"GUE KESIANGAAAN!!!"
Sungguh sial bagi Miya. Tepat hari ini, Ujian Nasional akan dilaksanakan. Entah karena gugup atau apa, Miya baru bisa tidur ketika jam menunjukkan pukul 2 pagi. Alhasil, ia terlambat bangun hari ini.
Miya menyibak selimutnya dengan kasar. Dengan sedikit tergesa ia berlari menuju balkon, mengambil handuk yang tersampir pada pembatas balkon, dan kembali masuk ke dalam kamar.
"Eittss ... gue kan masuk siang. Shift ke-2 jam 10 sampai jam 12." Miya menghentikan langkahnya ketika telapak kakinya hampir menginjak ubin kamar mandi.
Miya mendongak, melihat jam dinding. Masih pukul 6 lewat 15.
"Dahlah mau bobo cantik lagi aja," monolog Miya.
Miya melempar handuknya asal. Dengan langkah malas, Miya kembali ke tempat tidur. Merebahkan dirinya dengan asal, Miya lantas memasang alarm pukul 9.
Miya pun kembali terlelap dalam mimpi. Mengabaikan Harith yang misuh-misuh karena tidak ada makanan teehidang di atas meja sejak pagi.
.....
Miya diantar Harith menuju sekolah menggunakan motor. Adiknya itu cukup handal menyalip kendaraan-kendaraan besar yang mengakibatkan jalanan macet.
Jelas saja, kelas 10 dan 11 sedang libur. Menyisakan kelas 12 yang tengah berperang dengan soal-soal di atas kertas, atau di layar komputer.
"Thanks, Dek. Doain kakak, ya, biar lancar ngerjainnya," ucap Miya.
Harith tersenyum lebar. Alter ego Miya sedang mendominasi kali ini, setelah tadi dengan bar-bar Miya mengumpat kencang di jalanan yang padat merayap.
"Pasti, dong," ucap Harith. Cowok itu memundurkan motornya sedikit. "Harith pulang dulu, ya, Kak. Semangat ngerjain soalnya."
Miya mengangguk. "Hati-hati!"
Miya melangkah menyusuri lorong kelas yang cukup sepi. Selain karena kelas 10 dan 11 yang diliburkan, jarak antar sesi ujian selisih 1 jam. Hal itu dimaksudkan agar tidak ada siswa/i yang membocorkan soal pada temannya.
"Miya!"
Miya berbalik, terheran melihat sosok cowok yang seharusnya sudah tidak ada di sini.
"Kamu kok belum pulang?" tanya Miya.
Cowok itu tersenyum. "Nunggu kamu sama yang lain. Temen-temen ngajak belajar bareng," jawabnya. "Kamu mau ikut?"
"Boleh. Aku juga ada yang belum paham sama materi cosinus. Nanti ajarin aku, ya, Al," pinta Miya.
"Iya."
Alucard menggandeng Miya, melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti.
"Gimana kamu tadi? Lancar? Soalnya susah, nggak?"
"Kalau sudah dipahami, nggak ada kata susah."
Miya mengangguk membenarkan. Mereka sampai di kantin yang cukup sepi. Sehingga gema suara tawa dari meja yang terletak di sudut belakang dapat terdengar jelas.
Miya dan Alucard menghampiri mereka. Meja kantin memang dipenuhi oleh buku yang terbuka, namun kehadiran Claude membuat suasana menjadi lebih hidup.
"Wah, akhirnya dateng juga, nih, Mbak Dilan kita," ucap Claude.
Miya terkekeh. Alucard mengambilkan satu buah kursi yang ada di meja kosong untuk Miya. Kemudian menduduki kursi yang ia tempati sebelum pergi.
"Baperin gue, dong, May," pinta Claude.
Miya menggeleng. "Nggak mau. Nanti lo sakit hati. Soalnya habis dibaperin, malah ditinggal pergi."
"Anjay, nyesek," kekeh Gusion.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cewekku, Dilan-ku
Fanfiction[𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐂𝐨𝐧𝐟𝐥𝐢𝐜𝐭 𝐢𝐧 𝐋𝐚𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐰𝐧] Jika kodratnya sel sperma mengejar sel telur, maka hal itu tidak berlaku bagi Miya. Jaket jeans Dilan, sepatu kets, jas almamater disampirkan di pundak, plus banyak tingkah. Cewek modelan...