Happy reading 💙
Sudah seminggu gina tak berkomunikasi dengan lutfan, mereka benar-benar seperti orang yang tidak saling mengenal meski sekelas.
Begitupun dengan aldo, setiap kali gina berjalan menuju tempat duduknya dan ketika matanya tak sengaja bertemu, Aldo menatap nya dengan tatapan sinis. Hal itu mampu membuat gina semakin tenggelam dalam kesenduannya.
Perhatian Aldo sudah tak ia lihat lagi. Senyum manisnya, cara pandangnya, semua seakan sirna. Apa ini akan menjadi akhir dari persahabatannya? Jika iya, apa boleh ia menyalahkan orang lain? Tidak ada yang ingin mengambil jalan sepahit ini. Namun, kenyataan membuat kita tersadar akan takdir yang sudah di tetapkan Tuhan.
Boleh kah ia mengeluh? Rasanya sangat letih terlihat tegar di hadapan orang lain.
Ia duduk di tempatnya dan menunduk sedih. Lutfan sedari tadi memperhatikan. Sudah jelas tercetak kesedihan di raut mukanya. "Aku tak melihat lagi ada sinar matahari yang menyilaukan di wajahmu" gumamnya yang kini sudah sangat rindu pada gina. Gadis itu masih belum mau menerima kehadirannya untuk saat ini.
Tatapan Aldo tak sama dengan perasaannya. Ia kecewa, marah, kesal, dan, rindu! Rindu dengan sosok gina yang asik dan ceria. Ia menoleh ke belakang saat salah satu teman sekelasnya sedang bertanya pr pada gina. Ia merespon mereka dengan baik dan tak meninggalkan senyumannya, meski bagi aldo itu terlihat hambar untuk di tampilkan kepada semua orang "bahkan aku dapat melihat kesedihannya di balik senyum nya" Aldo menatap gina sendu, cukup rindu tak bertegur sapa pada orang yang selalu mengganggu pikirannya, hati, dan perasaannya.
***
Lutfan melamun di ruang tivi, biasanya ia selalu di temani Gina yang biasanya ia sedang di dapur endah sedang apa.
Kini ia sudah benar-benar yakin, bahwa ia sudah jatuh cinta pada Gina. Kehadiran sari yang datang mendadak membuatnya semakin naik pitam. Tak sengaja ia melampiaskan semuanya pada wanita itu. Biarlah, ia sudah tak peduli sari mengemis padanya seperti awal mereka bertemu. Ia sudah tak memiliki perasaan apalagi saat ia tau gina pernah menjadi korban bullyannya beberapa pekan terakhir ini.
Drrt drrt
Lutfan mengambil malas benda pipih di meja, tertera nomor tak di kenal di sana. Meski malas ia tetap menekan tombol hijau ke atas.
"Hallo"
"Hallo bang, apa kabar? Letsfi kangen" ucapnya membalas sapaan. Lutfan kenal suara itu, seorang wanita yang ia rindukan juga setelah gina.
"Abang juga kangen" sahut lutfan tak kalah semangat, ia hanya tak ingin terdengar nada kesedihannya di hadapan letsfi apalagi ia akan mendekati ujian. Takut-takut menambah beban bocah itu.
"Cih yang nikah muda. Sampai gak inget adek muda" sindirnya di balik telpon
"Hahaha, Abang kan nikah dadakan dek"
"Bang letfsi nyesel gak datang, abis kenapa sih pake dadakan segala tahu bukan padahal" kesalnya di balik telpon lalu dibalas kekehan oleh lutfan
"Ihh Abang tolongin letsfi" pintanya
"Apa sayang"
"Letfsi gak betah mondok! Keluarin letfsi dari sini" rengek nya
"Loh kenapa? Udah mau lulus kok baru ngeluh gak betah"
"Iya memang awal kelas 1 dan 2 SMP aku betah malah seneng. Tapi semua teman ku pada pindah bang! Dia gak kuat mondok katanya. Tinggal satu teman aku, tapi dia berubah jadi jorok, udah gitu masa kompor-komporin aku biar gak mandi sih bang! Pernah tuh bang aku lagi mandi air keran tiba-tiba mati dan ada suara orang ngetawain, pas aku intip ternyata teman aku bang! Ih dia ngeselin banget sekarang" curhatnya di balik telpon.
Lutfan terkekeh mendengar penuturan letsfi yang lumayan menarik perhatiannya untuk tersenyum, letsfi datang di saat yang tepat. Membuatnya sedikit terhibur dan bisa melupakan sejenak masalahnya.
"Tunggu tunggu, di pesantren kan peraturannya gak boleh pegang hp" lutfan terheran-heran.
"Iya bang ini aja letsfi nyogok ke tukang parkir biar bisa hubungin Abang. Letsfi kangen sama Abang"
Lutfan tersenyum mendengar kerinduan adiknya itu padanya "Abang juga kangen"
"Tunggu letsfi pulang ya bang, 3 bulan lagi letfsi lulus dan mau minta papah sekolahin letsfi di sekolah Abang. Biar kita satu sekolah" ucapnya antusias.
"Iya iya sayang"
"Bang, letsfi mau ngobrol dong sama pacar eh istri bang lutfan maksud nya" pinta letsfi semangat namun di balas sentakan kaget yang tak di ketahui letsfi
"Bang?hallo" terdengar teriakan letsfi hingga menyadarkan lutfan yang tengah bengong
"Eh iya fi"
Saat lutfan ingin mencari alasan tiba-tiba letsfi berteriak di telpon
"BANG! TOLONG LETSFI BANG" teriaknya Hinga membuat lutfan panik di tempat.
"Kenapa?" Tanyanya cemas.
"Teman letsfi teriak manggil letsfi bang! Pasti dia mau ngajak bolos lagi bang" rengek nya, terdengar suara seseorang dengan cemprengnya berteriak mencari letfsi di seberang sana.
"Jangan mau" ucap lutfan tegas.
"Iya bang, udah dulu ya letsfi mau ngumpet! Nanti letsfi telpon lagi bay" letfsi memutuskan telpon sepihak, lutfan hanya menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah adiknya.
Tiba-tiba kesedihan mendatanginya lagi, ternyata senyumnya memudar saat memikirkan gina yang sendiri di sana. Sedang apa dia di sana? Apa mungkin gadis itu bisa tersenyum dirumahnya? Apa kah gadis itu merindukannya sama seperti dirinya? Atau malah sebaliknya?
Rasanya ingin sekali ia menelpon gadis itu.
Selasa, 28 April 2020
16.00Vote comment jgn pelit" dong gais!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Teen FictionIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...