SARGAS28

1.1K 102 3
                                    

Klik vote dulu yuks!














udah vote belum?












Yakin udah?








Yaudah yuk langsung aja, cekidot!










Angin berhembus pelan menerpa rambut Felicya yang terurai. Udara malam ini sangat menyejukkan ditambah bintang-bintang terang berhamburan menghiasi langit yang membentang luas sehingga terlihat sangat indah diatas sana. Felicya menyusuri jalanan yang penuh dengan pepohonan besar. Ia memeluk dirinya sendiri karena udara dingin yang terus menerobos masuk ke kulitnya secara paksa.

Felicya berjalan menuju supermarket yang tidak jauh dari rumahnya untuk membeli cemilan yang akan menemaninya menonton drakor malam ini.

Sesampainya di sana, ia mendorong pintu transparan dan segera masuk untuk memilih beberapa makanan. setelah mendapatkan beberapa camilan yang dia inginkan, Felicya bergegas menuju ke kulkas sambil menatap ke arah handphonenya.

ketika Felicya ingin membuka kulkas, ia tak sengaja menyentuh tangan seseorang yang mungkin telah duluan ingin membuka kulkas itu. Felicya menatap seseorang yang tak sengaja tangannya ia sentuh. Felicya terkejut bukan main ketika mendapati Sargas yang berada dihadapannya.

kak sargas?

deg

Felicya dan sargas beradu tatap.

Felicya mematung, entah kenapa muncul debaran kuat yang berasal dari jantung Felicya dan tidak berhenti berdegup kencang. Sargas yang sadar akan itu segera menjauhkan tangannya dari tangan Felicya.

"L-loh kak Sargas?" ucap Felicya yang berusaha menutupi rasa canggungnya barusan.

"Kenapa?" tanya sargas binggung.

"Kak sargas ngapain disini?"

"Ga liat?" tanya sargas singkat sambil menunjukan barang yang dibelinya.

"Ehehe, tapi kenapa belinya disini kak? Emangnya rumah kaka deket sini juga? atau jangan-jangan.." Felicya tiba-tiba tersenyum ketika pikiran konyol masuk ke dalam otaknya, bagaimana mungkin ia bisa berfikir kalo Sargas sengaja ke sini supaya bisa bertemu dengannya. Ck, kepedean banget sih lo ca.

"Mikir apa lo?" tanya Sargas sambil mengangkat alisnya.

"E-eh enggak kok, gak mikir apa-apa hehe"

Felicya membuka kulkas yang ada dihadapannya itu dan mengambil beberapa minuman segar, lalu memasukkan ke dalam keranjang yang dipegangnya. Saat berbalik arah, Felicya melihat Sargas yang masih berdiri tidak jauh darinya. Tanpa sadar Felicya memperhatikan Sargas yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

"Ck, jangan liatin gue terus" ucap Sargas yang sadar bahwa Felicya memperhatikannya sedari tadi.

"E-eh enggak kok g-gue gak ngeliatin lo kak" ucap Felicya dengan terbata-bata karena merasa malu.

"Yakin?"

Sargas kini melangkah mendekati Felicya yang entah sejak kapan menundukkan kepalanya karena merasa gugup sekaligus malu.

"Pulang, udah malem" ucap Sargas ketika berada dihadapan Felicya.

Sargas berlalu dari hadapan Felicya dan berjalan menuju kasir, Felicya yang sadar akan itu segera menyusul dan berdiri didepan Sargas untuk membayar belanjaannya juga.

"Kak Sargas" teriak Felicya ketika mereka berdua sudah berada di depan supermarket, "Lo mau langsung pulang?"

"Kenapa?"

"Ya gapapa sih, nanya doang heheh"

"Gue mau ke rumah sakit"

"Oh gitu, yaudah hati-hati ya kak"

Sargas hanya mengangguk dan segera pergi meninggalkan Felicya menggunakan motor kesayangannya.

*****

Sargas berjalan di koridor rumah sakit dengan santai sambil membawa beberapa makanan yang barusan dibelinya. Sebenarnya ia merasa sangat cemas karena sebentar lagi ibunya akan melakukan operasi, tapi ia berusaha sebisa mungkin untuk menutupi rasa cemasnya itu.

"Assalamualaikum ibu" ucap sargas ketika memasuki ruangan tempat ibunya dirawat.

"Waalaikumsalam, kamu darimana gas?"

"Habis beli roti bu sekalian beli minum. ibu jangan takut ya, agas selalu disini buat doain ibu dan nemenin ibu"

"Iya nak, doain ibu ya supaya operasi ibu berjalan dengan lancar"

"Pasti bu, agas selalu doain yang terbaik untuk ibu"

"Oh iya sebelumnya ibu mau tanya sesuatu sama kamu"

"Apa bu?"

"Kamu sebenernya dapet uang buat biaya operasi ibu ini darimana nak? Apalagi kan jumlahnya sangat besar"

"Agas dapet pinjaman dari seseorang bu"

"Tapi gas gimana caranya kita harus ganti uang dia, tabungan ibu hanya cukup untuk membayar biaya sekolah kamu saja nak"

"Ibu tenang aja, Agas ditawarin kerja di kedai kopi milik orang itu dan nanti sisanya Agas bakal pake tabungan agas, ya walaupun gak tau cukup apa enggak tapi agas bakal berusaha kok bu. Agas minta maaf ya bu kalo agas gak minta izin dulu sama ibu, agas cuma mau ibu sembuh" ucap Sargas menggenggam erat tangan ibunya.

"Harusnya ibu yang minta maaf sama kamu, ibu udah bikin kamu nanggung semuanya ini sendiri. Ibu udah nyusahin kamu, maafin ibu ya gas"

"Ibu gak seharusnya minta maaf, ibu gak salah. Ini semua kan emang udah jadi tugas agas buat selalu jagain ibu"

"Makasih ya gas, kamu emang anak ibu yang terbaik" ucap Citra sambil tersenyum manis.

Tak lama kemudian, dokter datang menghampiri Sargas dan juga ibunya.

"Kamu tunggu diluar ya, sebentar lagi operasi akan segera dimulai" ucap seorang dokter itu kepada Sargas.

"Lakukan yang terbaik ya dok untuk ibu saya" ucap Sargas dan dokter itu membalasnya dengan anggukan kepala sambil tersenyum kepada Sargas.

Sargas menunggu sambil sambil terus berdoa supaya operasi ibunya lancar dan ibunya akan baik-baik saja. Ia merasa sangat khawatir dan juga gelisah.

Setelah 2 jam menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruangan operasi dan Sargas pun segera menghampirinya.

"Dok bagaimana operasi ibu saya?" tanya Sargas dengan wajah yang nampak sekali raut khawatirnya

"Alhamdulillah operasinya lancar" jawab dokter itu sambil melepas masker yang dipakainya sejak tadi.

"Alhamdulillah" semua rasa khawatir itu akhirnya hilang dan berganti menjadi rasa senang dan juga lega ketika mendengar bahwa operasi ibunya berjalan dengan lancar. "Saya boleh liat ibu saya dok?"

"Tentu saja, tapi sepertinya ibu kamu belum bangun karena pengaruh obat bius nya belum hilang"

"Oh iya dok, terimakasih banyak"

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu"




SARGAS✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang