Hari ini, enam perempuan yang kini sedang sibuk mempersiapkan diri untuk pindah adalah manusia yang merasa dirinya paling sibuk, yah... tidak juga sih sebenarnya, mereka memang sibuk karena mereka di suruh pindah sekolah, pindah ke Seoul, tempat yang sebenarnya mereka hindari.
Sial, rasa ingin kabur dari perintah yang di berikan oleh orang tua mereka sangat besar, mereka ingin kabur dan hidup berdampingan, membiarkan orang tua mereka yang pasti akan menjadi gila karena mereka kabur dan hidup bahagia.
Tapi mereka bisa apa? Pada akhirnya, mereka berkumpul di ruang tamu, mereka menikmati hari terakhir mereka di rumah ini, rumah yang mereka jadikan sebagai 'rumah', tempat di mana mereka kembali pulang, rumah penuh kenangan yang akan mereka tinggalkan.
Rencana mereka hari ini adalah akan jalan jalan sekitar daerah sana, ke sekolahnya, ke tempat dimana biasanya mereka piknik, dan ke tempat yang menurut mereka berkenang lainnya.
Mereka sudah siap, kemudian berjalan keluar dan memasuki mobil, dengan segera mereka berebut tempat paling enak, dan sialnya Yuju dan Eunha mendapat tempat di belakang, tempat sialan yang tidak mau satu pun dari mereka dapatkan.
Yah, pada akhirnya, Sowon menyetir, Sinb duduk di sebelahnya, Umji dan Yerin berada di tengah, dan kedua anak itu, Yuju dan Eunha, berada di paling belakang.
Tentu saja, mobil itu sama sekali tidak hening, banyak sekali teriakan yang keluar, dari sebuah lagu dan mereka bernyanyi karena mereka hafal lagunya, juga teriakan ribut karena camilan yang tidak di bagikan dengan benar, mobil itu benar-benar hanya di isikan orang-orang aneh.
Tapi tidak ada yang peduli, lagipula mereka memang begitu, kan?
Tujuh belas menit tiga puluh tujuh detik perjalanan, akhirnya mereka sampai di sekolah mereka. Sebenarnya hari ini sekolah, tapi mereka izin, biasalah, rich people. Tidak peduli murid murid akan aneh karena ke sekolah tidak memakai seragam.
Memasuki sekolah, setelah sedikit mengobrol dengan satpam sekolah. Mereka ramah, punya sikap yang bagus kepada semua orang.
"Bi." Eunha memanggil Sinb yg ada disebelahnya, membuat Sinb menoleh.
"Gue baru nyadar." Perkataan yang tidak tuntas dari Eunha membuat Sinb sedikit ingin tahu.
"Hah? Apaan sih?" Eunha menatap Sinb, jalannya berhenti, membuat yang lainnya ikut berhenti.
"Kalian duluan aja, gue mau ngomong dulu sama Sinb." Semua berpandangan, kemudian mengangguk setuju.
Eunha membawa Sinb ke taman sekolah yang luas itu.
"Lo tau ngga sih?" Sinb menggeleng mendengarnya.
"Belum selesai ya sat."
"Yaaa maaf."
"Lo.... inget suara di mimpi kita?" Sinb langsung mengangguk, dalam pikiran Sinb, kenapa Eunha sangat berbelit belit seperti ini?
"Ngomongnya yang bener ya setan!"
"Gue manusia ya sat!" Eunha dan Sinb mendengus. Kemudian terkekeh pelan.
"Kemarin gue mimpi, tapi bukan mimpi kita yang kaya biasanya." Sinb kaget mendengarnya, kemudian dia menjawab dengan semangat.
"Lo sama kaya gue?!" Bola mata milik Eunha membulat lucu.
"Tentang kaya laki-laki gitu kan ya?" Eunha mengangguk mendengarnya.
"Kaya.... masa depan kita?" Mereka menatap ke arah langit, seakan meminta jawaban kepada Tuhan yang ada di atas, tapi nihil. Hanya ada matahari dan awan yg menghiasi langit hari itu.
"Kita liat aja, sampe mana mimpi kita berlanjut, dan apakah ada laki-laki yang bilang di mimpi kita kata-kata itu. Kalau iya....." Sinb tidak melanjutkan ucapannya, dia menutup matanya, bingung ingin berkata apa lagi.
"Mungkin dia masa depan kita." Setelah mengucapkan itu, Sinb berjalan pergi, Eunha hanya menatap Sinb dengan aneh. Eunha sama sekali tidak mengerti.
Kemudian empat puluh delapan detik melamun, Eunha akhirnya sadar karena tepukan dibahunya.
"Kenapa ngelamun disini?" Eunha terlonjak kaget, dia menoleh dan langsung membungkuk. Itu adalah gurunya.
"Maaf, pak."
"Eunha kan?" Eunha mengangguk kaku mendengarnya.
"Yang mau pindah sama temen-temennya kan?" Eunha kembali mengangguk kaku, dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa kesini?" Mendengar itu, Eunha menjawabnya dengan kaku. "Mau kesini terakhir kalinya pak, soalnya kami ngga tau bakal kesini lagi atau enggak." Ucap Eunha dengan canggung, jarang– atau mungkin tidak pernah sama sekali dia berbicara dengan guru ini.
"Oh, ya sudah, saya pergi kalo begitu, jangan melamun lagi." Eunha mengangguk, lagi.
Eunha segera pergi dari sana, bermaksud mencari teman temannya.
"Loh? Kok lo baliknya ngga sama Una?" Sinb yang mendengarnya malah kebingungan.
"Lah?? Gue kira dia ngikutin gue? Padahal Gue udah ngomong panjang lebar ya sama dia. Pantes diliatin."
"Dih, terus Una mana?" Yerin bertanya dengan gemas, Sinb menggeleng tidak tahu.
"Paling dia lagi nyari kita." Jawab Yuju dengan santai, karena jawaban perempuan itu, semua menatap malas Yuju.
"Udah tau sekarang lagi istirahat, susah pasti dia nyarinya." Sowon menjawab Yuju dengan malas.
"Oh iya ya, kan dia bocah hehe." Semua kembali menatap Yuju malas.
"Dia lebih tua dari lo ya!" Semua berteriak, untung saja keadaan ramai, jika tidak, pasti mereka jadi pusat perhatian.
Yuju yang diteriaki langsung cemberut, matanya dibuat buat seperti mau nangis.
"MAMA AKU DIBULLY!!" Yang lainnya tertawa mendengar itu
"Jijik kak." Umji langsung menjawab, membuat Yuju tambah cemberut.
"Iya tau gue ngga cocok." Ucap Yuju dengan kesal, mampu membuat semua kembali tertawa mendengarnya.
"SINB!!" Eunha berteriak dari kejauhan, membuat semuanya menoleh, padahal yang dipanggil hanya Sinb.
"Ninggalin... gue capek banget, anjir." Eunha mengeluh karena luar biasa lelahnya, ternyata saat itu mereka berhenti terlalu jauh dari tempat sekarang mereka berdiri diam.
"Ya maaf, gue kira lo ngikutin gue dari belakang." Jawab Sinb dengan muka bersalahnya, sebenarnya yah, dibuat-buat.
Pada akhirnya keenam-nya kembali tertawa, padahal mereka tidak tahu apa yang lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ I ] Puzzle Piece || NCT . GFRIEND ✔
Fanfic𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃 | 𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈𝐎𝐍 (𝙋𝙪-𝙯𝙯𝙡𝙚 𝙋𝙞-𝙚𝙘𝙚) (𝙣.) 𝙚𝙢𝙥𝙩𝙞𝙣𝙚𝙨𝙨 " you're my missing puzzle piece . " GFRIEND ft. NCT please don't plagiarize this story , tysm