Felicya berdiri didepan rumah kosong yang berada tak jauh dari sekolahnya. Sebenarnya ia ragu untuk datang ke tempat ini karena suasana di daerah sini sangat sepi dan jarang ada orang yang berlalu lalang. Felicya juga merasa bimbang, apakah ia harus menemui orang itu atau pergi saja dari tempat tersebut. Tapi kalau ia pergi, ia takut kalau orang itu benar-benar akan mencelakai kedua orang tuanya dan ia tidak mau kalau itu terjadi.
Saat sedang menunggu, tiba-tiba ada ada yang membekap mulutnya dari belakang. Felicya berusaha melepaskannya tapi tidak berhasil dan dirinya malah pingsan tak sadarkan diri.
Felicya mengerjapkan matanya beberapa kali, entah kenapa kepalanya terasa berdenyut dan sedikit pusing. Kini setelah kesadarannya benar-benar kembali, ia terlihat kaget karena sekarang dirinya sudah berada di sebuah ruangan yang terlihat seperti gudang dan juga tangan serta kakinya diikat pada kursi yang kini tengah ia duduki. Dengan sekuat tenaga Felicya mencoba melepaskan ikatan itu, namun hasilnya nihil, ia tetap tidak bisa melepaskannya karena ikatannya terlalu kuat.
"Oh udah bangun rupanya. Gimana mimpi indahnya barusan?" ucap seseorang yang tiba-tiba muncul.
Felicya terkejut ketika mendapati seseorang dengan pakaian yang tertutup sudah berdiri dihadapannya. Orang itu memakai pakaian serba hitam yang juga dilengkapi dengan masker serta kacamata dengan warna yang serupa dan satu lagi, orang itu mengenakan topi berwarna merah jambu yang menutupi kepala serta rambutnya. Felicya dapat menebak kalau orang itu adalah seorang perempuan, bukan karena warna topinya tetapi ia dapat mengenali dari cara berbicara dan suara orang tersebut yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang perempuan.
"Siapa lo?!!" tanya Felicya dengan suara lantangnya, sebenarnya Felicya merasa takut tetapi ia mencoba untuk menutupinya.
"Eits santai aja dong. Lo mau tau siapa gue? Gue adalah orang yang hidupnya dibikin hancur sama orang tua lo"
"Ma-maksud lo apa? Kenapa lo bawa-bawa orang tua gue?"
"Lo mau tau maksud gue apa? Orang tua lo itu udah ngehancurin hidup gue, dia udah bikin hidup gue sengsara. Orang tua lo itu jahat, padahal satu-satunya orang yang gue punya di dunia ini adalah bokap gue tapi dia dengan teganya menjebloskan bokap gue ke penjara. Dan lo tau? hidup gue benar-benar hancur setelah itu, gue udah gapunya siapa-siapa lagi disini. Gue sendirian dan semua itu gara-gara orang tua lo itu. Gue benci mereka dan semua yang berhubungan dengan mereka"
"Gue bener-bener gak tau apa-apa soal itu" jawab Felicya dengan jujur karena selama ini ia tidak pernah mengetahui hal yang dilakukan orang tuanya dan yang ia tau hanya satu, orang tuanya sibuk bekerja, itu saja.
"Gue gak perduli, gue akan tetep ngebales semua itu"
"Jangan sakitin nyokap bokap gue, gue mohon"
"Oke, tapi jangan salahin gue kalo gue bakal bales semua ini ke diri lo"
"Ma-maksud lo apa? Apa yang mau lo lakuin ke gue?"
Orang itu mulai mendekat ke arah Felicya dan langsung menjambak rambut Felicya dengan ganas. Felicya yang merasa kesakitan itupun tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya kini sedang terikat.
Orang itu melepaskan tangannya dari rambut Felicya lalu mulai memegang kencang kedua pipi Felicya. Dengan kasarnya orang itu langsung menampar kedua pipi Felicya secara terus menerus sampai bibir dan hidung Felicya mengeluarkan darah segar.
"Aarrghh" Felicya meringis kesakitan, saat ini wajahnya terasa sangat panas dan juga perih akibat tamparan dari orang tersebut.
"AHAHAHAH, ini belum seberapa dengan penderitaan gue selama ini" ucap orang itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Orang itu kemudian menendang kaki Felicya dengan sangat kencang, tangannya kini sudah berada di wajah Felicya dan mencakar Felicya dengan kukunya yang panjang dan juga tajam.
"Sa-sakit" wajah Felicya benar-benar terasa sangat perih sekarang apalagi lukanya yang kini terkena air mata Felicya yang semakin membanjiri wajahnya.
"Uh sakit ya? tapi sayangnya gue belum puas" ujar orang itu yang Felicya yakin sedang tersenyum puas.
Orang itu kemudian mulai merobek baju Felicya secara paksa sampai kedua kancing atas seragam milik Felicya terlepas. Tidak hanya itu, kini ia juga mengambil gunting dan mulai memotong rambut Felicya.
"Rambut lo bagus juga ya, tapi kayaknya gue bisa bikin lebih bagus lagi deh"
Felicya menangis melihat rambutnya yang kini berjatuhan akibat potongan kejam dari orang tersebut.
Karena merasa belum cukup, orang dihadapannya itu kini mengeluarkan pisau tajam yang kini sudah digenggamnya.
"Tangan lo mulus juga ya. Bagus deh kayaknya kalo gue bikin beberapa tanda disitu"
"Ja-ngan" cegah Felicya dengan raut wajah yang sangat ketakutan.
"Tenang aja gue bakal pelan-pelan kok"
Tanpa ampun orang itu mulai menggores tangan Felicya dengan teganya sampai beberapa kali. Kini bukan hanya wajahnya saja yang mengeluarkan darah tapi tangannya juga bahkan dengan darah yang lebih banyak.
"HAHAHAH"
Felicya hanya bisa memejamkan matanya menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Orang itu kini mengganti pisaunya dengan yang baru dan terlihat lebih tajam lalu mulai mendekat ke arah Felicya. Felicya benar-benar ketakutan saat ini, ia sudah pasrah jika hari ini dirinya harus mati.
Orang itu terus mendekat kearah Felicya bahkan kini sudah berdiri di hadapan Felicya dan sudah siap untuk menusuk Felicya.
"Selamat tinggal NONA FELICYA" ucap orang itu yang langsung ingin menusuk Felicya tapi yang terjadi selanjutnya adalah orang itu malah jatuh tersungkur karena ada yang memukulnya dengan balok dari belakang.
Felicya melihat seorang pria yang tak asing yang kini tengah berdiri di belakang orang tersebut. Ia adalah Sargas yang barusan memukul orang itu dan menyelamatkan Felicya.
"Ka-kak Sargas" ucap Felicya sambil menunjukkan senyumnya dengan paksa dan setelah itu ia tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARGAS✓ (Completed)
Ficção Adolescente[completed] Tentang seorang remaja laki-laki yang bernama SARGAS ARRAYAN G. Dia bukan cowok keren, apalagi terkenal. dia hanya seorang anak baru di sekolahnya yang kehidupannya penuh dengan teka-teki. Felicya Almeera Pratama atau yang kerap disapa...