28. Sepertinya tidak ada

309 14 0
                                    

Gina merasa dirinya sudah lebih baik sekarang. Ia berdiri menghadap kaca, menatap wajahnya yang terlihat sangat buruk. Terdapat kantung mata yang terlihat hitam dan membengkak, begitupun rasa sakit di punggung nya yang tak kalah sakit. Ia merasa punggungnya ini merah memar, tapi ia sendiri belum mengeceknya.

Gina memantapkan hati nya untuk keluar dan bahkan menemui lelaki itu. Ia masih memiliki hati dan rasa tanggung jawabnya pada lutfan, suaminya!

Gina tersenyum pada bayangannya di kaca, berniat menguatkan dirinya sendiri yang entah sampai kapan harus terluka, membatin, dan tersiksa. Ia lelah terus sabar, sabar, dan sabar menghadapi sikap lutfan yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Meskipun ia menyadari sikap lutfan yang terkadang baik bahkan manis padanya. Namun semua pikiran baik itu hilang ketika dirinya melakukan hal jahat padanya kembali.

Gina terlonjak kaget saat melihat lutfan yang tertidur di tembok kamar mandi, ia lebih kaget saat melihat kedua lengan cowok itu mengeluarkan darah

"Ck, dia bahkan berani melukai dirinya sendiri!" Batin gina.

Dengan rasa kwahatir gadis itu mengambil obat yang ia bawa dari rumah. Ia langsung mengobati luka lutfan yang terlihat parah.

Lutfan merasakan tangannya perih, seperti ada yang menyentuhnya. Perlahan ia mengerjapkan matanya melihat siapa yang sudah membuatnya terjaga.

Lutfan memandang gina yang tengah mengobati lukanya, rambut panjang nya itu menutupi wajahnya hingga tak menyadari bahwa lutfan telah sadar.

Lutfan tak berniat mengganggu gadis itu, ia hanya memperhatikan wajah polos itu dengan intens. Raut wajahnya terlihat sangat tulus saat merawat dirinya. Hal itu mampu mengingatkan kembali setiap perlakuan buruk dirinya pada gadis itu.

Air mata lancang mengalir di pipi lutfan, tentu hal itu mampu membuat gina tersadar karena air mata itu terjatuh.

Gina mengalihkan pandangannya menatap lutfan, gadis itu tercengang melihat air mata lutfan yang mengalir tanpa isakan.

Buru-buru gina menghapusnya, ia tak ingin melihat seorang cowok menangis sekalipun itu lutfan "gak usah nangis, kalau air mata itu karena aku yang gak pelan-pelan ngobatinnya, aku akan lebih hati-hati" ucap gina sambil mengusap air mata itu, tatapannya sangat tulus. Membuat hati lutfan semakin luluh, ia merasakan cinta yang sebenarnya saat ini.

Lutfan menggeleng pelan, gina kembali melanjutkan aktivitas mengobati luka lutfan tanpa menghiraukan tatapan cowok itu.

"Apa masih ada kata maaf buat orang yang sudah sangat jahat sama kamu?" Ucap lutfan serius, gina kembali menoleh, menatap bingung lelaki itu.

"Maksud kamu?"

"Seperti nya tidak ada" balas lutfan menyimpulkan.

Gina Tak lagi menggubris, ia tak ingin banyak bicara mulai sekarang. Karena takut setiap kalimatnya mengundang amarah lelaki itu. Mulai sekarang ia akan lebih berhati-hati.

***

Hari ini gina tidak ingin masak! Mood nya itu sedang kurang baik. Tapi tak ada yang mengerti setiap perasaannya.

"Boleh pinjam hp kamu?" Tanya gina

Lutfan yang sedang bersandar di kasur menoleh "Untuk?" Tanyanya.

"Pesan makan. Hari ini aku mau delivery aja" jawabnya singkat.

Lutfan mendengus pasrah, ia paham bahwa gina masih marah padanya. Kali ini lebih baik ia mengalah. Lelaki itu memberikan handphone nya pada gina.

Gina dengan cepat menerima hp itu, dan memesankan makanan yang ia ingin tanpa bertanya lutfan ingin makan apa. Selain itu juga gina memesan obat penghilang nyeri punggung dan juga salep.

Ia beranjak mengambil uang di tasnya, namun kegiatan itu terhenti saat lutfan mencekal lengannya. Gina menatap tangan lutfan yang menyentuh tubuhnya. Lutfan yang merasa gina menatapnya dengan penuh ketakutan pun langsung melepaskan cekalannya "pake uang aku" ucapnya.

"Aku masih ada uang kok" balas Gina lalu kembali mencari uangnya yang terselip di dalam tas.

Ting tong

Gina menoleh saat seseorang memencet bel kamar hotelnya, ia pun bangun dan berjalan menghampiri Abang gofood tersebut. Saat ingin membayar, tiba-tiba lutfan lebih dulu memberikan uang kepada Abang gofood tersebut "terimakasih" ucapnya setelah itu berjalan santai menjauh dari hadapan mereka berdua.

Gina menghela napas pendek, ia berjalan masuk kembali meninggalkan lutfan yang masih mematung di belakang pintu.

"Ini punya kamu" ucap gina, ia mengeluarkan sebungkus nasi itu dan menyimpannya di atas meja. Gadis itu terlebih dulu memakan miliknya, tanpa menunggu lutfan terlebih dulu.

Diam-diam gina menyembunyikan obat yang ia beli, ia tidak ingin lutfan tau bahwa punggungnya masih sakit hingga kini. Ia tidak ingin cowok itu semakin nekat melukai dirinya.



Sabtu, 25 April 2020
13.35

you are everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang