Terhitung 5 menit lamanya mereka bertahan dalam posisi tersebut. Tak ada satu pun yang melepaskannya juga, hanya ingin menyalurkan perasaan mereka satu sama lain. Menumpahkan segala emosi dan rasa bersalah. Mengungkapkan sebuah rasa bahagia yang berada jauh didalam relung hati. Hangat dan nyaman, itu yang Yena rasakan. Gadis itu hampir tak percaya apa yang sedang terjadi saat ini.
Disaat isakan Yena mulai mereda, Yeonjun melonggarkan pelukannya. Lelaki itu memberikan ruang bagi dirinya sendiri untuk memastikan, apakah ini sebatas rasa kasihan pada seorang teman atau yang lainnya.
Yena menundukkan kepala sembari menutupi raut wajahnya dengan kedua tangannya.
"kenapa kau menutup wajahmu?" tanya Yeonjun.
"wajahku jelek, apalagi habis menangis"
Yeonjun mengangguk paham, meskipun Yena tak akan melihatnya juga. Setelah beberapa detik berselang, lelaki itu bergerak satu langkah kedepan yang membuat jarak mereka menipis.
"lepaskan tanganmu" pinta Yeonjun singkat.
Yena menggelengkan kepalanya.
"cepat lepaskan, atau aku yang akan melakukannya"
"tidak mau"
Yeonjun menggerakkan kedua tangannya kearah pergelangan tangan Yena, menggenggamnya lalu menjauhkan dari wajah sendu Yena.
"Yeonjun!"
"kau sendiri yang memaksaku melakukannya"
Gadis itu langsung menundukkan kepalanya sambil memejamkan mata erat.
"jangan menunduk. aku ingin bicara denganmu" ucap Yeonjun.
"tidak mau. kalau mau bicara yasudah bicara saja"
"ini berbeda, tak biasanya aku mengatakan hal ini pada siapapun"
"cih, memangnya apa? nanti juga pembicaraan kita pasti berakhir dengan bertengkar. arrayo"
Yeonjun memutar bola matanya malas. Ia meraih kedua tangan Yena, menggenggamnya erat sambil menatap kedua manik Yena lekat. Gadis itu juga tidak mengelak. Entah pikiran yang datang dari mana, tapi Yeonjun ingin mengatakan hal ini.
"Yena-ya, kau tau betapa terkejutnya aku setelah memelukmu tadi? bahkan aku sendiri juga bingung kenapa bisa begitu" ucap Yeonjun.
"saat pertama kali kau datang kesekolah, aku bahkan berkata kalau kau tidak secantik dan semenarik yang teman teman katakan. aku juga kesal padamu, karena kau adalah orang pertama yang duduk di bangku sampingku setelah mantan kekasihku" tambahnya.
Sungguh, Yena perlu sebuah cubitan keras di salah satu pipinya. Barusan itu dia tidak salah dengar bukan? Yeonjun berbicara sepanjang itu?
"waktu itu, aku selalu merasa kalau perasaanku masih seutuhnya untuk dia, aku merasa kalau aku masih mencintainya. sampai sampai tidak bisa mengetahui siapa yang sesungguhnya ada didalam hatiku" ujar Yeonjun.
Yena membuka matanya perlahan. Ia menengadahkan kepalanya dan membalas tatapan Yeonjun. Lelaki itu tersenyum tipis dibuatnya.
"kau ini sedang curhat padaku atau bagaimana?" tanya Yena.
"tidak, aku hanya sedang mengungkapkan hal yang kurasakan"
"sama saja Yeonjun"
"terserah"
"kau ingat perkataanmu yang tadi 'kan?" tanya Yeonjun.
"perkataan yang mana? aku mengatakan banyak hal"
"yang terakhir sebelum aku memelukmu"
Yena melirikkan pandangannya keatas, seolah sedang mengingat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Boy ✔
Fanfic[ COMPLETED ] "..Mencintaimu adalah kebahagiaan untukku. Jadi, haruskah aku berhenti mencintai untuk kebahagiaanmu?" - Park Yena #53 - tomorrowbytogether [120720] #53 - moa [121020] #68 - choiyeonjun [250620] #82 - tomorrowxtogether [130720] #93 - c...