Happy reading guys:)
Jangan lupa vote dan komen yaa🤗Sargas kini berada di taman untuk sekedar menenangkan pikirannya. Ia benar-benar masih belum bisa menerima semuanya, apalagi untuk menerima Hendri sebagai ayahnya.
"Kak Sargas" panggil Felicya sambil menepuk pundak Sargas yang membuat Sargas sedikit terkejut dan menoleh ke arahnya.
"Lo lagi ngapain ka disini?" tanya Felicya yang kini sudah duduk di samping Sargas.
"Menurut lo?"
"Em kalo menurut gue sih lo lagi ngelamun, lo kayaknya lagi ada masalah ya kak?"
"Bukan urusan lo"
"Ish, gue kesini berniat baik tau"
"Mau apa lo?" tanya Sargas ketika melihat Felicya yang kembali berdiri dan mengadahkan tangannya di hadapan Sargas, percis seperti anak kecil yang meminta uang kepada orangtuanya.
"Siniin dulu tangan lo kak"
Sargas menatap Felicya bingung sampai akhirnya Felicya mengambil tangan Sargas dan menautkan jemarinya pada jemari Sargas lalu tersenyum lebar.
"Lo sakit?" tanya Sargas yang membuat senyum Felicya hilang begitu saja.
"Sembarangan, gue sehat tau"
"Yakin?" Kali ini Sargas berbicara sambil menatap tangannya yang sudah bertautan dengan tangan Felicya sambil mengangkat sebelah alisnya heran.
Felicya yang paham akan itu langsung mengangguk paham, "Gue mau ngajak lo beli sesuatu disana, ayok buruan"
Sargas hanya pasrah saja ketika Felicya mulai menariknya menjauh dari tempat ia duduk. Sargas merasakan ada perasaan hangat yang mengalir dihatinya ketika Felicya menggenggam tangannya, jantungnya bahkan berdebar lebih cepat tidak seperti biasanya. Sargas juga menahan senyumannya tapi sebisa mungkin Sargas menutupi itu semua dengan wajah yang biasa-biasa saja.
Felicya terus menarik Sargas sampai ke depan penjual es krim yang berada di sebrang taman.
Sargas menyerngit tidak paham, kenapa gadis dihadapannya ini malah membawanya ke tukang es krim. Sedangkan Felicya malah tersenyum lalu melepaskan tautan pada jari mereka yang membuat Sargas merasa tidak rela.
"Ck, lo kalo mau beli es krim bisa sendiri kan? kenapa harus ngajak-ngajak gue segala sih"
"Gue sengaja ngajak lo kesini karena mau traktir lo eskrim tauk" jelas Felicya sambil mengerucutkan bibirnya karena kesal dengan perkataan Sargas barusan.
"Gue gak mau" tolak Sargas.
"Lo harus mau"
"Kok lo maksa?"
"Gue gak nerima penolakan hari ini" ucap Felicya yang membuat Sargas mendelik ke arahnya.
"Abang beli eskrimnya dua ya" pinta Felicya kepada penjual es krim yang sudah sedari tadi memperhatikan tingkah mereka berdua.
"Oh iya neng, mau yang rasa apa?"
"Saya mau yang rasa strawberry satu sama yang rasa vanilla satu ya bang"
"Oke siap neng"
Felicya memperhatikan abang penjual eskrim dihadapannya itu yang sedang membuatkan pesanannya.
"Ini neng eskrimnya"
"Woah, makasih bang. Ini uangnya, kembalinya ambil aja buat abang" Felicya memberi selembar uang berwarna biru yang sebelumnya ia ambil dari saku celananya sambil tersenyum ramah.
"Wah makasih ya neng, abang doain semoga hubungan eneng sama pacar eneng ini bisa awet sampe nikah nanti" ujar abang penjual eskrim itu sambil melirik Sargas yang sedari hanya diam disebelah Felicya.
"E-eh anu bukan bang kita bukan itu-- tapi aamiinin aja deh hehe" ucap Felicya cengengesan, sedangkan Sargas yang mendengar jawabn Felicya seperti itu malah membuang muka menahan senyumannya.
"Yaudah yuk kak, kita duduk disana" ajak Felicya yang dibalas Sargas dengan anggukan kepala.
Mereka duduk di kursi taman yang hanya berjarak 2 meter saja dari penjual eskrim barusan.
"Nih buat lo, ka Sargas suka rasa vanilla kan?" Felicya memberi satu eskrim rasa vanilla tadi kepada Sargas.
"Biasa aja"
Sebenarnya Sargas memang sangat menyukai semua jenis makanan rasa vanilla termasuk eskrim, tapi ia malu untuk mengakuinya. Sargas juga heran mengapa gadis dihadapannya itu mengetahui rasa favoritnya, padahal Sargas tidak pernah menceritakan sama sekali.
"Yakin biasa aja?" tanya Felicya dengan nada meledek sedangkan Sargas hanya diam saja dan tidak berniat menjawabnya lalu menikmati eskrim miliknya.
"Kenapa?" tanya Sargas tiba-tiba yang membuat Felicya menatapnya bingung.
"Kenapa apanya?"
"Kenapa lo traktir gue eskrim?"
"Ooh. Jadi gini kak, katanya tuh eskrim bisa balikin mood seseorang yang lagi jelek, nah karena gue baik hati dan tidak sombong jadinya gue beliin lo eskrim deh biar mood lo balik lagi" jelas Felicya.
"Maksud lo?"
"Aduh gini loh kak, barusan gue liat lo itu kayak orang yang lagi banyak pikiran gitu nah makanya gue ajak lo beli eskrim ini"
"Jadi maksud lo gue itu lagi badmood atau banyak pikiran sih?"
"Dua-duanya, karena pada saat lo banyak pikiran otomatis mood lo jadi memburuk tanpa lo sadari. Btw gue sering beli eskrim di abang-abang yang tadi loh kak, terus makannya juga disini" jelas Felicya sambil melahap eskrimnya dengan rakus.
"Pelan-pelan makannya"
"Hehe abisnya ini enak banget kak"
Felicya terus memakan eskrimnya dengan rakus, sedangkan Sargas hanya terkekeh geli melihat tingkah Felicya yang seperti anak kecil.
"Kapan-kapan gue traktir biar kita impas" ucap Sargas sambil menatap lurus jalanan didepannya.
"Wah bener ya kak? Awas aja kalo sampe bohong"
"Gak akan"
"Yakin? Ada jaminannya gak nih?"
Sargas menatap Felicya dengan kesal, gadis ini tidak percaya kepadanya ternyata.
"Sini hp lo" pinta Sargas.
"Bu-buat apa?"
"Gak usah banyak tanya, sini cepetan"
Felicya lalu menyerahkan ponsel miliknya kepada Sargas, sedangkan Sargas langsung mengetikkan sesuatu diponsel Felicya.
Setelah selesai Sargas langsung mengembalikan ponsel itu kepada Felicya, "Itu nomor gue sebagai jaminan"
"Wah makasih kak akhirnya gue bisa dapet nomor lo juga" ucap Felicya senang, ia tidak menyangka kalau cowok seperti Sargas akan memberikan nomornya padahal tadi Felicya hanya bercanda saja kepada Sargas.
Entah kenapa sekarang Sargas merasa lebih baik dari sebelumnya, sepertinya benar apa yang dikatakan Felicya kalau eskrim bisa mengembalikan moodnya.
Sargas memperhatikan wajah Felicya yang terlihat lucu karena mulutnya belepotan akibat memakan eskrim, iapun terkekeh.
"Dasar bocah" ucap Sargas yang kini memajukan tangannya dan selanjutnya membersihkan sudut bibir Felicya dengan ibu jarinya tanpa rasa jijik sedikitpun.
Felicya terkejut ketika ibu jari Sargas menyentuh sudut bibirnya, pipinya kini terasa panas. Felicya bahkan menahan nafasnya karena jarak mereka berdua terbilang cukup dekat, yampun Felicya benar-benar salah tingkah saat ini.
Sargas akhirnya menjauhkan tangannya setelah selesai mengelap sudut bibir Felicya, Sargas juga merasa heran entah punya keberanian dari mana dirinya bisa melakukan itu kepada Felicya.
"Ayok pulang udah sore" ajak Sargas yang kini sudah bangkit dari duduknya.
Felicya mengangguk, "E-eh iya ayuk kak"
KAMU SEDANG MEMBACA
SARGAS✓ (Completed)
Teen Fiction[completed] Tentang seorang remaja laki-laki yang bernama SARGAS ARRAYAN G. Dia bukan cowok keren, apalagi terkenal. dia hanya seorang anak baru di sekolahnya yang kehidupannya penuh dengan teka-teki. Felicya Almeera Pratama atau yang kerap disapa...