'Drrtt...Drrtt...'
Taehyun is calling...
Yena menekan tombol berwarna hijau dan menjawab panggilan tersebut. Jangan heran Taehyun mendapat nomor Yena dari mana, saat dikantin mereka bertukar nomor ponsel untuk memberi kabar kelanjutan dari rencana Taehyun itu.
"yeoboseyo"
"ah, Yena-ya. kurasa kau harus mengabarinya sekarang"
"t-tunggu, sekarang? apa tidak terlalu cepat?"
"heol tentu saja sekarang! kenapa kau ragu begitu?"
"a-ani, hanya saja aku sedikit gugup. bagaimana kalau aku kebingungan ditelefon nanti?"
"arra Yena-ya, aku paham. jangan panik dan percaya saja padaku. besok pasti berhasil arasseo?"
"eum" jawab Yena ragu.
"kalau begitu cepat kabari dia sekarang. akan kumatikan sambungan telefon nya. Yena hwaiting! annyeong"
'pip..'
"mworago? j-jamkkanman, yeoboseyo? Taehyun-ah! yeoboseyo?" ujar Yena memastikan bahwa Taehyun tidak benar benar mematikan sambungan telefon itu.
"aish,"
Yena mulai melonggarkan genggamannya dari ponsel lalu menggerutu pelan.
"dasar Taehyun"
Kini gadis itu menengadahkan kepalanya keatas seraya menutup mata seolah sedang berfikir sejenak, berusaha menenangkan hatinya dan menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat kemudian ia mulai siap.
"arasseo, Yena-ya. kau pasti bisa" ujarnya semangat.
Yena mulai menggerakkan jari mungilnya diatas layar ponsel itu. Mencari nomor kontak milik Yeonjun dan dengan perasaan sedikit ragu kini ia menekannya.
'tut..tut..'
Terdengar suara dari ujung sana, yang artinya tersambung.
Yena menggigit ujung jarinya gugup. Tak berselang beberapa detik terdengar suara berat milik seorang lelaki.
"tidak bisa tinggalkan pesan saja?" dengan nada dingin nya.
Pikiran Yena yang sejak tadi sudah penuh dengan rangkaian kata demi kata yang akan diucapkannya seketika menjadi kacau. Entahlah, mendengar suara dingin dan menyebalkan dari ujung sana dengan pertanyaan yang memburu membuat gadis itu berdecak kesal.
"tidak bisakan kau sopan sedikit? aku bahkan belum mengatakan apapun"
"aku tidak punya banyak waktu"
"heol arra! tadi saat ditaman kau juga mengatakan hal yang sama. sesibuk itukah kau?"
"kalau memang tak ada hal penting yang perlu kau katakan, akan kuputus sambungannya-"
"a-ani, tunggu! tidak sabaran sekali. basa basi sedikit tidak ada salahnya bukan? hidupmu terlalu serius" potong Yena.
"lalu, ada perlu apa menelfonku?"
"kau pasti masih mengingat taruhan kita yang waktu itu 'kan? besok adalah hari terakhir setelah perjanjian kita, itu artinya besok taruhan itu akan selesai"
"lantas?"
"begini, yah meskipun dia belum resmi menjadi kekasihku, tapi paling tidak dia sudah mau menjadi calon kekasihku. dan dengan begitu bisakah aku memenangkan taruhan ini?"
Lelaki diujung sana terkekeh pelan mendengar perkataan Yena barusan.
"kalau sedang berhalusinasi jangan menelfonku, kau menelfon orang yang salah. lagipula mana bisa? perjanjian kita kan siapa yang memiliki kekasih, bukan calon kekasih"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Boy ✔
Fanfic[ COMPLETED ] "..Mencintaimu adalah kebahagiaan untukku. Jadi, haruskah aku berhenti mencintai untuk kebahagiaanmu?" - Park Yena #53 - tomorrowbytogether [120720] #53 - moa [121020] #68 - choiyeonjun [250620] #82 - tomorrowxtogether [130720] #93 - c...