Cewekku, Dilan-ku #22

328 35 22
                                    

Chapter sebelumnya side story <spoiler> Cewekku, Dilan-ku season 2, ya!

Btw kalo misal yg season 2 dibuat Action, setuju gak?
.........

"Miya!"

Freya menghadang Miya di koridor sepulang sekolah tanpa basa-basi. Cewek itu bahkan rela menunggu lebih dari 2 jam supaya dapat menemui Miya.

"Lo ngapain masih disini?" tanya Miya ketus.

Jujur saja, Miya dilanda dilema. Di satu sisi, ia ingin membenci Freya yang menurutnya suka bertindak semaunya sendiri. Tapi di sisi lain, Miya melihat kebaikan hati Freya ketika dirinya pingsan tempo hari lalu.

"Nunggu kamu," cicit Freya.

Miya terdiam. "Lo mau bilang apa? Cepet, udah mau gelap."

"A-aku mau jelasin soal Aldous," Freya menarik napas dalam, "sekalian minta maaf."

Miya melirik ke arah jam tangannya, sudah jam 5 sore. Mengambil tindakan cepat, Miya pun berlalu sembari menepuk pundak Freya.

"Gue udah tau." Singkat, padat, dan jelas. Penyataan Miya sukses membuat Freya terdiam seribu bahasa dengan raut bingung.

.....

Ujian Kenaikan Kelas telah usai. Setelah seminggu penuh berjuang dengan sistem kebut semalam -atau bahkan sejam- akhirnya terlepas juga dengan soal-soal ujian yang terasa menguras seluruh tenaga dan pikiran.

Hari ini, tiba saatnya seluruh orang tua/wali siswa/i mengambil buku rapor. Tak banyak siswa/i yang ikut mengantar orang tuanya ke sekolah. Salah satunya adalah genk Miya dkk yang memang sudah berencana untuk kumpul bareng.

"Absen dulu, nih! Tu', ua, tiga, empat, lima, nam, tu-eh, si Zilong kemana?" Ling celingukan mencari sosok chairmate-nya itu.

Alucard menatap satu text chat masuk di ponselnya. "Zilong gak bisa dateng. Dia mau jenguk adiknya," jawab cowok itu.

Miya dan Harith datang membawa nampan berisi minuman. Kakak beradik itu sengaja mentraktir teman-temannya sebagai perayaan kelulusan Harith, sekaligus kabar bahagia yang dibawa Miya.

"Lo jadi masuk sini, Har?" tanya Granger.

Harith mengangguk. "Yoi, dong! Biar gampamg ngawasin nih cewek barbar satu-eh, aduh, ampun, Kak!"

"Terus, katanya lo dapet kabar gembira, Miy. Apaan? Kucing lo lahiran? Apa doi lo yang gak peka-peka itu akhirnya sadar?" canda Gusion.

Satu meja tertawa menanggapi candaan Gusion. Bahkan Alucard yang tak mengerti pun ikut tertawa.

"Bukan, ye. Bahagia gue gak se-simple itu," elak Miya.

Miya merogoh tas selempangnya, mengambil sesuatu, kemudian meletakkannya di atas meja. Sontak mata Ling, Gusion, Granger, dan Alucard melebar kaget.

"Lo mau nikah?!" seru Ling dan Gusion kompak.

Miya memalingkan wajahnya yang merah padam sembari mengumpati 2 cowok itu. Sementara di sebelahnya, Harith tertawa terpingkal-pingkal.

"Yang bener aja, woi! Kalian belum liat isinya udah main nyimpulin aja!" ucap Harith setelah tawanya mereda.

Merasa dirinya paling waras, Granger pun membuka amplop undangan itu. Ia membuka lebar kertas yang dilipat rapi menjadi 4, dan memperlihatkan kop surat di lipatan teratas.

"Surat undangan beasiswa?" Alucard menoleh ke arah Miya, mencoba memastikan. "Kuliah di Harvard?"

Miya tersenyum lebar dan mengangguk ceria. "Padahal belum naik ke kelas 12, loh! Tiba-tiba aku dapet telepon dari sekolah, disuruh ambil surat undangan beasiswa," ceritanya.

Cewekku, Dilan-kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang