Sepulang sekolah, gina pulang bersama lutfan. Namun kali ini mereka kompak diam-diaman satu sama lain. Tidak ada yang memulai pembicaraan sama sekali.
"Peka dong. Harusnya kamu jelasin tanpa aku harus bertanya dulu" batin lutfan geram melihat gina melalui kaca spion, ekspresinya biasa-biasa saja padanya.
"Tumben gak ajak ngobrol. Apa sari berhasil mengembalikan jiwa lutfan yang benci aku" batin gina berpikir yang tidak-tidak.
Sampai rumah pun, mereka masih saling diam. Gina menuruni motor lalu melengos pergi meninggalkan lutfan yang terdiam melihat tingkah gina yang terkesan cuek.
"Tuhkann nyebelin. Bukannya di kejar malah diam aja" geramnya kesal. Padahal ia sengaja berlaku seperti itu hanya untuk menarik perhatian lutfan.
"Aneh banget kamu gin. Seharusnya aku yang marah sama kamu" lutfan mendengus melihat tingkah laku gina yang sangat membuatnya geram bukan main.
Lutfan menyusul gina yang sudah masuk ke kamar mendahuluinya. Mengabaikan lutfan sedari tadi yang tak sama sekali di perhatikan. Lutfan tidak tahu dimana letak salahnya, tapi kenapa malah gina yang seakan marah.
"Oke sebagai lelaki yang selalu salah menurut peraturan undang-undang tak terlulis. Lebih baik aku ngalah" gumam lutfan di tengah perjalanan.
Saat gina ingin menuju kamar mandi, lutfan menarik lengan gina yang tengah memegang handuk "kenapa?" Tanya lutfan.
Gina melirik tangan lutfan yang menahannya bergerak "gak papa"
"Kenapa? Kalau ada yang salah bilang!"
Gina mendengus, ia mendudukkan dirinya di tepi kasur. Lutfan duduk juga di sebelah gina.
"Aku mau tanya sama kamu"
"Apa?" Balas lutfan.
"Apa kamu dan sari sudah benar-benar gak pacaran?"
"Iya. Aku serius. Kenapa?"
"Tapi aku gak percaya" sanggah gina
"Kenapa gak percaya?"
"Aku ngerasa, kalau kamu dengan sari itu masih punya hubungan"
"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Lutfan menahan amarahnya, sebenarnya lutfan sangat kecewa pada perkataan gina yang sangat menyinggungnya. Selama ini, semua perjuangan dan perlakuan lutfan apa tidak cukup untuk membuktikan nya.
"Karena aku liat sendiri, kamu dan sari di taman tadi. Aku ngerti setiap alasan kamu pergi dari aku saat kita berdua karena kamu ingin bertemu sari. Iya kan? Jawab jujur lutfan. Aku gak akan marah"
Gina sudah salah paham. Lutfan menggeleng tak percaya. Sebegitu pesimisnya gina dalam memperjuangkan hubungan mereka. Sebenarnya, cinta siapa yang besar disini. Kenapa di saat lutfan sudah konsisten dengan hatinya, gina seakan tak percaya padanya.
"Aku gak sangka kamu berpendapat seperti itu na" lutfan menatap gina dengan perasaan kecewa dan sendu.
"Kenapa? Aku benar kan?" Gina menantang. Sepertinya dalam posisi ini, gina bertukar tempat dan sifat. Dulu gina yang memperjuangkan lutfan dan merasa tersakiti oleh sikap lutfan, tapi kali ini lutfan lah yang mempertahankan hubungan mereka dan di campakkan oleh gina.
"Aku sudah jawab sebelumnya. Sekarang silahkan kamu berpikir sesuka kamu tentang aku. Tentang mantan aku juga. Asal kamu tau. Sari itu cuma mantan aku. MANTAN. Gak lebih. Sekarang aku balikkin, apa bedanya kamu sama aku. Aku liat kamu pelukan dengan aldo tadi di perpus. Di lihat orang, di tonton. Bahkan, kamu aja marah saat aku nyentuh 1 inchi tubuh kamu. Tapi dia, yang bukan siapa-siapa kamu, bisa seenaknya peluk kamu. Aku di taman tadi, karena aku lari dari hadapan kamu. Aku gak sanggup liat kamu, wanita yang aku cintai saat ini malah berpelukan dengan orang lain. Aku siapa? Bahkan aku seperti gak di anggap, dan juga kamu gak percaya sama aku. Aku kecewa na" lutfan keluar sambil menggebrak pintu hingga menimbulkan suara keras dari pintu tersebut.
Gina mengejar lutfan yang sudah berlari. Ternyata ia sudah salah paham pada cowok itu. Lagi lagi gina melihat keseriusan di wajah lelaki itu. Lutfan sudah mencintainya, tapi gina malah menyia-nyiakan itu.
"Lutfan tunggu, aku minta maaf" gina keluar rumah mengejar lutfan yang kini bersiap menaiki motornya.
Dengan gerakan cepat gina berlari lalu mengambil kunci motor yang sudah menempel di motor tersebut.
"Balikin" pinta lutfan,
"Gak. Jangan pergi, kita bisa omongin ini baik-baik"
"Dari awal aku berusaha baik dan sabar. Tapi kamu menguji kesabaran aku."
"Aku minta maaf. Please maafin aku"
"Percuma na, buat apa kalau kamunya aja gak percaya sama aku"
"Aku minta maaf. Aku janji, akan percaya sepenuhnya sama kamu" gina menatap lutfan dengan penuh permohonan dan rasa iba. Melihat itu, hati lutfan melengos lagi. Melihat senyum manis gadis itu yang nanti jika muncul saat ia tersenyum.
"Baiklah" lutfan tersenyum, tak lama di balas oleh gina.
Gina memeluk lutfan yang saat ini sedang duduk di atas motor. Lutfan membalas pelukan itu karena gina yang memeluknya terlebih dahulu.
Marah, baikan. Marah lagi, baikan lagi. Seperti itulah problem dalam hubungan mereka. Namun mereka mencoba saling mempertahankan di saat salah satu di antara mereka terlihat lelah dan pesimis dalam mempertahankanya. Setidaknya, rasa percaya saja sudah cukup untuk membuktikannya.
Senin, 8 juni 2020
11.57maaf ya telat update karena auothor baru aja selesai PAT online. Doain semoga hasilnya bagus ya 'amin'
Vote
Comment
FollowMakasiii
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Teen FictionIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...