3. Obat

494 17 1
                                    

Lutfan terhenti di suatu tempat. Di mana tempat ini adalah tempat langganan dirinya, tempat di mana teman-teman serta orang tuanya sendiri pun tidak tahu. Danau kering. Ya! Lutfan memang sering kesini, danau yang sudah dangkal namun airnya tetap jernih untuk di lihat, tidak kumuh dan bau seperti danau yang tidak terurus. Ia berjongkok, menatapi air danau yang terlihat tenang. Tanpa ada siapapun yang melihat, karena tempat ini sangat sepi dari pengunjung. Mungkin orang beranggapan danau ini tidak enak dipandang, namun bagi lutfan danau ini sangat spesial. Karena bisa membuatnya tenang sama seperti keadaan air nya.

Ting!

Lutfan mengeluarkan handphone nya saat notif WA terdengar, ia pun segera membaca pesan itu karena siapa tau itu penting.

Papah : datanglah ke rumah sakit tanggal 24 besok. Kalau tidak berarti kamu memang ingin papah benar-benar pergi

"Ish, papah tuh mau nya apa sih. Apa iya papah benar-benar ingin gue menikah?" Ucapnya berbicara sendiri. Ia frustasi sendiri. Apakah memang seperti ini jalan hidupnya.

"Tapi bagaimana dengan sari, dia wanita yang sangat gue cintai"

"Aaaarrrggghhhhh" teriaknya. Bingung karena harus apa dirinya sekarang.

***

Sore tiba, namun lutfan belum pulang dari danau itu. Bahkan ia melaksanakan solat ashar pun di dekat danau. Lutfan sendiri pun bingung dengan perasaannya mengapa ia bisa begini.

"Apa gue tidur sini aja ya"

"Tapi mana betah tanpa alas, mana masih berseragam"

Bunyi telpon menyadarkannya dari posisi melamunnya. Ia pun mengangkat telpon itu dan mendengarkan seseorang di luar sana berbicara. "Assalamu'alikum halo lutfan" sapa seseorang dia sebrang sana.

"Waalaikum salam, kenapa mah" dan ternyata orang itu adalah lina

"Kamu dimana? Bibi bilang kamu belum pulang?"

"Mamah ga usah khawatir, bentar lagi lutfan pulang"

"Baiklah, jangan terlalu sore lutfan"

"Iya mah lutfan janji"

"Yasudah nak, Jaga kesehatan. Jangan lupa makan, mamah tidak pulang kerumah hari ini karena papah mu Kristis"

"Apa? Papah kritis mah?" Kaget lutfan, mendadak ia khawatir dengan keadaan papahnya itu. Namun ia yakin jika kembali kerumah sakit dirinya akan di usir lagi, ia tidak ingin membuat papahnya semakin kecewa untuk saat ini.

"Kamu tidak usah khawatir, dokter sudah menangani papah mu. Sekarang kamu pulang, mandi dan solat magrib! Mamah berjaga di rumah sakit, jadi kamu dirumah sama bi Minah aja"

"Iya mah, jaga papah baik-baik ya mah. Kalau ada sesuatu telpon lutfan"

"Iya, sudah dulu telponannya. Assalamualaikum"

"Waalaikum salam", lutfan mematikan telpon sepihak dan memasukkannya ke dalam tas. Ia berjalan ke arah motornya dan melajukan motornya pulang ke rumah.

***

"Assalamualaikum" salam lutfan ketika sampai dirumahnya.

"Waalaikum salam, eh den lutfan. Masuk den"

"Makasih bi, bi lutfan minta tolong rebusin air untuk mandi lutfan ya bi. Hari ini lutfan sedikit meriang jadi gak kuat air dingin"

"Iya siap den, den lutfan kenapa? Sakit"

"Gak papa ko bi, lutfan cuma kecapean saja"

"Apa den lutfan perlu obat, bibi ambilkan sekalian"

"Boleh bi, obat sakit kepala saja ya bi"

"Oke siap den"

"Oke makasih ya bi, lutfan tunggu di atas"

"Iya den" Bi Marni pun langsung menuju dapur untuk menyiapkan air panas untuk mandi lutfan juga obat sakit kepala. Sekalian ia pun menyiapkan makan malam karena bi Mirna yakin lutfan belum makan siang.

Lutfan yang sudah sampai di kamarnya pun langsung menyimpan tas di kursi belajar nya, dan membaringkan tubuhnya di kasur dengan telentang. Di saat itu pun ia membayangkan kembali setiap ucapan yang di lontarkan oleh papahnya. Ucapannya yang ingin sekali ia menikah.

"Siapa kira-kira orang yang ingin papah jodohkan denganku?" Lutfan bertanya dengan diri sendiri.

"Jika dengan sari tentu aku tidak akan menolak" ucapnya terkekeh geli dengan bayangannya sendiri bahwa sari lah yang akan di jodohkan dengannya.

"Pah, maafin lutfan karena sudah buat papah kecewa sama lutfan. Lutfan sayang papah, tapi lutfan juta sayang dengan masa depan lutfan"

Tok tok tok

"Masuk"

Tidak lama bi Mirna datang membawakan nampan berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya. Bi Mirna juga membawakan obat yang lutfan minta.

"Sebelum makan de lutfan boleh mandi dulu den, air nya sudah siap"

"Iya Bi, Terimakasih bi"

"Sama-sama den, bibi lanjut ke dapur lagi ya, kalau butuh sesuatu panggil saja ya den"

"Iya bi" bi Mirna pun keluar dari kamar lutfan dan membiarkan lutfan sendiri. Tidak lama lutfan meraih handuk yang menggantung dan berjalan ke arah kamar mandi untuk melakukan ritualnya yaitu mandi.

Setelah mandi, solat, dan makan, lutfan meminum obat sakit kepala yang ia pesan tadi kepada Bi Mirna. Setidaknya obat sakit kepalanya ini bisa mengurangi rasa sakit yang ia rasakan. Lutfan membuka bukunya dan mengecek ada pr apa saja untuk besok.

Lutfan belajar sangat fokus, saking fokusnya ia tidak mendengar telpon masuk. Mungkin karena lutfan yang tidak ngeh ditambah letak handphone yang cukup jauh dan disimpan di tas, sehingga tidak terlalu terdengar di kuping nya.

Gantung ya gais ceritanya?
Hehe sengaja karena aku gak mau bikin cerita lebih dari 800 kata karena takut ngebosenin kalian hehe.

you are everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang