Lutfan masuk kerumahnya, ia sangat lelah hari ini. Hari Minggu yang tidak menyenangkan, hari Minggu yang sangat mainstream, hari Minggu yang sangat sangat sangat ia sesali.
"Eh den lutfan, sudah pulang den" ucap bi Marni dengan gaya yang di baik-baikin.
Lutfan tau Bi Marni sedang berusaha mengembalikkan mood nya, tapi kali ini pembantunya itu tidak akan berhasil, ia akan berpura-pura marah pada bi Marni "kaya ada yang ngomong" ucap lutfan sambil memandang lain arah, pura-pura cuek.
"Iya yah, bibi jadi takut den" Bu Marni membalas ucapan lutfan dengan ciri khas nya
"Wuahhh ngantuk" ucap lutfan seraya menutup mulutnya memperagakan seperti sedang mengantuk.
"Wuuahh bibi juga" ucap bi Marni meniru gaya lutfan.
"Tidur ahh" lutfan beranjak dan berjalan menuju kamar nya, saat itu juga bi Marni menyadari bahwa lutfan menghindar darinya. Padahal ia sangat ingin bertanya, namun majikannya itu malah terlihat menghindarinya.
"Aissh si Aden teh, tunggu atuh den" panggil bi Marni yang tak di hiraukan oleh lutfan, ia masih berpura-pura marah dan pura-pura mengantuk.
"Den lutfan" bi Marni mengejar lutfan, sampai di depan kamar nya. Namun saat lutfan ingin menutup pintu, bi Marni mendahulukan tangannya hingga lutfan tidak jadi menutup pintu.
"Kenapa ya?" Tanya lutfan pura-pura baik.
"Ihh si Aden teh"
"Den sini den" Bi Marni menarik lengan lutfan masuk ke kamar lutfan, lutfan hanya mengikuti dengan langkah lemas. Ia sudah dapat menduga pembantunya ini pasti jika tidak ceramah maka akan bertanya, namun arahnya masih sama. Menceramahi nya.
"Kenapa lagi sih bi, gatau ya kalau lutfan capek" ujar lutfan dengan nada bicara yang sudah normal kembali.
"Bentar aja den, bibi cuma mau tanya" bi Marni membawa lutfan duduk di tepi kursi lalu menatap majikan nya itu.
"Gimana tadi den"
"Lancar"
"Alhamdulillah. Sekarang istri den lutfan mana?" Tanya bi Marni penasaran.
"Ada"
"Iya dimana? Kenapa gak di ajak ke sini" tanya bi Marni dengan geram karena jawabannya itu sangat tidak puas sehingga menyebabkan dirinya banyak tanya.
"Dia kan punya rumah bi"
"Ya tapi kan.." ucapan bi Marni menggantung karena lutfan sudah memotongnya "udah ya bi Marni yang cantik, baik hati, dan tidak sombong. Anak yang manja satu ini ingin sekali istirahat. Jadi biarkan dirinya istirahat" ucap lutfan dengan senyuman menggoda. Lalu ia menarik selimut dan tidur menghadap bi Marni, membuat pembantu itu geleng-geleng kepala karena tingkah majikannya itu.
"Ck ck, besok aja deh lanjut nanya nya. Mungkin dia lelah" ucap bi Marni lalu membenarkan posisi selimut lutfan yang acak-acakan. Setelah itu bi Marni keluar dan menutup pintu. Meninggalkan lutfan seorang diri yang sudah tertidur pulas.
***
Gina mengemasi barang-barangnya yang akan ia bawa kerumah barunya nanti. Sebenarnya ia sedikit tidak rela jika harus meninggalkan gubuk sederhana ini. Gubuk yang sangat banyak sekali kenangan manis bersama orang tuanya.
"Ini perintah! Kalian berdua jangan menolak" ingin sekali gina mencabik-cabik orang tua yang berbicara itu tadi. Orang itu seakan-akan mengatur hidupnya, mentang-mentang ia sudah terikat dengan anaknya. Huh! Gina benci itu.
Gina mendudukkan dirinya di atas kasur! Lelah! Itulah kondisi yang saat ini sedang gina rasakan. Semalaman ia tidak bisa tidur, paginya ia sudah di riasi menggunakan pakaian pengantin, menangis, ke rumah sakit, menikah, dan membantu ibunya yang mendadak pingsan setelah akad tadi pagi di laksanakan. Sampai sore ini ibunya baru boleh di bawa pulang.
Gina memejamkan matanya , ia berencana akan tidur hari ini sampai besok. Sampai dirinya benar-benar pindah dari rumah ini. Besok pun ia tidak sekolah. Gina & lutfan sudah sepakat untuk izin karena akan pindahan.
***
"Bi.. bi Marni" panggil lutfan setengah berteriak. Maklum, karena rumahnya yang luas mengakibatkan ia harus sedikit berteriak setiap memanggil orang rumah.
"Iya kenapa den" jawab Bu Marni dengan tergesa-gesa, setengah berlari.
"Bantuin lutfan bawa barang-barang dong bi" titah lutfan.
"Banyak banget barang bawaannya den, den lutfan mau kenapa ini teh" tanya bi Marni penasaran, dan sedikit bingung!
"Mau pindah bi, mulai hari ini lutfan udah gak tinggal disini. Bi Marni Jangan kangen ya sama lutfan" ucap lutfan, sambil tersenyum. Senyuman tulus, bisa Marni suka itu!.
"Oalah, bibi lupa. Den lutfan kan udah nikah ya" balas bi Marni dengan kekehan. Ia tidak sadar jika itu menyakiti hati lutfan.
"Sini den, biar bi Marni aja bawa yang berat-berat" Lutfan pun menerima, ia membawa tas yang lebih ringan di banding yang di bawa bi Marni.
Setelah di luar rumah, pak jaja sudah siap untuk mengantar lutfan, pintu di bukakan oleh pak jaja. Bi Marni langsung memasukkan tas-tas besar itu ke bagasi di bantu oleh pak jaja.
"Beres den, ngomong-ngomong rumah baru Aden dimana?"
"Rumah papah yang satu lagi bi. Bi Marni harus sering-sering kerumah lutfan pokoknya. Nanti lutfan serlok lagi, barangkali bi marni lupa" ucap lutfan, lutfan sudah menganggap bi Marni orang tuanya sendiri. Mungkin karena lutfan terlalu lama di urus oleh Bi Marni, di banding orang tuanya yang sibuk bekerja. Meskipun ia tahu orang tuanya bekerja untuk dirinya, namun perhatian dan kasih sayang lebih lutfan rasakan saat bersama pembantunya itu, bi Marni!.
"Oke siap den! Hati-hati ya den. Itu istrinya cantik loh, jangan di galakin ya" ucap bi Marni, dengan kekehan dan senyuman.
Lutfan akui gina cantik, namun ia tidak tertarik. "Ah bibi bisa aja, udah ah! Lutfan berangkat" lutfan pun memasuki mobil dan menutup pintu. Bi Marni melambai ke arah lutfan, di balas senyuman oleh lutfan. Meskipun tidak terlihat dari luar, namun seakan ada ikatan, mereka sama-sama tersenyum. Benar-benar seperti ibu dan anak!.
Fllw ig
@nngrtna_
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Teen FictionIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...