Kamu terlalu baik,
buat aku jadi lebih sadar.
Bahwa kebahagiaan orang lain lebih penting.
Meski menyesakkan hatiLutfan pulang lebih awal, ia izin tidak ikut latihan basket. Malas! Itulah alasan sebenarnya. Namun ia berbohong kepada tim nya bahwa ia sakit. Memang sih sakit, tapi batinnya yang sakit. Secara fisik ia sangat sehat walafiat.
"Assalamualikum"
Lutfan menunggu Gina membuka pintu, namun lama sekali pintu tidak terbuka. Akhirnya ia menyerah dan membuka pintu menggunakan kunci yang ia punya.
"Kemana tu anak?" Lutfan mencari-cari keberadaan gina. Ternyata gina sedang berolahraga di ruang gym miliknya. Pantas saja gina tidak mendengar salam nya tadi.
"Assalamualaikum" lutfan mengucapkan ulang salamnya.
Gina menoleh, dan menyadari lutfan yang sudah berdiri di pintu "waalaikum salam"
"Maaf aku gak standby di ruang tamu untuk nungguin kamu" ucapnya merasa bersalah, harusnya gina menanti lutfan datang. Bukan sibuk sendiri.
"Gak papa" balas lutfan santai, biasanya cowok itu bersikap cuek dan dingin. Namun barusan, dan tadi malam? Ia bersikap layaknya seorang lutfan yang orang bicarakan. Baik hati dan ramah, apa yang sebenarnya terjadi?.
"Kamu belum makan kan? Makan yuk" ajak gina, ia berusaha bersikap biasa saja meskipun jantungnya berdetak tak karuan.
"Ayok" lutfan mengiyakan.
Setelah di dapur, ternyata lutfan sudah di suguhkan oleh berbagai menu masakan Indonesia.
"Kok aku serasa jadi suami yang pulang kerja dan di siapin makan sama istri ya" lutfan meringis sendiri, pikirannya itu harus ia buang jauh-jauh. Jelas-jelas dirinya masih sekolah. Dan juga gina pun sama. Tapi pikirannya berkhayal bahwa ia sudah kerja.
Mereka pun makan bersama, dengan tenang tanpa ada yang mengganggu. Sampai makanan itu habis, mereka belum juga berbicara.
Sebenarnya gina ingin sekali menanyakan hubungan lutfan dengan sari. Ia sudah tau sejak lama bahwa mereka berpacaran, namun sampai saat ini gina belum mempunyai keberanian untuk bertanya, takut lutfan marah dan malah pergi meninggalkannya.
Lutfan pun sangat ingin menjelaskan bahwa ia dan sari sudah berakhir. Namun ia bingung berbicara mula nya seperti apa, karena ia tidak punya alasan lain selain karena ingin memperbaiki hubunganya dengan gina. Nanti Gina geer lagi, di sangka lutfan sudah menyukai nya. Padahal ia hanya ingin menjalankan apa yang harus ia lakukan.
Lutfan mendengus, membuat gina heran dengan tingkah lelaki satu itu "kenapa? Masakan aku gak enak?" Tanya nya hati-hati, takut memang benar bahwa masakannya tidak enak.
"Bukan"
"Terus?"
Oke, lutfan akan memberitahunya sekarang. Moment yang tepat karena gina sedang bertanya "aku dan sari sudah putus" ucapnya yang seketika membuat gina kaget. Haruskah ia bahagia karena keputusan lutfan itu? Atau bahkan merasa tidak enak karena sudah membuat 2 orang saling mencintai ini berakhir.
"Apa kamu yang putusin?"
"Iya"
"Dengan keputusan kamu ini, apa kamu bahagia?" Tanya gina, ia tidak ingin orang lain terbebani karena nya. Ia juga tidak ingin menjadi wanita yang egois dan mengakibatkan kebahagiaan orang lain hancur. Gina tidak akan sejahat itu, apalagi pada orang yang ia cintai.
"Kenapa diam? Kamu tidak bahagiakan? Lalu kenapa kamu putusin sari"
Lutfan memejamkan matanya, benar apa kata gina! Tapi apa ia salah?, memilih pilihan sepeti itu. Ia hanya tidak ingin ada 2 wanita yang terluka karenanya.
"Karena kamu" jawab lutfan setengah membentak, namun menyesakkan. Tentunya menyesakkan hati gina karena di salahkan.
"Karena aku?" Tanya gina balik, menunjuk dirinya sendiri. Kenapa rasanya sesakit ini, baru dirinya berada di ambang kebahagiaan karena sikap lutfan. Namun gina baru menyadari, bahwa lutfan pasti terpaksa.
"Aku gak pernah minta kamu putusin sari, aku juga gak akan larang kamu berbuat apapun sesuka kamu termasuk pacaran! Aku gak akan larang itu, meskipun menyakiti hati aku" ucap gina menahan rasa sesak dalam dadanya. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan lutfan.
"Cukup, aku gak mau dengar apapun! Kamu hanya perlu terima bahwa aku sedang belajar menerima kehadiranmu di hidup ku" lutfan pergi, meninggalkan gina dengan berbagai pertanyaan. Gina dibuat ambigu oleh perkataan lutfan barusan. Namun secara tidak sadar, hal itu mampu membuat nya tersenyum.
Labil! Kadang tersenyum, sedih, bahkan menangis.
Lutfan merenung di kamar, ia semakin merasa aneh pada gina. Wanita itu selalu berusaha mengorbankan hatinya demi dirinya, padahal ia selalu jahat. Tapi gina tak membalasnya dengan kejahatan juga. Hal itu membuat hati lutfan luluh karena sikap gina "Kamu terlalu baik, buat aku jadi lebih sadar. Bahwa kebahagiaan orang lain lebih penting. Meski menyesakkan hati".
Wahh, ternyata lutfan orangnya baik gak baik lhoo..
Mau tau sifat asli dia?
Nantikan aja part selanjutnya, jangan sampai ada yang di lewat.
Oke see you
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Teen FictionIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...