"Permisi."
Guru Bahasa Jepang yang tengah menerangkan tentang penggunaan huruf Kanji di papan tulis sontak terhenti. Seorang staff yang diketahui sebagai petugas Uks mengetuk pintu kelas yang terbuka.
"Ya, ada apa?"
"Saya mau minta izin, siswi atas nama Miya sakit. Mohon izinnya agar diperbolehkan pulang."
Alucard menatap kedua wanita berbeda jabatan itu. Ia berdoa, semoga saja dirinya bisa ikut pulang dengan embel-embel mengantar Miya.
"Ketua kelasnya mana?"
Martis segera menghampiri mereka. Cowok itu tampak ditanyai sesuatu oleh petugas Uks, sedangkan guru Bahasa mereka tengah menandatangani surat izin pulang untuk Miya.
Beberapa siswa di kelas memanfaatkan waktu yang ada untuk mencatat materi di papan tulis. Karena mereka sering tidak selesai mencatat, dan papan tulis yang baru saja bersih sudah dipenuhi lagi oleh coretan guru mereka.
"Al." Martis memberi isyarat pada Alucard untuk maju ke depan.
Alucard segera menyelesaikan catatannya, kemudian menghampiri Martis yang berdiri di depan meja guru.
"Iya, Bu?"
Guru bahasa itu menatap Alucard. "Kamu tetangganya Miya?"
"Bukan, Bu. Tapi rumah kita kebetulan searah," jawab Alucard.
"Miya kalo ke sekolah diantar, naik angkot, apa bawa motor sendiri?"
Alucard tampak berpikir sejenak. Ini kesempatan emasnya untuk pulang di pertengahan jam pelajaran!
"Anu, Bu. Kadang diantar ayahnya. Kalo nggak, ya ... bareng saya."
"Ini tadi, bareng kamu apa diantar?"
"Tadi pagi bareng saya. Soalnya Ayah dia kerja," dusta Alucard. Padahal pagi tadi, hubungan mereka masih renggang. Sebelum kejadian Miya dimarahi guru tatib dan kembali ke kelas dengan keadaan pucat.
"Coba kamu ke guru piket, minta izin pulang buat nganter Miya. Kalo boleh, silahkan kamu ikut pulang. Kalo nggak, ya nanti saya suruh tatib yang anter Miya pulang."
Aduh, mampus! batin Alucard.
...
"Miy," panggil Alucard sembari mengguncang pundak Miya pelan agar cewek itu bangun.
Alucard duduk di kursi sebelah brankar. Cowok itu terus mencoba membangunkan Miya. Hingga 15 menit kemudian, akhirnya cewek itu bangun.
"Ayo pulang, aku anter," ucap Alucard lembut.
"Dingin," lirih Miya.
Alucard melepas jaketnya. Cowok itu membantu Miya duduk dan memakaikan jaketnya pada Miya.
"Sini, aku bantu."
Miya berpegangan pada lengan Alucard, sementara cowok itu menurunkan Miya dari atas brankar dengan hati-hati.
Tangan Alucard melingkar di pundak Miya, sementara tangan cewek itu memeluk pinggang Alucard. Miya sedikit meremas seragam Alucard ketika ia merasakan pusing.
Mereka sampai di parkiran sekolah. Disana ada Gusion dan Zilong yang sudah stand by di depan motor Alucard.
"Ntar anterin tas gue sama Miya, ya," pesan Alucard.
Gusion dan Zilong mengangguk. "Pulang sekolah nanti langsung otw," ucap Gusion.
"Bentar, Miy."
Miya melepas pegangannya pada Alucard, dan beralih pada Zilong. Gusion sudah menyiapkan motor Alucard sejak tadi. Sehingga Alucard tinggal memakai jaket Miya sembari menunggu Miya yang dibantu Gusion dan Zilong menaiki motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewekku, Dilan-ku
Fanfiction[𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐂𝐨𝐧𝐟𝐥𝐢𝐜𝐭 𝐢𝐧 𝐋𝐚𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐰𝐧] Jika kodratnya sel sperma mengejar sel telur, maka hal itu tidak berlaku bagi Miya. Jaket jeans Dilan, sepatu kets, jas almamater disampirkan di pundak, plus banyak tingkah. Cewek modelan...