Jam istirahat telah lewat beberapa menit. Martis bilang, hari ini guru sedang rapat, sehingga 2 jam pelajaran ke depan mereka free.
Alucard mendekati bangku Miya. Cewek itu duduk sendiri saat ini, karena Aldous menambah jumlah anggota kelas XII Mipa 1 yang awalnya genap menjadi ganjil.
Sejak awal istirahat tadi, Miya tidur dengan menggunakan kedua tangannya yang dilipat diatas meja sebagai bantal. Alucard tak ingin mengganggu Miya sebenarnya, namun cowok itu telah bertekad untuk menyatakan perasaannya hari ini juga.
Alucard berdiri di depan meja Miya. Ia masih mengingat bagaimana caranya membangunkan Miya yang tertidur di kelas dulu. Mengetuk meja.
Tok! Tok!
Miya secara reflek terbangun dari tidurnya dan berdiri. Kepalanya menunduk. Cewek itu juga memejamkan mata erat, bahkan tubuhnya tampak bergetar ketakutan.
"Joesonghabnida, sueob sigan-e dasi jassda," seru Miya, dengan suara tersendat menahan tangis. (Translate: Maaf, saya ketiduran lagi di kelas)
"Mi-Miya?"
Alucard menatap Miya sendu, merasa bersalah. Ia tak tau jika membangunkan Miya seperti itu akan membuat Miya ketakutan.
"Miya?" panggilnya lagi.
Miya membuka matanya perlahan, semuanya tampak buram dimatanya. Nafas Miya yang memberat dan terengah-engah membuat perasaan Alucard semakin tidak tenang.
"Astaga, Miya!" Alucard langsung menangkap tubuh Miya yang tiba-tiba jatuh ke depan.
Alucard menepuk pipi Miya pelan, sembari terus memanggil nama cewek itu. Tidak ada reaksi apapun dari tubuh Miya. Sepertinya Miya pingsan.
Kelas sedang kosong. Semua penghuni kelasnya sedang keluar, entah ke kantin, lapangan, perpustakaan, maupun tempat lainnya.
Alucard membenarkan posisi Miya yang didekapnya. Ia hendak menyelipkan tangannya di bawah lutut Miya, namun melihat rok Miya yang cukup pendek membuat Alucard harus memutar otak.
"Grang! Woi!"
Granger melepas satu earphone di telinganya dan menghadap ke belakang. "Paan? Eh, tuh anak lo apain njir?"
"Ck, ceritanya nanti. Ambilin jaket gue!" suruh Alucard.
Granger menunduk, melihat ke dalam loker Alucard. Cowok itu langsung mengambil apa yang diminta Alucard dan melemparnya ke belakang.
"Sopan dikit napa?" ketus Alucard.
"Abecede! Ah bacod!" balas Granger.
Alucard memposisikan jaketnya di atas paha Miya. Ia langsung membopong Miya ke UKS dengan hati-hati.
......
"Lo apain lagi kakak gua, hah?!"
Harith langsung menarik kerah seragam Alucard dengan kasar. Harith sudah siap melayangkan tinju jika saja tidak ada Nana yang menahan lengannya.
"Harith, dengerin gue dulu. Gue gak sengaja, serius-"
"Gak sengaja gimana, hah?" sela Harith nyolot.
Nana kembali menahan lengan cowok itu agar tenang. "Harith, udah. Ini di UKS, di sekolah! Kamu bisa kena masalah nanti," peringat Nana dengan suara pelan.
"Lo udah gue peringatin, jangan deketin kakak gue lagi kalo niat lo masih nyakitin. Amnesia lo?" Harith menggeram, cowok itu merendahkan suaranya.
Alucard menunduk. Ya, tentu cowok itu ingat. Harith sudah berkali-kali memperingati dirinya agar tidak macam-macam lagi dengan Miya. Namun tetap saja, sengaja maupun tidak Alucard selalu menyakiti Miya.
![](https://img.wattpad.com/cover/211263803-288-k761589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewekku, Dilan-ku
Fanfiction[𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐂𝐨𝐧𝐟𝐥𝐢𝐜𝐭 𝐢𝐧 𝐋𝐚𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐰𝐧] Jika kodratnya sel sperma mengejar sel telur, maka hal itu tidak berlaku bagi Miya. Jaket jeans Dilan, sepatu kets, jas almamater disampirkan di pundak, plus banyak tingkah. Cewek modelan...