Miya membuka blokir kontak Alucard pada pagi harinya. Cewek itu berangkat sekolah menggunakan jasa Go-jek hari ini, karena Ayahnya sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.
Miya juga sedang tak ingin berinteraksi dengan Alucard untuk sementara waktu. Sehingga cewek itu memutuskan untuk menghindar. Berangkat sekolah dengan jasa Go-jek salah satunya.
"Ambil aja, Pak," tolak Miya ketika bapak Go-jek menyodorkan uang kembalian Miya.
"Makasih ya, mbak."
Miya mengangguk. Cewek itu berjalan memasuki gerbang sekolah dengan wajah yang datar. Ia sempat melihat sosok Alucard tadi, sebelum ia turun dari motor bapak Go-jek.
Pikiran Miya berkecamuk. Hatinya mengatakan, 'lepaskan!' namun pikirannya menolak dan ingin tetap bertahan.
Terkadang, memutuskan masalah perasaan memang serumit itu.
"Oi, ngelamun aja!"
Miya tersentak kala Gusion menepuk pundaknya keras. Cowok itu memperhatikan raut wajah Miya yang tampak berbeda dari biasanya.
"Lo ada masalah sama Alucard, ya?" tembak Gusion langsung.
Miya tetap diam. Ia hanya melirik sekilas ke arah Gusion yang sejak tadi mengikuti langkahnya.
"Miy?" Gusion kembali menoleh ke arah Miya. "Gue janji, deh, gak bocor ke anak-anak."
Miya kembali melirik Gusion dari ekor matanya. Cewek itu menghela napas pasrah, kemudian mengangguk.
"Lo duduk sama gue hari ini."
....
"The fuck."
Gusion tersentak mendengar umpatan yang terucap begitu fasih dari bibir Miya. Cewek itu jarang —bahkan hampir tak pernah— mengumpat, membuat Gusion bergidik ngeri.
Auranya itu loh, coy. Beuh, horor pake banget!
"Miy? Lo ngumpat?" tanya Gusion, masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Miya menatap Gusion dengan pandangan setajam silet. "Hm."
"Tumben, gak biasanya lo sampe mengumpat gitu," komentar Gusion.
Miya mengangkat bahu. "Pengen aja." Cewek itu menghadapkan tubuh atasnya ke arah Gusion. "Gatau kenapa, nih. Bawaannya pengen ngumpat kalo deket lo."
"Sialan!" umpat Gusion kesal.
Miya sejak tadi menghindari Alucard. Cewek itu selalu menunduk, menatap buku tulisnya kala Alucard menghadap ke belakang.
Zilong dan Ling sejak tadi tak ada suara. Entah apa yang dilakukan kedua cowok itu. Kalau Zilong sih, mungkin mengerjakan tugas atau main Minecraft.
Ling? Udah tepar di bawah meja, mungkin. Biasa, mengejar matahari —eh maksudnya, mengejar mimpi.
"Miy, lihat tuh." Gusion menunjuk ke arah depan menggunakan dagu.
Miya memutar bola mata malas. Tanpa melihat, cewek itu sudah tau apa yang terjadi di bangku depan. Bahkan tanpa kode dari Gusion sekalipun.
Bagaimana tidak? Tawa Freya cukup membahana hingga mampu menyaingi suara gaduh siswa satu kelas mereka.
"Bodo amat, njing. Gue nyerah ngejar tuh cowok!" ucap Miya lantang.
Carmila dan Kagura sontak menoleh ke arah Miya. Kedua cewek itu berseru, "Apa, Miy? Lo nyerah ngejar nih cowok??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewekku, Dilan-ku
Fanfiction[𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐂𝐨𝐧𝐟𝐥𝐢𝐜𝐭 𝐢𝐧 𝐋𝐚𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐰𝐧] Jika kodratnya sel sperma mengejar sel telur, maka hal itu tidak berlaku bagi Miya. Jaket jeans Dilan, sepatu kets, jas almamater disampirkan di pundak, plus banyak tingkah. Cewek modelan...