Author pov
Lutfan menatap tak percaya pada rumah yang di sebut dengan kontrakan ini. Menurutnya itu sangat sangat tidak layak untuk di huni oleh gadisnya "na, pindah kontrakan aja. Aku yang akan tanggung biayanya" ucapnya tapi tak di hiraukan olehnya sama sekali. Gadis itu malah memasuki rumah dengan santainya.
Gina memang lebih nyaman tinggal di rumah seperti ini. Meski kecil, tidak mewah, dan tidak berkualitas, tapi entah mengapa hatinya selalu tenang. Tidak seperti rumah lutfan yang mewah dan besar tapi rasanya seperti di siksa.
"Sana pulang" usir gina. Ia membukakan pintu untuk lutfan
Lutfan melongo, ia menunjuk dirinya sendiri dan gina mengangguk ringan.
"Pulang" seret gina agar cowok itu segera lenyap dari rumah kontrakannya.
"I..iya iya! Ck, sekarang kamu berani ya sama aku" sindirnya.
"Aku gak pernah takut sama kamu"
"Oh, kamu gak takut aku kasarin lagi?" Tantang lutfan
Tiba-tiba gina menegang, ia memang tidak pernah takut dengan lutfan. Tapi ia sedikit trauma dengan perlakuannya yang sering kasar.
Lutfan terkekeh, membuat gina menoleh heran "gak usah takut sih! Just kidding na" ucap nya.
***
Flashback 3 Minggu sebelum mereka pisah rumah.
"Nih uang untuk kalian! kalian harus cari tau siapa yang sudah buat lutfan berubah drastis dan jauhin gue" ucap seseorang yang tak lain adalah sari.
"Easy problem. ada duit, semua gampang!" Balasnya sambil tersenyum jahat.
Seseorang mengikuti kemana pun kedua pasangan itu pergi, ternyata mereka berhenti di rumah yang terbilang besar dan mewah. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan orang itu langsung mempotret mereka yang hendak masuk ke dalam.
Tak luput dari itu, orang suruhan sari menyimpan gps di mobil lutfan yang sangat tersembunyi letaknya.
Esok harinya orang itu memperhatikan arah laju mobil yang pergi menuju Bogor Surabaya.
Tanpa pikir panjang orang itu langsung melaporkan hasil kerjanya ke pada majikan nya itu. Sari tersenyum miring karena sudah mengetahui dalang dari hancurnya hubungannya dengan lutfan
"Gue akan balas dendam"
Gina terdorong hingga menabrak dinding kamar mandi, seorang gadis melangkah mendekat dengan senyum miring seraya melipat tangan. Gina tak dapat berbuat apa-apa selain berdoa untuk memohon perlindungan. Saat ini ia sedang berada di dalam kamar mandi, suasana sekolah mulai sepi karena semua murid sudah pulang.
"Sa...sari" ucap Gina purau, ia sudah dapat mengira kedepan nya akan seperti apa. Melihat tatapan wanita yang sedang di hadapannya ini menunjukkan bahwa dirinya menyimpan dendam yang amat besar pada gina.
"Iya! Ini gue sari. Mantan tukang bully yang sudah insyaf" ucapnya sambil terus melangkah
Sari berjongkok untuk menyamai keberadaan gina yang tengah berjongkok ketakutan, tatapan tajam nya berubah menjadi sendu dalam seketika "Tapi mungkin gue akan kembali seperti dulu"
"Mau tau alasan nya?" Ucapnya penuh penekanan.
Gina diam tak membalas sepatah katapun dari ucapan gadis itu. Ia hanya bingung, di jawab salah tapi tak di jawab mungkin lebih salah "jawab gue bego!"
Gina menatap sari yang kini jaraknya sangat dekat dengan nya, ia melirik arah lain untuk mencari bantuan tapi tak ada satu pun murid yang berada di kamar mandi.
Plak
Satu tamparan berhasil lolos mengenai pipi kiri gina, ia meringis menahan sakit sambil memegang pipinya yang sudah terlihat bekas merahnya.
"Gak cukup segitu pembalasan gue"
"Salah aku apa?" ujar gina yang kali ini sudah terisak
Prok prok prok
Sari menepuk tangannya sambil berdiri dan menatap gina yang kini sedang menatapnya. "Bener bener bego! Lo tau lutfan itu siapa gue! Kenapa Lo berani banget deketin dia dan buat dia jadi berpaling dari gue? Jawab gue hah!" Sentaknya sambil menginjak kaki kiri gina dengan sangat keras dan sedikit menekannya "awsh" rintihnya. Sari senang, mendengar rintihan orang lain yang ia buat sendiri. Apalagi orang itu orang yang ia benci.
Gina bangkit, ia harus membela diri kali ini, ia tidak tahu jika terus berdiam diri akan membuat sari semakin semena-mena padanya "Aku tau kamu dan lutfan sudah putus, tapi bukan karena aku. ini sudah takdir kalian! Kamu harus menerima itu"
Sari menyunggingkan senyum jahat nya "takdir? Tau apa Lo tentang takdir gue"
"Asal Lo tau, lutfan itu penyemangat gue. Dia cinta ke gue, dia jaga gue, dia sangat sangat sangat menyayangi gue. Tapi, suatu hari, dia mengilang tanpa kabar! Dia datang, dengan kabar buruk. Dia nyatain putus! Dan semua itu buat gue terpuruk, gue sayang dia. Tapi.." ucapnya gantung, ia tak dapat melanjutkan kata-katanya.
Gina terenyuh mendengar keluh kesah sari, ia paham di putuskan sepihak apalagi tanpa alasan pasti sangat menyakitkan. Gina bangkit, meski sambil merintih menahan sakit di pipi dan kakinya, ia tetap ingin bangun untuk memberi sari kekuatan.
"Jangan sentuh gue" sari menolak usapan lembut tangan gina saat ia mengelus punggung sari yang niatnya ingin menenangkan.
"Kenapa? Lo ada masalah apa sama gue hah? Gue gak pernah cari ribut sama Lo" ucap sari. Sari yang terlihat ceria, berani, tegas, dan kuat, namun kali ini bisa mengeluarkan air mata. Tepat di hadapan gina.
"Apa Lo gak sadar. Gue mati-matian merubah diri gue, dan akhlak gue. Gue gak pernah bully orang lain apalagi elo. Gue berubah 99% dari sikap asli gue, itu semua gue lakuin biar lutfan mau terima gue"
"Lutfan! Adalah cinta pertama gue. Dan gue, CINTA MATI sama dia" sambungnya dengan penuh penekanan.
"Lo siapa hah? Tiba-tiba hadir dan menghancurkan semuanya. Dan Lo satu-satunya orang yang berani mengusik hubungan gue dengan lutfan" sari mendorong dada gina menggunakan jari telunjuknya.
"Dasar pelakor" umpatnya.
Gina diam, mungkin dengan cara ini sari bisa meredam amarahnya. Biarlah ia yang menjadi pelampiasan kemarahan gadis itu. Gina iklhas, meskipun di tuduh menjadi pelakor antara hubungannya dengan lutfan.
"Gue mau, Lo jauhin lutfan! Kalau Lo masih berani deketin lutfan. Hidup Lo gak akan tenang" ancamnya lalu pergi meninggalkan gina, sebelumnya ia sempat menyenggol bahu gina hingga membuat gina tersentak.
Senin, 27 April 2020
14.23Sari jahat hiks😭
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Teen FictionIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...