"Kenapa sih ngelamun aja daritadi" ucap Jihan yang kini duduk disamping Felicya sambil menyenggol pelan lengan Felicya sampai membuat sang empunya melirik tajam.
"Tau lo ca biasanya juga berisik kayak gue" susul Gladis yang kini duduk dihadapan Jihan dan Felicya, saat ini mereka bertiga sedang berada dikantin sambil menikmati es jeruknya.
"Enak aja, lo doang kali yang berisik" bantah Felicya tidak terima.
"Yaudah iya gue doang yang berisik, lo pada kalem" ucap Gladis dengan nada kesal, saat ini ia sedang tidak ingin berdebat. Padahal kenyataannya memang dialah yang paling berisik diantara mereka bertiga.
"Emang iya kan?" tanya Jihan yang membuat Gladis mendelik kearahnya.
"Salah gak sih kalo gue nolak kak Dino?" tanya Felicya tiba-tiba yang membuat kedua sahabatnya melotot kaget.
"Hah ma-maksud lo? Lo udah ditembak kak Dino? YA AMPUN DEMI APA?!!!" ucap Gladis dengan suara cemprengnya.
Felicya berdecak sebal, malas dengan respon Gladis yang terlalu berlebihan menurutnya.
"Kapan ca?" tanya Jihan dengan ekspresi yang sudah biasa-biasa saja, awalnya Jihan sedikit terkejut tapi sebelumnya ia memang sudah mengetahui kalau Dino menyukai sahabatnya itu apalagi dari cara menatap Dino kepada Felicya.
"Dua hari yang lalu, yang waktu kak Dino ngajakin gue pulang bareng"
"Kenapa lo tolak sih ca? Apa coba kurangnya kak Dino? Udah ganteng, keren, baik lagi. Paket komplit deh pokoknya" ucap Gladis
"Gue gak bisa ngebales perasaan dia dis, gue hanya menganggap dia sebagai kaka kelas sama seperti yang lain, gak lebih"
"Tapi kan ca lo bisa pertimbangin dulu, bukan malah langsung nolak dia gitu aja. Apalagi menurut gue lo sama kak Dino itu cocok banget" ucap Gladis lagi
"Gue cuma gak mau ngasih harapan yang gak pasti sama dia, gue gak mau bikin perasaan dia lebih dalam ke gue karena itu cuma akan nyakitin dia. Apa itu salah?" tanya Felicya dengan tatapan sendu, ia semakin merasa bersalah kepada Dino tapi ia melakukan ini semua semata-mata karena ia tidak ingin perasaan Dino semakin besar kepadanya. Lebih baik menolak bukan daripada harus memberikan harapan yang ia sendiri tidak bisa menjaminnya?
"Gak salah ca, tindakan yang lo ambil itu udah bener. Gue juga akan ngelakuin hal yang sama kalo ada diposisi lo, setidaknya lo udah jujur sama perasaan lo sendiri. Gue tau lo pasti merasa bersalah kan sama kak Dino? tapi gue yakin kalo kak Dino akan menghargai keputusan lo itu. Dan lo Gladis! seharusnya sebagai sahabat yang baik, lo bisa selalu dukung sahabat lo bukan malah kayak gini apalagi niat Ica itu baik, dia gak mau nyakitin siapapun. Lo harusnya ngerti itu dis, lo udah dewasa kan bukan anak kecil lagi?" ucap Jihan yang kini menatap Gladis dengan tatapan tajamnya, ia merasa kesal karena Gladis telah memojokkan Felicya secara tidak sadar.
Gladis terdiam, apa yang diucapkan Jihan benar adanya. Ia terlalu kekanak-kanakan hanya karena melihat Dino sebagai cowok yang cocok dengan Felicya, harusnya ia bisa lebih dewasa dan menghargai keputusan sahabatnya itu bukan malah seperti tadi.
"Ma-maafin gue ca, gue salah. Gue gak ada maksud buat bikin lo merasa bersalah dengan ucapan gue barusan, seharusnya gue bisa menghargai dan ngedukung apapun keputusan lo itu. Gue benar-benar ngerasa gak berguna sebagai sahabat" ucap Gladis dengan raut bersalahnya.
"Baguslah kalo lo sadar" sarkas Jihan
"Lo ngomong apa sih dis, lo itu gak salah lagian gue juga gapapa kok. Walaupun lo itu berisik tapi lo tetep jadi sahabat terbaik gue kok, udah deh lo gak pantes tau melow kayak gini" ujar Felicya yang membuat senyum di bibir Gladis mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARGAS✓ (Completed)
Teen Fiction[completed] Tentang seorang remaja laki-laki yang bernama SARGAS ARRAYAN G. Dia bukan cowok keren, apalagi terkenal. dia hanya seorang anak baru di sekolahnya yang kehidupannya penuh dengan teka-teki. Felicya Almeera Pratama atau yang kerap disapa...