SARGAS41

1K 82 3
                                    

jangan lupa klik ⭐ sebelum membaca biar kita makin semangat ya!!

Btw selamat menjalankan ibadah puasa dan semoga puasa kita semua lancar ya gaiss:)

happy reading.

______________________________________

"Cit-citra?"

"Hendri?"

Mereka berdua sama terkejutnya, mereka saling menatap tak percaya melihat satu sama lain.

"Loh pak Hendri?" ucap Sargas yang kini menghampiri ibunya dan juga pak Hendri yang kini berada di tokonya.

"Sargas? Kamu sedang apa disini?" tanya pak Hendri dengan wajah bingungnya.

"Saya lagi bantuin ibu saya disini pak. oh iya kenalin ini ibu saya, nah ibu ini pak Hendri orang yang berbaik hati bantuin kita buat bayar operasi ibu kemarin" jelas Sargas kepada kedua orang dihadapannya itu.

"Ka-kamu anaknya citra?" tanya Hendri dengan raut wajah yang terlihat sangat terkejut dan juga tidak percaya.

Sargas mengangguk, "pak Hendri sudah kenal ibu saya?"

"Citra apa itu benar?"

Citra terdiam, dia masih tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Hendri--suaminya.

Flashback on

"Citra kamu mau kemana bawa-bawa koper seperti itu?"

Hendri terkejut ketika melihat istrinya yang tengah membawa koper besar. Ia baru saja pulang dari kantor bahkan masih menenteng tas beserta jas miliknya.

"Aku mau pergi mas" jawab citra sambil menunduk dengan suara yang bergetar menahan isak tangisnya.

"Pergi gimana maksudnya? Kamu mau ninggalin aku?"

"Mas, aku udah tau semuanya. Ibu kamu nyuruh kamu buat nikahin Tari kan karena dia hamil?"

Hendri terdiam, ternyata istrinya itu sudah mengetahui keinginan ibunya itu. Tapi semua itu tidak seperti yang citra pikirkan, Hendri sangatlah mencintai Citra.

"Citra aku bisa jelasin semuanya"

"Udahlah mas, gak ada yang perlu dijelasin lagi. Lebih baik kamu turutin aja keinginan ibu kamu, aku akan mengalah"

Citra mengelap air matanya yang entah sejak kapan sudah tak bisa dibendungnya lagi.

"Kamu salah paham, aku gak akan menikahi perempuan itu. Aku sangat mencintaimu begitupun calon anak kita Citra" jelas Hendri sambil memegang perut istrinya yang sudah membuncit itu karena usia kandungan Citra sudah memasuki delapan bulan, namun Citra menepisnya dengan cepat.

"Udahlah mas, lebih baik kamu lupain aja aku dan anak kita ini. Aku akan pergi dan tolong jangan cari aku" pinta Citra yang kini terisak.

"Maksud kamu apa? Kamu mau ninggalin aku dan misahin aku dari anak kita?"

"Mungkin memang sebaiknya begitu mas, lebih baik kamu turuti saja permintaan ibumu itu dan untuk masalah anak kita kamu gak usah khawatir karena aku akan berusah mengurusnya dengan baik"

"Citra dengar, aku hanya mencintai kamu. Cuma kamu gak ada lain jadi tolong jangan tinggalkan aku"

"Mas, selama ini ibumu tidak pernah menganggapku sebagai menantunya, aku gapapa mas aku masih bisa memakluminya. Tapi sekarang? Ibumu bahkan menyuruhmu untuk menikahi perempuan lain yang sedang hamil padahal kamu sudah menikah bahkan aku juga sedang mengandung. aku-- aku akan pergi dan kamu sebaiknya menuruti permintaan ibumu.. aku gak mau hubungan kamu dan ibumu hancur hanya karena aku, ak-aku akan pergi mas dan jangan cari aku.." ucap Citra yang semakin terisak dan melangkahkan kakinya menuju keluar.

Hendri berusaha menahan lengan Citra namun Citra terus menepisnya dengan kasar lalu segera pergi dengan taxi yang entah sejak kapan berada didepan rumahnya.

Semenjak hari itu, Hendri terus mencari keberadaan Citra namun hasilnya nihil. Hendri benar-benar kehilangan jejak Citra dan juga calon anaknya sampai akhirnya ia terpaksa harus menuruti permintaan ibunya untuk menikahi Tari, seorang perempuan yang bahkan tidak dicintainya sama sekali.

Flashback off

*****

El memberhentikan motornya di depan sebuah cafe yang cukup terkenal.

"Lo jalan lama banget sih kek siput" ujar El kepada Almeta yang berada di belakangnya, Almeta yang ditegur seperti itupun langsung berlari kecil untuk menyamai langkahnya dengan El.

Tanpa sengaja, Almeta menabrak seorang perempuan yang berlawanan arah dengannya.

"E--eh maaf ka, aku gak sengaja" Almeta meminta maaf dengan sedikit terkejut karena ternyata perempuan yang ditabraknya adalah seseorang yang juga merupakan kaka kelasnya di sekolah.

"Eh iya gapapa kok, gue juga tadi gak hati-hati jalannya" jawab perempuan itu ramah.

"Ck, lo ngapain malah disitu sih" El menghampiri Almeta yang terlihat sedang mengobrol dengan seseorang.

"Ica?" ucap El yang kini melihat jelas kalau yang sedang mengobrol dengan Almeta adalah Felicya.

"El?"

"Lo kenapa ada disini?"

"Abis ketemu teman-teman gue" jawab Felicya cuek, "Oiya lo Almeta kan? Pacar barunya El nath?"

"I-iya kak" Almeta menjawab dengan sedikit ragu.

"Wah selamat ya, gue ikut seneng dengernya"

"Ca ini semua gak seperti apa yang lo kira, gue masih belum bisa lupain lo. Gue masih sayang banget sama lo ca" jelas El yang mencoba memegang lengan Felicya, namun segera ditepis oleh Felicya.

Sementara Almeta, ia hanya bisa terdiam. Ada sedikit perasaan sakit dihatinya ketika melihat perlakuan El kepada Felicya, bahkan El sama sekali tidak memperdulikan keberadaannya.

Almeta tau kalau Felicya adalah mantan El nath, Almeta juga tau kalau ia hanyalah orang baru yang terpaksa menjadi pacar El nath. Tapi setidaknya El harus menghargai perasaannya juga kan?

"Ck, Lo ngomong apa sih El? Lo itu udah punya pacar sekarang jadi setidaknya lo harus menghargai perasaan dia bukan malah ngomong kayak gitu"

"Tapi ca, lo masih jadi orang yang spesial di hati gue"

"El stop! Harus berapa kali sih gue bilang kalo hubungan kita itu udah berakhir?"

"Tapi ca--"

"El cukup, itu semua cuma masalalu yang sebaiknya lo kubur dalam-dalam"

"Apa gak ada kesempatan sekali lagi buat gue lagi ca?"

"Gak ada El, kita udah selesai. Oiya gue cuma mau ngingetin, jangan sakitin dia ya El cukup gue aja yang lo bikin sakit" ucap Felicya sambil menatap Almeta, kali ini ucapannya terlihat sungguh-sungguh. "Almeta gue minta maaf ya, gue gak ada niatan ganggu acara jalan lo hari ini, maaf kalo gue bikin lo gak nyaman. Kalo gitu gue duluan ya, have fun"

SARGAS✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang