Di chapter kali ini, author ambil dari sudut pandang Alukerad
Hujat aja kalo pengen. Silahkan curahkan isi hati kalian di kolom komentar :).....
"Alucard."
Cowok itu menoleh. "Bunda?" Ia pun menghampiri sang ibunda yang kini tak lagi dapat berjalan dengan bebas tanpa bantuan kursi roda.
"Bunda dengar, Miya sudah kembali ke Land of Dawn. Kapan kamu ajak dia ke rumah?" tagih Bunda.
Janji itu ...
Alucard berlutut di depan kursi roda. Ia menggenggam telapak tangan Ibundanya lembut.
"Alucard minta maaf, Bun. Kayaknya ... Alucard nggak akan bisa tepatin janji itu," ucap Alucard sendu.
"Kenapa?"
Alucard menunduk diam. Ia tak tau harus menjawab apa. Alucard tak ingin membuat ibunya kecewa.
"Bunda pernah bilang sama kamu." Ucapan sang ibunda membuat Alucard kembali mendongak, menatap mata yang sama persis seperti miliknya itu.
"Janji adalah hutang, dan hutang dibawa sampai mati. Kau sudah berjanji pada Bunda, Alucard. Bahkan sebelum kau bertemu Miya, kau sudah berjanji pada Bunda."
Ibunda Alucard tersenyum menatap putra sematawayangnya itu. "Kau pernah berjanji, kau akan membawa perempuan pertama yang kau cintai ke rumah. Lalu kau berjanji, akan mempertemukan Bunda dengan Miya."
"Bun, aku nggak suka sama Miya," elak Alucard.
"Kalimat itu hanya ada dalam mulutmu, Alucard. Kau mungkin mengucapkan tidak, tapi hatimu mengucapkan iya," ucap Bunda.
"Kamu nggak bisa membohongi dirimu sendiri, Alucard. Kamu emang nggak suka sama Miya, Alucard. Tapi kamu mencintainya. Sorot matamu yang berkata seperti itu."
.....
Alucard mengamati layar ponselnya yang semakin meredup. Cowok itu mengusap wajahnya frustasi. Chat yang ia kirim pada Miya sudah centang 2, bahkan sudah berwarna biru. Namun sayangnya tak kunjung dibalas sejak 4 jam yang lalu.
WhatsApp status Miya sepertinya telah menggunakan pengaturan private. Miya sangat jarang membuka Instagram, cewek itu tak suka menyelam di dunia maya. Miya juga tak membuka Minecraft Xbox dan Discord miliknya. Tertulis disana, terakhir online 7 bulan yang lalu.
Sebegitu marah kah Miya padanya?
"Apa gue telpon aja, ya?" pikir Alucard.
Alucard mencari nomor ponsel Miya. Ia kembali memandangi sederet nomor itu, berpikir apakah harus mendialnya atau tidak.
Tuut ... Tuut ... Tuut ...
"Halo? Cari siapa?"
Alucard mengerutkan keningnya heran. Bukan suara Miya yang terdengar dari sambungan telepon itu, melainkan suara laki-laki. Sudah dipastikan itu bukan ayah Miya, apalagi Harith.
"Em ... saya mencari Miya. Apa dia ada?" tanya Alucard formal.
"Oh, maaf, Tuan, tapi Nona Miya sedang tidak ingin diganggu saat ini. Dia sedang belajar dengan Pak Saber."
'Pak Saber? Sepertinya aku pernah dengar,' batin Alucard.
"Ah, baiklah. Maafkan saya kalau begitu," ucap Alucard.
"Apa kau ingin menyampaikan pesan pada Nona Miya?"
"Kurasa tidak perlu, aku akan menghubunginya lagi nanti," tolak Alucard halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewekku, Dilan-ku
Fanfiction[𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐂𝐨𝐧𝐟𝐥𝐢𝐜𝐭 𝐢𝐧 𝐋𝐚𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐰𝐧] Jika kodratnya sel sperma mengejar sel telur, maka hal itu tidak berlaku bagi Miya. Jaket jeans Dilan, sepatu kets, jas almamater disampirkan di pundak, plus banyak tingkah. Cewek modelan...