SARGAS27

1.2K 79 8
                                    

Setelah pulang sekolah dan berganti pakaian, Sargas langsung menuju ke tempat kedai kopi milik pak Hendri. Ketika sampai disana Sargas merasa bingung harus berbuat apa, ia ingin bertanya kepada salah satu pekerja di sana, tapi sepertinya semuanya terlihat sangat sibuk karena kedai kopi di tempat ini sangatlah ramai dan akhirnya Sargas memutuskan untuk menunggu sebentar sampai semuanya tidak terlalu sibuk lagi.

"Loh kamu sudah datang ternyata" ujar pak Hendri ketika melihat Sargas tengah duduk sambil membaca buku yang dibawanya.

"Kamu sudah lama nak?" tanya Hendri yang kini duduk dihadapan Sargas.

"Belum pak, baru aja"

"Kenapa gak tunggu diruangan saya saja di dalam? Kamu bisa meminta salah satu pegawai disini untuk mengantar kamu ke ruangan saya"

"Mereka sepertinya lagi sibuk pak, saya gak enak kalo harus ganggu mereka"

"Yasudah, ayo kita keruangan saya dulu" ajak Hendri, Sargas pun mengikuti Hendri dari belakang.

"Jadi, kapan ibu kamu akan dioperasi?" tanya Hendri yang kini sudah berada diruangan miliknya.

"Kalo tidak ada halangan, nanti malam pak." jawab Sargas seadanya.

Hendri mengangguk, "semoga operasinya berjalan lancar ya nak. ohiya ini uangnya, kamu bisa secepatnya membayar biaya operasi untuk ibu kamu" ujar Hendri sambil memberikan amplop yang berisikan uang kepada Sargas.

"Terimakasih pak, saya sangat berhutang budi kepada bapak" ucap Sargas yang merasa sangat berterima kasih kepada pak Hendri.

"Sama-sama nak. yasudah sekarang sebaiknya kamu ke rumah sakit dan jenguk ibu kamu"

"Tap-tapi pak, saya kan harus berkerja dulu disini, dan saya bahkan belum mulai bekerja"

"Gapapa nak, sekarang kamu pergi saja jenguk ibu kamu, dan kamu mulai bisa kerja disini besok"

"Makasih pak, bapak baik banget"

"Ah sudahlah, oh iya kamu masih sekolah kan? Kalau boleh saya tau kamu sekolah dimana gas?"

"Iya pak, saya sekolah di Internasional Star Highschool"

"Wah ternyata kamu satu sekolah dengan anak saya ya rupanya, anak saya juga bersekolah disana. Ehm kenapa kamu memilih sekolah disana?"

"Itu kemauan ibu saya pak, ibu saya ingin saya masuk ke sekolah yang bagus dan internasional star highschool ini kan terkenal dengan sekolah nomor satu disini pak"

"Oh begitu, sepertinya ibu kamu sangat sayang kepada kamu"

"Cuma ibu satu-satunya orang yang saya punya sekarang"

"Loh memangnya ayah kamu?"

"Saya gatau pak, dari kecil saya hanya hidup berdua dengan ibu saya" jelas Sargas, bahkan sampai sekarang ia tidak pernah tau siapa ayahnya.

"Yang sabar ya nak" ujar Hendri sambil menepuk pundak Sargas.

"Yasudah kalau begitu saya pergi dulu ya pak, terimakasih sebelumnya"

"Hati-hati nak"

Sargarpun pergi dan segera menuju ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya.

Pak Hendri menatap kepergian Sargas. Entahlah setiap melihat anak itu, ia merasa tidak tega dan ikut merasakan kesedihan yang Sargas alami. Sargas juga terlihat anak yang baik dimatanya, tidak seperti anaknya yang berandalan. Ia tersenyum, ternyata Sargas salah satu murid yang bersekolah di sekolah miliknya. Yap jadi pak Hendri ini pemilik internasional star highschool gais.

*****


"Duarrr" teriak Akio di telinga El nath.

"Apaan sih ki ga jelas lo, ngagetin aja" ujar El nath yang terlihat kesal.

"Enak aja lo manggil gue ki emang gue aki-aki, lagian lo daritadi bengong aja kaya orang  kesambet"

"Gue lagi mikir bukan bengong"

"Mikirin apa sih? Pasti lo lagi mikir ya kenapa gue bisa ganteng kayak gini, ngaku lo!" ucap Akio dengan pedenya.

"Cih gantengan juga tukang rujak yang suka lewat depan rumah gue"

"Ciee ternyata lo suka merhatiin abang-abang rujak yang suka lewat, hahaha baru tau gue El ternyata selera lo kayak abang-abang rujak hahaha"

"Ck, berisik lo"

"Apa bersisik? Ikan duyung kali ah hahahaha"

Akio tertawa bahak-bahak, sedangkan El merasa capek karena mempunyai sahabat seperti Akio yang super duper tidak jelas dan mempunyai selera humor yang sangat rendah.

"Lo kenapa yo? Udah gila ketawa-ketawa sendiri?" tanya Mikko yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah buang air kecil.

"Yo siapa? Yoyo?" tanya Akio setelah berhenti tertawa.

"Lo bego, siapa lagi" jawab Mikko.

"Ck, jangan panggil gue ki ataupun yo karena gue bukan aki-aki dan bukan yoyo. Jadi mulai sekarang kalian harus panggil gue A.KI.O harus lengkap pokoknya gaboleh setengah-setengah, ngerti?" jelas Akio yang merasa kesal, sedangkan El dan Mikko hanya menggelengkan kepalanya.

"Ah susah emang kalo ngomong sama orang yang IQnya rendah kaya kalian"

"Ngomong sekali lagi coba" sahut El sambil menatap Akio dengan tajam.

"Eheheh peace bro" jawab Akio sambil menunjukan jarinya yang membentuk huruf 'V'.

"Si Yuan mana sih, lama amat. Gue udah laper nih" ucap Mikko.

"Paling bentar lagi" jawab El.

Saat ini mereka sedang berada di rumah Yuan, tepatnya di balkon kamar Yuan sedangkan Yuan sedang berada di dapur. Ia sedang memasak nasi goreng untuk ketiga sahabatnya. Yuan bukan hanya pintar dalam hal pelajaran saja, tapi juga ia pintar memasak karena memasak adalah salah satu hobi Yuan sedari kecil. Cewek mana coba yang gamau sama Yuan? Udah pinter jago masak pula, tipe pacar idaman banget emang si Yuan ini. Yok yang mau sama Yuan merapat yok, wkwk.

"Nih nasi goreng nya" ucap Yuan sambil membawa nampan berisi 4 piring.

"Minumnya mana? Masa makanannya doang sih nanti kalo kita keselek terus mati gimana? Lo mau tanggung jawab?"  ucap Akio sambil melipat kedua tangannya didada.

"Nah makanya, mendingan sekarang lo ambil minumnya di bawah biar kita semua gak mati gara-gara keselek" ucap Mikko kepada Akio.

"Eh iya juga ya, yaudah deh gue ambil dulu di bawah" Akio pun segera turun ke bawah dan mengambil minum untuk mereka berempat.

"Dasar bego" ucap Mikko, sedangkan El dan Yuan hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Akio.

"Anjir nasi gorengnya enak banget, gak kalah rasanya sama yang direstoran restoran" ujar Mikko setelah memakan nasi goreng buatan Yuan.

"Masakan gue selalu enak" jawab Yuan sambil tersenyum.










SARGAS✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang