Happy reading all 💙
"sini biar istri aja" ucap Gina lalu mengambil alih pekerjaan lutfan. Lutfan diam, ia membiarkan Gina merapikan pakaiannya.
Gina merapikan pakaian lutfan dan pakaian dirinya sendiri, dengan lihai dan kecepatannya dalam beres-beres, setengah jam ia sudah beres.
Lutfan masih betah menatap gina, sesekali melihat hp nya entah sedang apa. Gina tak peduli, di tatap seperti apa oleh lutfan.
"Beres?" Tanya lutfan.
"Iya"
"Ayo keluar, kita makan" ajak lutfan
"Tapi kan aku belum masak" ucap gina bingung, ia sendiri belum tau dapur di mana, tapi lutfan sudah mengajaknya makan.
"Hari ini delivery dulu, besok baru kamu masak"
"Oh,, okee" jawab gina sedikit ragu,.mendengar itu gina jadi meragukan keahlian masaknya.
Gina menunggu lutfan, saat ini lutfan tengah mengambil pesanan nya di luar.
"Kadang baik, kadang kasar. Sebenarnya sikap aslinya memang gitu apa gimana sih" ucap gina berbicara sendiri. Ia masih belum tahu tentang sikap lutfan yang asli.
"Nih makan" entah darimana datangnya, gina tidak ngeh jika lutfan sudah di hadapannya saat ini. Gina jadi takut jika lutfan mendengar suaranya tadi saat membicarakan lutfan.
"Kenapa bengong?" Tanya lutfan yang sudah menyuap beberapa sendok sedari tadi, sedangkan gina belum menyentuh sendok sama sekali.
"Eh i iya.."
Mereka makan dengan tenang, tanpa ada yang berbicara sama sekali. Sesekali lutfan melirik ke arah gina yang sedari tadi hanya fokus dengan makan nya. Tidak ada niatan gina menatap ke lain arah selain piring.
Setelah selesai, lutfan pergi meninggalkan gina seorang diri di meja. "Cepet banget makan nya" gumam gina, ia pun melanjutkan makan nya tanpa menghiraukan siapapun.
Setelah itu gina pergi ke dapur dan langsung mencuci piring kotor bekas makan nya, ia tidak suka kotor. Dan tidak ingin menunda pekerjaan yang menurutnya mudah untuk di kerjakan.
Setelah selesai, ia sendiri bingung. Ngapain sekarang? Biasanya ia akan di sibukkan dengan sebuah pekerjaan. Dan saat ini ia malah resine dari pekerjaan tercintanya itu.
Gina pun memilih untuk menonton televisi, sekarang jam sudah menunjukkan 1 siang. Tiba-tiba lutfan ikut nimbrung bersama nya di depan televisi. Namun lutfan memberi jarak duduk antara nya.
Gina menoleh, bingung dengan sikap orang itu. Tidak bisa di tebak dan tidak bisa di bayangkan seperti apa aslinya.
"Ngapain disini, ganggu aja. Bikin orang jadi canggung" batin gina, tiba-tiba selera menontonnya jadi hilang. Ingin pergi, tak enak hati juga meninggalkan orang itu. Alhasil gina hanya diam menatap televisi di depan tanpa mengerti maksud dari drama di depan.
Tiba-tiba lutfan bangkit dari duduk nya, hal itu membuat gina menautkan alisnya. Sungguh ini orang maunya apa sih! Batin gina.
Lutfan menoleh ke arah gina dengan tatapan datar nya "sudah solat?" Tanya lutfan.
Gina menoleh, membalas tatapan lutfan yang akhirnya mengajaknya bicara "lagi engga" jawab gina singkat.
"Ohh" balas lutfan singkat, lalu berjalan santai ke atas.
"Aku mau solat dulu" ucapnya setelah di tangga
"Iya" setelah itu, lutfan sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya.
"Aneh banget" gumam gina, tidak mengerti dengan sikap orang itu.
***
Selesai solat magrib, pasangan itu memilih untuk belajar. Ia sekelas, akan lebih memudahkan dalam bertanya! Pikir gina.
Lutfan duduk di depan kursi belajar mendahului gina, tujuan nya agar gina duduk di bawah. Saat menyadari itu, ternyata benar! Gina duduk di bawah.
Dengan santai gina membuka bukunya lalu mengecek tugas besok. Tanpa menghiraukan lutfan lagi, lutfan mendengus sebal. Cuek sekali cewek itu! Batinnya.
Lutfan pun lenyap ke dalam tugasnya. Mereka sama-sama fokus, tidak berisik dan tidak ada yang mengajak bicara.
Sekitar jam 10 gina mulai menguap, ia menutup bukunya lalu merapikan buku-buku nya ke dalam tas. Setelah selesai, ia mengambil bantal dan guling, lalu membawanya ke sofa. Ia ingin tidur.
Lutfan heran, mau di bawa kemana bantal guling itu "eh eh" panggil lutfan. Dasar tidak sopan! Gina punya nama, tapi dirinya jarang memanggil gina dengan sebutan nama. Menyebalkan!
"Apa" jawab nya sambil menguap.
"Mau tidur dimana kamu?" Tanya lutfan, ia kesal. Pasti gadis itu ingin tidur di sofa.
"Mau tidur. Aku tidur duluan ya! Bye" ucapnya lalu tidur mendahului lutfan yang masih berkutat dengan bukunya.
"Ish, maksudnya kamu kenapa tidur di sofa. Kan ada kasur" gerak lutfan. Sudah di duga, gadis itu tidak mau tidur dengannya.
"Gak papa"
"Dasar bocah! Pindah gak" paksa lutfan.
Gina tidak menggubris, ia sudah hampir masuk ke alam mimpi namun lutfan mengganggu. Bodo amat! Ia sangat lelah hari ini.
Lutfan mendengus, lalu berjalan cepat ke arah gina yang sudah terlelap.
"Ngelawan terus. Mau di Jambak lagi hah?" Ucapan lutfan dengan nada tinggi, membuat Gina yang hampir terlelap seketika membuka matanya, takut dengan ucapan lutfan barusan. Sebelum lutfan berhasil menjambak rambutnya, gina sudah terlebih dahulu bangun
" eh iya ampun" ucap gina sambil menyatukan tangannya nya di depan kepala. Membuat lutfan yang sudah bersiap menjambak gina terhenti, lalu berdiri menatap gina yang saat ini terlihat ketakutan "pindah" titahnya.
Tanpa menjawab perkataan lutfan, gina langsung berjalan lunglai sambil membawa bantal guling ke atas kasur. Lalu merebahkan tubuhnya di kasur itu. Tidak lama, gina benar-benar terlelap.
Lutfan mendengus lelah, ia heran! Kenapa gina selalu melawan. Padahal ia hanya tidak ingin gina sakit badan ataupun masuk angin karena tidur di sofa. Ia hanya tidak ingin gina sakit lalu dirinya di salahkan orang tuanya karena tidak menjaga anak kesayangannya itu. Hanya sebatas menjaga! Tidak lebih!.
Votment nya jangan lupa gais
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Fiksi RemajaIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...