Hari ini hari Jumat, pulang sekolah pun lebih awal. Pukul setengah 12 gina sudah di rumah. Membosankan! Biasanya jam segini ia sedang berkutat menata barang-barang baru yang habis di minimarket. Tempat kerjanya!
Namun suasana kali ini berbeda. Ia sendiri, lutfan sedang pergi menjalankan tugasnya yaitu solat Jumat, meninggalkan gina seorang diri di rumah yang besar dan sepi itu.
Setelah lama ia bengong. Lebih baik dirinya pergi ke minimarket dimana ia bekerja. Bukan untuk menjadi pegawai, namun ia ingin belanja kebutuhan dapur.
Tapi ia tidak di beri uang oleh lutfan!.
"Apa gak jadi?" Pikirnya.
"Eh tapi kan aku punya uang" ucapnya lalu bangkit dan meraih tas selempang nya dan keluar mencari tukang ojek di dekat rumahnya.
Setelah di minimarket tersebut, ia disambut baik oleh rekan kerja nya dulu. Gina pun jadi rindu dengan rekan-rekannya yang baik itu. Sedikit berbincang-bincang, namun gina ingat tujuan nya kesini. Ia pun menyudahi obrolan nya dan memilih barang-barang yang ingin ia beli.
Saat gina sedang melihat harga-harga sayuran yang promo dan segar, tidak sengaja troli nya menabrak seorang wanita yang rupanya sedang memilih sayuran di dekatnya.
"Aduh mbak maaf saya gak sengaja" ucap gina merasa bersalah.
"Punya mata gak sih? Liat nih baju gue kotor karena ulah lo" balas wanita itu dengan kasar, ketus, dan marah.
"Iya maaf saya gak sengaja, sekali lagi maaf" ucap Gina lalu menunduk dan mengambil barang-barangnya yang tumpah.
Rekan kerja gina yang melihat kejadian itu langsung ikut membantu gina yang tampak kesusahan merapikan belanjaan miliknya. Wanita yang tadi ia tabrak sudah berlalu entah kemana. Syukurlah! Dirinya tidak di suruh ganti rugi, jika iya! Gina tidak memiliki uang lebih untuk mengganti.
"Kamu gak papa gin?" Tanya Riri khawatir melihat kondisi gina.
"Gak papa kok mbak" balas gina. Riri 4 tahun lebih tua di banding gina. Jadi ia sudah terbiasa memanggil Riri dengan sebutan mbak.
"Kamu kok kayak pucet gitu?"
"Hah masa sih? Gina sehat kok" ucapnya mengelak, meskipun ia merasa tubuhnya memang kurang fit saat ini.
"Yaudah, ini kamu sudah beres belanjanya?"
"Sudah, gina tinggal ke kasir aja kok ini"
"Yaudah, sini mbak bantu" ucap Riri lalu membawa troli gina ke kasir. Gina membuntuti Riri dari belakang, sampai di kasir Mbak Riri langsung menyerahkan troli tersebut kepada gina lalu mengantri di belakang.
"Makasih ya mbak" ucap gina.
"Iya sama-sama, mbak balik kerja lagi ya" pamit riri
"Iya mbak. Semangat kerjanya!" Ucap gina
Riri hanya membalas ucapan gina dengan acungan jempol, setelah itu dirinya sudah tidak terlihat. Gina pun memfokuskan dirinya ke depan untuk mengantri pembayaran seperti pembeli lain.
***
Gina membuka pintu rumah, ia melihat lutfan yang tampak sedang menonton televisi di ruang tengah. Lutfan menoleh saat mendengar pintu terbuka, dan melirik belanjaan yang gina bawa. Seakan ingin mengerjai gina. Lutfan pun ingin meminta gina membuatkan masakan yang aneh-aneh hari ini.
"Gin" panggilnya.
Gina senang! Akhirnya lutfan memanggil dirinya dengan sebutan nama. Tidak dengan heh, woi, ataupun sejenisnya.
"Lapar, masakin makanan yang enak dong!" Pintanya.
"Oke, mau di masakin apa?" Tanya gina antusias.
"Apa aja, asal masakan Indonesia"
"Oke" jawab gina santai dan berlalu meninggalkan lutfan.
Di dapur, ia berniat untuk memasak tumis kangkung, ayam kecap, dan gorengannya oncom.
"Masakan Indonesia kan?" Tanyanya sendiri. Pasti lutfan suka, batin nya.
Lutfan memperhatikan gina yang sedang memasak di tempat biasanya ia memperhatikan gina. Sambil bersandar dan melipat tangan, lelah juga berdiri menunggu gadis itu masak. Akhirnya lutfan berjalan mendekat dan duduk di kursi dapur.
Gina yang menyadari itu hanya mengabaikan tingkah lutfan! Sudah biasa, dirinya tidak ingin membuat masalah hanya karena komen setiap perilaku lutfan.
"Kapan matang nya sih?" Protes lutfan setelah menunggu lama, namun masakan belum juga jadi.
"Sabar, sebentar lagi kok"
"Bisa masak gak sih, gitu aja lama" omelnya.
"Iya ini bentar lagi matang kok" ucapnya sambil tergesa-gesa karena lutfan yang tidak sabaran.
"Argh kelamaan, tau gitu delivery aja" ketusnya.
"Sabar dong, ini aku lagi usaha kok masak cepet" elak Gina. Enak saja lutfan memprotes seperti itu. Sama sekali tidak menghargai perjuangannya.
"Bodo, aku kepalang males. Mending makan di luar" ucap lutfan lalu pergi meninggalkan gina seorang diri.
Gina terdiam, secepat itu lutfan marah dan tidak jadi ingin makan masakan buatannya.
Huh! Gina menghela napas lelah. Bingung dengan sikap lutfan yang seperti itu.
Gina keluar mengejar lutfan yang saat ini hendak mengeluarkan motor sport nya di garasi.
"Tunggu" cegah gina.
Lutfan menoleh, namun ia tetap fokus mengeluarkan motornya.
"Bentar lagi matang kok. Kamu sabar sedikit lagi jadi" ucap gina.
"Telat. Kalau makan disini, keburu aku gak mood"
"Tapi gak bisa gitu dong. masa, kamu gak ngehargain buatan aku"
"Plis masuk, tunggu bentar lagi" ucap gina memohon.
Lutfan tidak menggubris ucapan gadis itu. Motornya sudah melesat jauh meninggalkan pekarangan dan gina.
"Lagi lagi seperti ini. Kapan sih berubahnya" keluh gina, ia kembali masuk dan melanjutkan masaknya.
"Padahal ini tinggal di kecapin ayamnya, sama numis kangkung. Gak sampe setengah jam kok mateng" ucapnya lirih seraya memandang masakanya yang entah berakhir di perut atau tong sampah.
Setelah rapi, ia menata nya di meja makan. Barang kali saat lutfan pulang ia menjadi lapar dan memakan masakannya. Gina pun menyendokkan nasi di piring untuk dirinya sendiri. Makan sendiri, tanpa ada yang menemani.
"Menyedihkan"
***
"Aku jahat gak sih?" Tanya lutfan pada dirinya sendiri, ia sekarang sedang berada di restoran cepat saji. Sendirian!
"Ah gak mungkinlah, itu kan tujuanku" ucapnya menjawab pertanyaannya sendiri. Lalu melanjutkan makan nya.
Votment votment votment!
Tuh udah di ingetin berapa kali juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Genç KurguIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...