Lutfan membuka matanya, sayup-sayup ia mendengar banyak orang membicarakan dirinya. Ia bangun dalam keadaan berbaring, dan saat bangun pun yang ia lihat tembok dinding putih yang polos. Dimana ia sekarang? Seingatnya ia sedang tidur di perpus, lalu kenapa sekarang malah berpindah ke lain tempat. Apa ia di pindahkan? Dengan siapa? Pikir nya lalu lalang karena kebingungan.
"Lutfan akhirnya kamu sadar juga", ucap seseorang yang seperti nya sedang menunggu dirinya.
"Alhamdulillah, liat tuh pacar Lo gak kenapa - kenapa. Gitu aja di tangisin, dasar lebay" ucap seorang cowok, yang tak lain adalah penjaga UKS. Seperti itulah pikiran lutfan karena ia tau cowok itu memakai jas khusus penjaga uks.
Wanita itu tidak menghiraukan Doni, cowok yang berbicara dengannya barusan. Ia hanya membalas dengan tatapan kesal dan beralih memfokuskan matanya kepada lutfan, "Lutfan kamu sakit? Kenapa kamu bisa pingsan" tanya wanita itu dengan nada cemas. Ia menggenggam tangan lutfan, sekedar menguatkan.
"Kamu apaan sih, siapa yang pingsan coba? Aku gak ngerasa"
"Loh loh kamu gak pingsan? Terus tadi ngapain, kamu tidur? Hahaha lucu kamu"
"Iya" jawabnya dengan polos, memang ia merasa dirinya sedang tidur. Bukan pingsan ataupun sakit.
Alih-alih percaya, wanita itu malah tertawa semakin keras. Tertawa meremehkan, ia sama sekali tidak percaya kalau lutfan tidur. "Kamu kenapa sih sar, kamu seperti orang gila. Gak jelas!" Kesal nya karena ucapannya tidak di percaya oleh kekasihnya sendiri, sari.
"Iya iya aku percaya kamu tidur, bukan pingsan"
"Eh btw, kamu bisa gak bicara lebih biasa lagi, jangan terlalu formal lah yang penting gak terlalu kaku" tanya sari terang-terangan. Jujur ia merasa sedikit risih karena cara bicara lutfan yang terkesan kaku.
"Aku biasa kok" balasnya dengan santai, memang seperti inilah dirinya. Harusnya sari terima itu.
"Agak lebih formal lagi fan, biar enak"
"Kamu kenapa sih dari tadi, aku bingung sama sikap kamu. Tadi kamu gak percaya aku, sekarang kamu mengatur aku. Aku gak suka, mending kamu keluar! Aku mau melanjutkan tidurku" kesalnya pada sari. Ia sudah jengah dengan sikap sari yang kadang mengatur.
"Ihh jangan marah dong, aku gak serius banget kok ngomongnya" mohon sari, ia pun memang sedikit bersalah karena ulahnya tadi.
"Gak papa, sekarang kamu kembali ke kelas saja! Aku gak papa kok"
"Yakin? Kamu gak marah kan sama aku"
"Iya"
"Yaudh dadah, aku ke kelas dulu ya" pamit sari seraya melambaikan tangan lalu keluar dari UKS. Lutfan menghela napas jengah, kadang bingung dengan sikap pacaranya itu.
***
Lutfan sudah dirumahnya, hari ini ia tidak ke rumah sakit. Karena kemarin papahnya melarang, namun dirinya malah di suruh ke rumah sakit tanggal 24. Itu artinya besok. Besok hari Minggu, apa jangan-jangan papahnya serius kalau ingin menikahkannya esok hari di rumah sakit. Bagaimana ini?? Pikirannya mendadak cemas dan khawatir. Takut pemikirannya itu ternyata benar dan tidak salah.
"Kalau papah benar-benar jodohin aku besok, aku harus apa? Kabur? Aarghhhhh gak mungkin"
"Apa aku gak Dateng aja ya? Dengan begitu semuanya akan berjalan seperti biasa" opininya berbicara sendiri, lutfan pun bingung sendiri untuk hari esok.
"Tapi kalau aku gak kerumah sakit, bagaimana keadaan papah. Besok jika kondisi papah lebih parah dan akulah penyebab nya pasti aku semakin merasa bersalah pada papah"
"Tapi masa aku datang sih" ucap lutfan pusing sendiri, ia bingung. Harus kah ia datang besok ke rumah sakit. Tapi ia pun takut sendiri, takut jika kenyataan nya memang benar dirinya akan di jodohkan esok.
Ting!
Bunyi handphone nya kembali berbunyi. Lutfan buru-buru membuka handphone itu karena ia yakin pasti itu dari mamahnya.
Mamah: lutfan, besok datang kerumah sakit . Kamu ingatkan?
Benar kan dugaannya, mamahnya itu pasti mengabarinya, dan bahkan saat ini mengingatkannya.
Me : iya mah
Tanpa pikir panjang lutfan langsung mengiyakan pertanyaan mamahnya. Tanpa berpikir hari esok akan menjadi apa dirinya jika ia datang ke rumah sakit.
"Percayakan saja pada Tuhan, beliau pasti sudah merencanakan yang terbaik"
"Yaaampun isya" ucapnya karena lupa solat isya. Lutfan pun buru-buru ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Astaga, mengapa ia teledor seperti ini.
Selesai solat lutfan tidak langsung merapikan sajadahnya. Ia berdoa dulu, lebih tepatnya memohon jawaban atas jalan hidup nya yang entah mengkin seperti apa.
"Ya allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang, ampunilah dosa hamba, dosa kedua orang tua hamba, dan dosa orang yang hamba sayangi serta menyayangi hamba. Kuatkanlah fisik dan batin hamba untuk esok hari. Esok hari dimana hamba harus berhadapan papah hamba dan di paksa untuk menikah dengan pilihannya. Hamba takut! Hamba takut dengan masa depan hamba yang terancam. Hamba takut Mada depan hamba tidak seperti yang hamba sudah pikirkan sebelumnya. Ya Allah, hamba paham hidup hamba ada di tangan Mu. Dan hamba yakin hidup hamba tidak akan sesat jika hamba tidak memulainya. Hamba mohon ya Allah, berikanlah yang terbaik untuk kebahagiaan papah hamba, dan kesembuhan papah hamba. Amin yaallah yarabbal Al-Amin" lutfan berdoa dengan mencurahkan semua isi hatinya. Ia mengatakan itu tulus dengan air mata yang sedikit menetes di pipinya. Lutfan memang seperti itu, sering menangis saat solat. Tidak heran jika orang yang melihatnya memandang dirinya lemah, ia tidak peduli. Yang jelas, ia hanya melakukan tugasnya sebagai seorang muslim.
Happy reading gais. Jangan lupa tinggalkan jejak dibawah, tqu vrymch :)
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Teen FictionIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...