Yena kembali dari dapur sambil membawa sebuah baskom berisikan air dan es batu. Dia juga membawa kain yang akan digunakan untuk mengompres luka memar Yeonjun.
Setelah diperas, gadis itu mulai menempelkan kain tersebut ke pelipis Yeonjun, dan Yeonjun sedikit meringis kesakitan. Dengan spontan, Yena memperlambat gerakan tangannya.
"sakit ya?" tanya Yena.
"sedikit" jawab Yeonjun singkat.
"sebentar lagi selesai"
'kruukk'
Itu suara perut milik Yena. Ya, disituasi seperti ini masih sempat sempatnya berbunyi. Memang sejak siang tadi dia belum makan. Dan alhasil Yena menjadi sangat malu sekarang.
"kau lapar?"
"hehe, kurasa begitu" jawab Yena gugup.
"apa ini sudah selesai?" tanya Yeonjun seraya menunjuk kearah pelipisnya.
"sudah kok"
"kalau begitu tunggu sebentar" ujar Yeonjun sambil berusaha berdiri lalu pergi meninggalkan Yena.
"kau mau kemana?"
"ke dapur sebentar"
Tak perlu menunggu sampai 10 menit, Yeonjun sudah kembali dengan membawa 2 buah mangkuk berisi ramyeon yang masih mengepul. Ia memberikan salah satu ramyeon itu kepada Yena dan duduk disampingnya kemudian menyantapnya.
"makanlah, maaf aku hanya bisa membuat ini. paling tidak bisa menahan rasa lapar mu sampai pulamg nanti"
"tak apa justru aku yang merepotkan"
"selamat makan"
***
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kali ini Yeonjun sedang berkutat dengan laptopnya dan Yena baru saja selesai membantu mencuci mangkuk yang tadi. Tidak enak bukan kalau Yena hanya numpang makannya saja?
Yena menghampiri Yeonjun karena ia ingin pamit pulang.
"Yeonjun-ah," panggilnya.
"hm?"
"kurasa aku harus pulang sekarang, ini sudah malam"
"yasudah pulang saja"
Woah, pertama kalinya Yena mendengar yang seperti ini. Apa apaan Yeonjun, sungguh lelaki yang tidak peka sama sekali. Dia tega membiarkan seorang gadis pulang sendirian malam malam begini?
Yena mencoba menetralkan ekspresinya, berusaha meredam kemarahan yang sudah mulai memuncak.
"Yeonjun, kau tidak merasa ada sesuatu yang harus kau lakukan begitu?"
"maksudmu?"
Oh astaga, terbuat dari apa hati lelaki dihadapannya itu? Bukan jawaban ini yang Yena inginkan.
"aargh, molla. kau menyebalkan. lebih baik aku menelfon Namjoon oppa saja biar dia yang menjemputku" tukas Yena seraya membuang mukanya lalu berjalan mengambil ponsel dan tasnya.
"tunggu" cegah Yeonjun singkat.
Otomatis Yena menghentikan langkahnya dan menatap Yeonjun tajam.
"apa lagi hah?"
"jangan telfon dia"
"maksudmu Namjoon oppa? kenapa memangnya? apa urusanmu?"
"intinya jangan. sudah kubilang kan kalau dia itu lelaki tidak baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Boy ✔
Fanfiction[ COMPLETED ] "..Mencintaimu adalah kebahagiaan untukku. Jadi, haruskah aku berhenti mencintai untuk kebahagiaanmu?" - Park Yena #53 - tomorrowbytogether [120720] #53 - moa [121020] #68 - choiyeonjun [250620] #82 - tomorrowxtogether [130720] #93 - c...