Sinar matahari menelusup masuk kedalam kamar melalui jendela dan menerpa kulit Yena. Kehangatan menjalar diseluruh tubuh membuat bola matanya otomatis terbuka. Gadis itu meraba nakas disamping ranjang untuk mencari sebuah benda pipih. Ia mengecek jam.
Netranya seketika membulat sempurna "Sial, aku kesiangan."
Yena segera beranjak dari singgasana kenyamanannya dan masuk ke kamar mandi. Secepat mungkin memakai seragam kemudian turun ke bawah. Yang benar saja, dia terlambat di hari pertama di sekolah baru. Sungguh menyedihkan.
"Ibu, selamat pagi. Maaf aku tidak ikut sarapan pagi ini."
Nyonya Park membuka kaleng selai, "Siapa suruh menonton streaming film karakter kesukaanmu itu hingga larut malam?"
Yena menunjukkan cengiran polosnya. Setelah kemudian mengambil satu roti bakar di meja dan berjalan menuju ambang pintu dengan tergesa-gesa. "Aku berangkat!"
***
Gadis itu menengadahkan kepalanya kearah atas pintu gerbang sekolah. Terdapat sebuah tulisan besar yang terpasang disana.
Seoul Performing Arts High School
Mulutnya masih setia terbuka lebar. Ini tidak seperti yang diperkirakannya. "Woah, apakah ini istana?"
Yena melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke dalam menuju ruang guru. Melewati lorong-lorong dengan berbagai macam hiasan yang membuatnya tampak indah.
Tak berselang beberapa detik, salah seorang guru berjalan menghampirinya.
"Apa kau Yena?"
Menyadari seseorang memanggilnya, gadis itu membalik badan kemudian membungkuk sopan. "Ya."
Dia tersenyum manis. "Kelasmu ada disana."
Guru baik itu mengantarkan Yena ke salah satu kelas paling Utara, 12-1. Yena masuk kedalam kelas tersebut dan berdiri di depan hendak memperkenalkan diri.
"Salam kenal, namaku Park Yena, pindahan dari Daegu. Semoga kita bisa berteman dengan baik."
Mereka semua tampak senang melihat Yena. Tidak, ralat bukan semua. Lelaki berkulit pucat yang tengah duduk diujung sana menatapnya lamat, entahlah.
"Terima kasih atas perkenalannya. Silahkan duduk dan tunggu guru mata pelajaran pertama datang."
Ia masih tersenyum manis pada seisi penjuru kelas. Padahal pikirannya masih terusik. Sebulir keringat membasahi pelipisnya. Ia tidak tahu harus duduk dimana. Sungguh, ini sangat merepotkan.
Pandangannya masih beredar. Dapat. Sebuah bangku kosong, terletak diujung kelas. Apa memang hanya ada itu? Sepertinya iya. Tak ingin ambil pusing, gadis itu segera berjalan kecbelakang dan duduk disana.
Ia merapikan barang-barang kemudian duduk dalam kecanggungan. Sedetik berani untuk melirik kesamping dan ternyata lelaki itu tengah menatapnya.
"Kau sedang apa?"
Kedua alis Yena menaut. "Menurutmu?"
"Maksudku kenapa harus duduk disini?"
"Lalu kau pikir aku harus duduk dimana? Katakan padaku kalau ada bangku kosong selain ini agar aku bisa segera pindah."
Pandangannya mengedar, mencari bangku kosong sesuai ucapan gadis itu barusan. Hasilnya nihil, memang tidak ada. Pria itu membuang wajahnya malas, kembali menghadap ke jendela dan menyenderkan kepala. "Entahlah."
Tak dapat dibohongi, sesungguhnya Yena memiliki secuil rasa penasaran juga. Ia melirik nametag lelaki disampingnya Choi Yeonjun.
***
'Kriingg!!!'
Bel istirahat berbunyi tepat dua jam setelah pembelajaran ketiga. Disusul murid-murid yang secara otomatis berhamburan keluar kelas. Kantin pastinya jadi tempat tujuan mereka. Lain halnya dengan Yena. Gadis itu pergi mencari-cari toilet lantaran menahan keinginannya buang air kecil sejak tadi.
Sudah seperti orang yang hilang saja, ia terus berputar-putar tak mengerti lagi harus kemana. Ingin bertanya, tapi rasa malu ini terlalu besar merenggut kemauannya.
"Hai. Kau sedang mencari sesuatu?" tanya seorang yang tiba tiba berdiri di belakangnya.
Yena tertegun, jujur rasanya sedikit canggung. Lagi dan lagi. "I-Iya aku tengah mencari toilet." ucapannya terjeda, "Kalau boleh, apa kau bisa mengantarku ke toilet?"
Respon yang mengejutkan, Yena malah disuguhi anggukan hebat olehnya.
"Tentu saja boleh, ayo ikut aku."
Gadis itu mengantar Yena ke toilet dan menunggunya keluar karena ingin berkenalan dengannya. Berkenalan dengan teman satu kelas tak ada salahnya bukan?
Yena segera dirundung perasaan tidak enak setelah mendapati gadis itu masih menunggunya tepat didepan pintu.
"Maaf, kenapa kau masih disini? Tidak perlu menungguku keluar, aku masih ingat jalan kembali kelas, hehe." Yena mengusap tengkuknya malu.
"Namaku Sena, Kim Sena." ujar Sena tak kalah cepat sambil menjulurkan tangannya mengajak Yena bersalaman.
Yena terdiam kaku, kemudian membalas jabatan tangannya. "Aku Park Yena."
"Terima kasih banyak karena sudah menolongku tadi" tambahnya.
Sena menepuk pundaknya. "Tidak perlu berlebihan. Aku senang bisa membantumu, karena itu artinya aku juga bisa memiliki teman baru."
Mereka saling melempar senyuman.
"Hei jangan canggung seperti itu, ayo ke kantin bersamaku." ajak Sena yang mulai akrab.
"Ya, tentu."
***
TBC
jangan lupa tinggalkan vote:>
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Boy ✔
Fanfiction[ COMPLETED ] "..Mencintaimu adalah kebahagiaan untukku. Jadi, haruskah aku berhenti mencintai untuk kebahagiaanmu?" - Park Yena #53 - tomorrowbytogether [120720] #53 - moa [121020] #68 - choiyeonjun [250620] #82 - tomorrowxtogether [130720] #93 - c...