SARGAS49

959 81 0
                                    

Jangan lupa klik ⭐ nya ya gaiss!!

Happy Reading

El nath baru saja menghabiskan makan malamnya sendiri di ruang makan, ia hanya ditemani bi Asih yang kini tengah sibuk membuat kopi.

"Bi, itu pasti kopi buat papa ya?" tanya El sambil meletakkan piring kotornya ke wastafel.

"Iya den ini kopi buat tuan Hendri" jawab bi Asih yang masih mengaduk kopi buatannya itu.

"Biar El aja ya bi yang kasih ke papa" ucap El yang membuat bi Asih terkejut lalu kemudian tersenyum.

"Ah bibi tau, pasti den El mau minta dibelikan sesuatu kan sama tuan Hendri?" tebak bi Asih yang membuat El terkekeh, bi Asih ini sudah kenal betul dengan sikap El.

Tebakan bi Asih itu memang benar adanya, saat ini ia memang berniat ingin minta dibelikan mobil sport keluaran terbaru oleh papanya. Sebenarnya ia bisa saja menggunakan uang tabungan miliknya, tapi El merasa sayang jika harus menguras habis tabungannya itu, alhasil iapun akan minta dibelikan saja kepada papanya dan papanya pasti dengan senang hati akan menuruti permintaannya lagipula sudah numayan lama juga ia tidak ganti mobil.

"Bibi tau aja, yaudah sini bi kopinya. Papa ada diruang kerja kan?" tanya El yang kini sudah mengambil alih segelas kopi dari tangan bi Asih.

"Iya den, hati-hati ya bawanya"

El mengangguk lalu menunjukkan jempol kanannya kepada bi Asih.

El mengetuk pintu ruang kerja papanya sebanyak tiga kali, tapi tidak ada sahutan dari dalam sana. El pun akhirnya memutuskan untuk masuk saja kedalam karena kebetulan ruang kerja papanya ini tidak dikunci.

El menatap sekitar, sepertinya papanya itu sedang ada di kamar mandi. Yap ruang kerja papanya ini memang punya kamar mandi sendiri di dalamnya. El meletakkan gelas berisi kopi yang dibawanya ke atas meja. Sebenarnya El sangat jarang masuk ke ruang kerja papanya ini bahkan bisa dihitung dengan berapa kali jari ia memasuki ruangan ini.

Saat tengah mengamati ruangan ini, El tidak sengaja melihat sesuatu yang terselip di tumpukan berkas kerja papanya. Karena merasa penasaran El pun akhirnya mengambil barang itu yang sepertinya adalah selembar foto.

Setelah berhasil mengambil foto itu, El membenarkan posisi foto itu yang sebelumnya hanya memperlihatkan bagian belakangnya saja alias terbalik. Difoto itu El bisa melihat dengan jelas papanya yang sedang tersenyum bahagia dengan seorang wanita yang terlihat seperti sedang mengandung disampingnya.

El mengerutkan keningnya, mencoba untuk meneliti wajah wanita itu. Wanita difoto itu bukanlah ibunya, bahkan El sama sekali tidak mengenali siapa wanita yang sedang tersenyum bahagia dengan ayahnya itu. Walaupun sejak lahir El tidak pernah melihat wajah ibunya secara langsung tapi El tahu wajah ibunya seperti apa bahkan wajah ibunya itu sangat berbeda dengan wajah wanita yang berada didalam foto itu, lalu siapa wanita itu? dan kenapa difoto itu papanya dan wanita itu terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat bahagia?

"Loh El kamu sedang apa?" tanya Hendri yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Wa-wanita difoto ini siapa pah?" bukannya menjawab, El malah balik bertanya kepada papanya sambil menunjukan selembar foto yang ia temukan barusan.

Hendri benar-benar terkejut ketika El menunjukkan foto dirinya bersama Citra. Foto itu adalah satu-satunya kenangan yang Hendri punya, tapi bagaimana El bisa menemukan foto itu?

"Kamu dapat darimana foto itu?" tanya Hendri ditengah keterkejutannya.

"El nemuin foto ini ditumpukkan berkas kerja papa. Sekarang jawab El pah, siapa wanita ini?"

"El papa bisa jelasin semuanya"

"Ini bukan mama kan pah? Terus kenapa papa keliatan begitu mesra sama perempuan ini?"

"El jangan sentuh foto itu, cepat letakkan kembali" pinta Hendri yang membuat El nath semakin geram.

"Jawab pah! Siapa wanita ini?!!" tanya El yang mulai tersulut emosi.

