47 | Confinement

15.4K 1.2K 81
                                    

Chapter kali ini agak sedikit panjang dari biasanya, jadi aku harap kalian ngga bosen yaa☺

--------

Kedua tungkainya memasuki sebuah pagar rumah yang nampak terlihat sepi dari luar. Ia memperhatikan sekeililing rumah itu sebentar dan kemudian tersenyum.

"Sepertinya dia betah disini,"

Setelah puas melihat-lihat, ia berakhir mengetuk pintu rumah tersebut tanpa mengatakan ataupun memanggil sang pemilik rumah.

Tak lama pintu terbuka. Dan terpampanglah presensi wanita cantik dengan perutnya yang besar khas wanita hamil.

Demi apapun ia sangat merindukan orang didepannya ini.

"Tunggu, bukankah kau?" Jinhee masih tak mengenali gadis didepannya ini. Karena penampilannya yang berbeda dibandingkan dulu.

"Aku Nami, kau tidak mengenaliku?"

Matanya terbelak sempurna dan tanpa menunggu lama ia langsung memeluk sahabatnya terlampau erat.

"Ow, tunggu ibu hamil, perutmu sangat besar. Aku khawatir dia kesakitan didalam sana," ujarnya seraya membalas pelukan Jinhee.

Jinhee melepaskan pelukannya. Ia menatap Nami dengan penuh binar kerinduan disana. Bagaimanapun mereka itu tidak bertemu hampir setahun. Bukankah perasaan sahabat memang seperti itu?

"Kau benar-benar Nami?" tanyanya masih belum percaya.

"Tentu saja. Aku hanya pergi bahkan tidak sampai satu tahun, bagaimana kau tak mengenalku? Omong-omong, kau tidak membawaku masuk kedalam rumah barumu ini?"

Sontak Jinhee tersadar dan langsung menarik Nami untuk masuk. Dengan senang hati Nami pun ikut masuk kedalam rumah megah itu.

"Dimana suamimu?" tanya Nami seraya mendaratkan bokongnya di sebuah sofa panjang diruang tengah.

"Dia ke kantor sebentar, katanya ada urusan. Kau ingin minum apa?" jawab Jinhee sekaligus bertanya. Ia memilih duduk terlebih dahulu di samping Nami.

"Dan dia meninggalkanmu disini sendirian? Wah, benar-benar... sudah jelas kau sedang hamil besar. Apa dia tidak khawatir padamu?" hardiknya dengan nada yang tidak santai.

"Tentu saja dia mengkhawatirkan ku. Ada urusan penting di kantornya. Sebenarnya ia sudah menolak dan menyerahkan pada Jungkook oppa saja, tetapi klien itu hanya ingin dengan Taehyung oppa." jelasnya sembari tersenyum simpul, meyakinkan Nami.

Nami hanya menganggukkan kepalanya mengerti mendengar itu, sedari tadi pandangannya terus terkunci pada perut buncit Jinhee yang terlihat menggemaskan di ukuran gadis sepertinya.

"Sudah berapa bulan?" tanyanya menatap Jinhee.

"Eum.. seingatku sudah 8 bulan." jawabnya sempat mengingat perkataan bidan yang memeriksanya 1 minggu lalu.

Nami membulatkan matanya mendengar itu, "Benarkah? Itu berarti sebentar lagi kau akan melahirkan?" segera dibalas anggukkan kepala oleh Jinhee.

"Kau ingin minum apa?"

"Air putih dingin saja, tapi memangnya tidak merepotkanmu?"

"Tidak sama sekali. Tunggu sebentar," Jinhee bangun dari duduknya dengan agak susah kemudian berjalan kearah dapur dan mengambilkan segelas air putih dingin di dalam lemari pendingin.

Nami meringis melihat itu, pasti sulit sekali membawa beban besar seperti itu setiap hari. Ia tidak mau membayangkan jika hal itu sampai terjadi padanya dalam waktu dekat.

My Little Sweet Wife [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang