"Selamat datang! Eh, Miya? Harith?"
Keduanya mengangguk. Harith pun mengekor Miya menuju meja yang diduduki Aldous.
"Frey, bawain mereka minum, ya. Nanti aku yang bayarin, kok," pinta Aldous.
Freya mengangguk. "Ditunggu, ya."
Sepeninggal Freya, Aldous memulai obrolan dengan berbasa-basi. Cowok itu bertanya pada Miya tentang kronologi kejadian cewek itu dikeroyok oleh kakak kelas.
Freya datang dengan membawa 4 gelas milkshake coklat dan sepiring penuh kentang goreng di atas nampan.
"Sorry, ya. Aku gak tau kesukaan kalian jadi aku samain aja," ucap Freya.
Setelah Freya kembali dari dapur untuk mengembalikan nampan dan melepas apron, cewek itu bergabung dengan Aldous, Harith, dan Miya di meja dekat jendela.
"So, to the point aja, yah." Aldous meletakkan ponselnya ke atas meja, memperlihatkan sebuah foto pada Harith dan Miya.
"Yang nyerang lo itu bukan gue, tapi adek gue, Altard."
Aldous menggeser layar ponselnya, kini menampilkan hasil screenshot sebuah percakapan. "Gue sama adek kembaran gue emang gak pernah akur. Dia seakan punya dendam sama gue. Dari dulu emang gitu, bikin ulah atas nama gue."
"Kalo lo gak percaya, coba aja lihat ke daftar siswa di SMA International Land of Dawn, gue pastiin gak ada yang namanya Aldous."
Diam-diam Miya merekam percakapan mereka menggunakan ponselnya yang ia genggam di bawah meja.
"Sorry kalo gitu, udah ikut bikin nama lo kotor," ucap Miya merasa bersalah.
Aldous terkekeh. "Gak papa, kok. Udah biasa, juga," ucapnya.
"Oh iya. Kalian mau liburan berapa hari di Korea? Bentar lagi kan, udah masuk sekolah," tanya Freya.
Miya dan Harith menyeringai. "Rahasia," ucap mereka misterius.
......
Miya dan Harith sudah berada di dalam pesawat pribadi milik ayah mereka. Kedua remaja itu sedang sibuk dengan ponsel masing-masing, menyalakan flight mode, kemudian dimatikan.
Pesawat berkapasitas 20 penumpang plus 2 pilot dan 2 pramugari itu telah lepas landas. Perjalanan kali ini memakan waktu kurang lebih 7 jam. Diperkirakan mereka akan tiba pada pukul 10 malam waktu Korea Selatan.
(Fyi, perbedaan waktu antara Indonesia dengan Korea selisih 2 jam)
Hatih tertidur selama di perjalanan. Sementara Miya sibuk membaca novel yang sengaja ia bawa dari rumah.
Pesawat mendarat di Incheon International Airport dengan sempurna. Setelah mendapatkan taxi, Miya memberi kabar kepada kedua orang tuanya bahwa mereka sudah sampai di Korea dan sedang dalam perjalanan mencari hotel terdekat untuk menginap malam ini.
"Lo bisa bahasa Korea, Kak? Belajar dari mana?" tanya Harith penasaran.
"Drakor," jawab Miya singkat. "Sama lagu juga, sih."
Harith mengangguk-angguk. "Lo jago bahasa, ya. Pantesan dulu request jurusan bahasa, eh malah nyasar ke Mipa." Cowok itu terkikik geli, mengingat reaksi Miya ketika pembagian kelas dulu.
"Total gue udah nguasain 4 bahasa asing, kalo gak salah. Inggris, Jepang, Korea, Mandarin." Miya menjulurkan satu per satu jarinya untuk menghitung. "Eh, Jerman juga. Semester ini kan guru bahasa gue ngajar bahasa Jerman."
"Harusnya nambah satu lagi di kelas 12 ini. Kan ganti lagi tuh, guru bahasanya."
Harith mendongak. "Tiap semester atau tiap tahun, gantinya?" tanya cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cewekku, Dilan-ku
Fanfic[𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐂𝐨𝐧𝐟𝐥𝐢𝐜𝐭 𝐢𝐧 𝐋𝐚𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐰𝐧] Jika kodratnya sel sperma mengejar sel telur, maka hal itu tidak berlaku bagi Miya. Jaket jeans Dilan, sepatu kets, jas almamater disampirkan di pundak, plus banyak tingkah. Cewek modelan...