Hendri terdiam, dia bingung harus berbuat apa sekarang. Apa ia harus memberitahu tahu semuanya sekarang kepada El yang juga merupakan putranya? tapi rasanya ia masih belum siap dan Hendri juga takut jika El tidak bisa menerima semua ini.

"Kenapa papah diem aja? Ayo jawab pertanyaan El pah. Oh apa jangan-jangan selama ini papah nyembunyiiin sesuatu ya dari El? Jawab pah jawab!!" sarkas El dengan penuh emosi.

Hendri akhirnya pasrah, mungkin ini memang sudah saatnya ia memberitahu semuanya kepada El.

"Wanita itu istri papa, perempuan yang sangat papa cintai selama ini" jelas Hendri yang membuat El menatapnya tidak percaya.

"Istri? Papah pasti bercanda kan? Wanita ini bukan mama pah!"

"Iya papa tau, wanita itu memang mama kamu. Tapi kenyataannya memang seperti itu El, dia istri papa"

"Maksud papa tuh apa sih? El bener-bener gak ngerti sama semua yang papa ucapin. Kalau wanita itu istri papa terus bagaimana dengan mama?" tanya El yang benar-benar tidak paham dengan maksud ucapan papanya itu.

Hendri menghembuskan nafasnya berat, "papa akan menjelaskan semuanya sama kamu El" ucap Hendri yang kini mendudukkan dirinya di sofa, lalu kemudian disusul oleh El dengan wajah penuh tanyanya.

"Jadi waktunya itu nenek kamu meminta papa untuk menikahi mamamu, padahal pada saat itu papa sudah punya istri dan istri papa sedang hamil besar. Papa sempat menolak karna papa tidak mau menyakiti istri papa dan pada saat itu posisi mama kamu juga sedang mengandung kamu sekitar 1 bulanan" jelas Hendri.

"Sebetar, ma-maksud papa, papa menikahi mama tanpa didasari rasa cinta gitu? Dan kenapa pada saat itu mama sedang mengandung El pah?"

"Iya papah memang tidak pernah mencintai mamamu, papah terpaksa menikahi dia dipaksa oleh nenekmu dan juga karena pada saat itu perusahaan keluarga papa terancam bangkrut. Waktu  itu hanya keluarga mama kamu lah yang bisa menolong kita tapi dengan satu syarat, yaitu papa harus menikahi mama kamu yang juga sedang mengandung. Awalnya papa menolak keras permintaan nenekmu itu apalagi kondisi mama kamu yang sedang mengandung entah oleh siapa"

"Ja-jadi aku ini bukan anak kandung papa? A-aku ini anak haram?" tanya El yang sudah melemas. Ia tidak menyangka kalau selama ini papanya itu bukan ayah kandungnya.

"Jangan bicara seperti itu El, biar bagaimanapun kamu tetap anak papa"

"Anak papa gimana? Aku ini haram pa! Aku anak seorang pria yang gak bertanggung jawab itu! Aku juga anak dari wanita perusak rumah tangga orang" raung El yang sudah kacau

"Kamu anak papa El, kamu akan tetap menjadi anak papa"

"Terus kemana istri papa yang juga sedang mengandung?"

Hendri tersenyum miris, "Waktu itu dia memilih untuk pergi meninggalkan papa karena dia tidak mau hubungan papa dan nenekmu itu menjadi buruk apalagi selama kita menikah nenekmu itu tidak pernah menyukai dia. Saat itu papa benar-benar hancur El, papa tidak punya pilihan lain selain menikahi mamamu. Papah benar-benar merasa seperti pengecut"

"Ini semua bohong kan pa? Papa pasti cuma bercanda doang kan daritadi? Ayo pah jawab! ini semua bohong kan?!"

El benar-benar merasa kacau sekarang, ia tidak terima dengan kenyataan yang baru saja diterimanya. Bagaimana mungkin selama ini ia adalah anak dari wanita perusak rumah tangga orang dan juga pria yang tidak bertanggung jawab. Dunianya sangat terasa hancur, bahkan ia sampai lupa tujuan awalnya untuk mendatangi papahnya ini. Ya Tuhan kenapa kenyataan ini begitu buruk?

"Tapi kenyataannya memang seperti itu El" ucap Hendri sendu.

El bangkit dari duduknya lalu menatap Hendri dengan penuh emosi, kemudian El memilih untuk pergi dari ruangan papanya itu.

"Maafkan papa El, papah gak bermaksud bikin kamu seperti ini" ucap Hendri sambil menatap punggung El yang mulai menghilang dibalik pintu.

SARGAS✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang