Bu, jangan nangis! Kebahagiaan anak kita mungkin memang dari situ jalan nya" ucap galih menenangkan, ia tahu betul istrinya itu mengkhawatirkan gina.

"Iya yah" balas Ita dengan senyum getir, meskipun batin seorang ibu kuat. Namun Ita menampik pikiran buruk tentang anaknya itu.

***

"Ini serius rumah kita?" Tanya gina takjub, benar-benar di luar dugaan. Rumah barunya itu nampak besar bahkan 5x lebih besar dari rumahnya. Ia jadi bimbang masuk tidak ya masuk tidak ya!

"Lebay banget kamu. Ini rumah aku bukan rumah kamu! Ingat" ucap lutfan kasar, lalu memasuki pekarangan rumah terlebih dahulu, meninggalkan gina seorang diri.

Gina menunduk, ia sadar diri. Ia menyesal! Harusnya dirinya tidak berucap seperti itu tadi.

Tidak ingin terlalu lama tenggelam dengan kesedihan, gina pun buru-buru menyusul lutfan yang sedikit menjauh darinya. Ini rumah baru, di tambah luas dan besar. Ia takut nyasar. Memang lebay, benar kata lutfan!

"Di mana kamar aku?" Tanya gina saat memasuki rumah, sebelumnya ia menutup pintu terlebih dahulu.

"Kamar kamu? Kamu gak punya kamar"

"Serius? Terus aku tidur di mana?" Tanya gina kaget, lucu! Batin lutfan.

"Iya, kamu numpang di kamar aku"

"Masa sih, ini rumah kan luas. Masa, aku gak di kasih kamar"

"Berisik banget sih! Bawel! Aku gak suka" mulai lah kalimat kasarnya, gina langsung bungkam. Tidak ingin membuat suasana semakin panas.

"Maaf" ucap gina, lutfan menghela napas jengah. Mungkin kedepannya ia akan sering mendengar kata maaf dari wanita satu itu.

"Udah ya, aku mau ke sana" gina menunjuk sebuah kamar, lalu berjalan santai meninggalkan lutfan.

"Heh heh! Mau kemana kamu?" Tanya lutfan setengah berteriak! Kebiasaan buruknya, sering berteriak. Sedangkan gina tidak terbiasa berbicara nada tinggi.

"Kenapa?"

"Kamar kamu tuh di sana, sama aku" lutfan menunjuk sebuah kamar, di atas.

"Gak mau, aku gak mau sekamar sama cowok" ucap gina menolak. Membuat lutfan geram dan buru-buru menghampiri gina.

"Belum apa-apa kamu kok sudah melawan hah" teriak lutfan seraya menjambak rambut gina. Gina menahan lengan lutfan yang semakin kencang menjambaknya.

"Auws sakit pan, sakit" jerit gina, ia hampir menangis. Namun lutfan sudah terburu melepaskan jambakanya.

"Nurut sama suami, dan kamu gak akan dapat perlakuan gitu" ucap lutfan ketus. Lalu meninggalkan gina seorang diri.

Gina menatap kepergian lutfan. Ia sedih, mendapatkan perlakuan seperti barusan "belum apa-apa udah kena Jambak. Gimana besok"

"Ibu ayah, gina gak betah! Gina mau pulang" batin gina purau, ia ingin menangis. Tapi ia tahan!

"Sabar! Cuma itu kuncinya gin" batin gina menguatkan.

Gina menyusul lutfan yang sudah di atas, ia sedikit bingung karena banyak ruangan di atas. Namun terdapat pintu yang terbuka, ia yakin lutfan disitu. Dan benar saja! Lutfan tengah merapikan bajunya yang berada di koper dan memasukkannya ke dalam lemari yang masih kosong.

visual lutfan

Perlu di ingat kalau aku gak maksa kalian yang gak suka sama visual nya, kalian bebas ngarang di dalam otak kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlu di ingat kalau aku gak maksa kalian yang gak suka sama visual nya, kalian bebas ngarang di dalam otak kalian. Yang penting kalian happy.

Votment nya gais
Muah muah muah

you are everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang