SARGAS57

982 78 1
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!!

"Mau kemana Ca?" tanya Jihan yang melihat Felicya tengah terburu-buru merapihkan alat tulis yang berserakan di mejanya.

"Mau ke ruang musik" jawab Felicya yang kini sudah selesai dan menutup resleting tempat pensilnya.

"Loh kok keruang musik sih, kita kan mau makan di kantin Ca" ucap Gladis yang kini sudah berdiri disamping Felicya.

"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul kok"

"Ih gabisa gitu dong Ca kita harus bareng-bareng ke kantinnya, masa misah misah sih" protes Gladis yang membuat Felicya menghembuskan nafasnya pelan.

"Dis, please ya. Gue janji kok gak akan lama" pinta Felicya yang sambil menunjukkan puppy eyesnya.

"Ck, yauda yauda tapi janji ya gak lama"

"Siapp, makasih Gladis cantik" ucap Felicya sambil tersenyum lebar, "Jihan lo gak keberatan kan?" tanya Felicya yang kini beralih menatap Jihan.

"Gue bukan Gladis, yaudah gih sana. Lo mau ketemu sama pangeran lo itu kan?" ucap Jihan yang membuat Felicya menjadi salting, entah kenapa belakangan ini Felicya jadi sering merasa salah tingkah ketika mengingat hal yang menyangkut tentang Sargas.

"Hahaha, yauda gue duluan ya! Bye kalian" pamit Felicya yang kini mulai berjalan menjauh.

"Emangnya si Ica beneran mau ketemu pangeran ya han?" tanya Gladis kepada Jihan.

"He'em"

"Hah seriusan? Pangerannya ganteng gak han? Ih kita susul Ica aja yuk, gue mau liat pangerannya juga tauk"

Jihan memutar kedua bola matanya dengan malas, "gak usah, pangerannya gak mau ketemu sama lo"

"Loh kenapa? Ica aja boleh masa gue gaboleh sih gak adil banget"

"Mana gue tau, yaudah ayo buruan ke kantin gue udah laper" ucap Jihan yang kini menarik tangan Gladis untuk segera menuju ke kantin.

Dilain tempat, Felicya melangkahkan kakinya sambil bersenandung kecil. Ia terus memperlihatkan senyumannya sambil membalas beberapa orang yang menyapanya ketika berpapasan.

"Kak Sargas" panggil Felicya yang kini sudah berdiri di ambang pintu ruang musik lalu kemudian berjalan menghampiri Sargas yang kini sedang duduk didepan piano yang sering dimainkannya.

"Kenapa lo? Seneng banget keliatannya" tanya Sargas yang melihat Felicya tidak berhenti memperlihatkan senyumannya sedari tadi.

"Iya dong" jawab Felicya sambil tersenyum begitu manis.

"Gak ke kantin?" tanya Sargas lagi yang membuat Felicya semakin mengembangkan senyumannya.

Felicya sangat senang karena Sargas mulai bersikap sedikit lebih hangat terhadapnya. Biasanya Sargas tidak pernah menanyakan sesuatu yang tidak penting menurutnya, tapi sekarang Sargas berbeda. Sargas sudah mulai perduli dan juga tidak secuek sebelumnya kepadanya, tentu saja hal itu membuat Felicya begitu senang.

"Ke kantin kok, tapi nanti. Gue mau bilang sesuatu dulu sama lo kak soalnya waktu itu gue belum sempet bilang karena lo udah keburu pulang"

"Apa?"

"Gue mau bilang makasih sama lo"

"Buat?"

"Buat traktiran yang kemarin di pasar malem. Makasih banyak ya kak udah bawa gue kesana, gue seneng banget tau bisa main kesana dan nyobain beberapa permainan. Kapan-kapan kita ke sana lagi ya kak?"

Sargas mengangguk, "udah sana ke kantin, perut lo udah bunyi terus tuh" ucap Sargas yang sontak membuat Felicya langsung memegang perutnya.

Felicya mengerucutkan bibirnya setelah memastikan perkataan Sargas yang ternyata tidak benar. Perutnya baik-baik saja dan sama sekali tidak berbunyi walaupun memang sekarang ia merasa sedikit lapar.

"Enak aja, lo ngusir gue ya kak?" tanya Felicya sambil memicingkan matanya.

"Engga, cuma nyuruh lo biar cepet ke kantin aja"

"Sama aja, yauda deh gue mau kantin. Bye kak Sargas" ucap Felicya sambil melambaikan tangannya dan kini mulai melangkah menjauh meninggalkan Sargas.

Sargas tersenyum kecil sambil memandang punggung Felicya yang mulai menjauh. Tanpa Felicya ketahui sebenarnya Sargas hanya ingin Felicya ke kantin agar Felicya bisa segera makan karena sekarang sudah waktunya untuk makan siang.

*****


Tepat pukul 7 malam, Hendri dan El nath kini sudah berdiri di depan pintu rumah Sargas. Mereka kesini untuk meminta maaf dan berniat untuk memperbaiki semuanya, terutama El. El ingin meminta maaf atas perlakuannya yang tidak sopan kepada Citra atas kejadian beberapa hari yang lalu dan juga meminta maaf kepada Sargas.

Tanpa menunggu lama, Hendri pun langsung mengetuk pintu rumah tersebut sebanyak tiga kali. Tak lama kemudian pintu tersebut terbuka dan menampakkan wajah Sargas yang terlihat begitu terkejut.

"Sargas" ucap Hendri sambil menatap sendu putranya yang sejak lama ia rindukan, namun Sargas hanya menunjukkan wajah datarnya.

Sargas berniat untuk menutup pintu kembali tanpa memperdulikan kehadiran Hendri dan juga El, sejujurnya Sargas masih belum siap bertemu mereka. El yang mengetahui bahwa Sargas akan menutup kembali langsung menahannya agar pintu tersebut tetap terbuka.

"Gue cuma mau minta waktu lo sama nyokap lo sebentar, gue mau memperbaiki semuanya" ucap El sambil menatap Sargas.

Sargas mengerutkan keningnya, ia tidak menyangka kalau El akan berkata demikian kepadanya, ia berpikir sebentar lalu akhirnya membuka pintu rumahnya dengan lebar lalu berjalan masuk ke dalam yang langsung diikuti oleh Hendri dan juga El.

"Ada siapa Gas?" tanya Citra yang baru selesai mencuci piring.

Ekspresi Citra langsung berubah ketika melihat Hendri dan juga El yang kini sudah berada di ruang tamunya, Citra sangat terkejut karena kedatangan mereka yang tiba-tiba.

SARGAS✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang