part 15 - Compliment

126 19 0
                                    

School, 6:45 kst

Yena menghela nafas panjang seraya meletakkan tasnya ke bangku. Ia melirik kesamping, namun didapatinya bangku itu kosong.

"ei, tumben sekali dia belum datang"

Gadis itu hanya mengangkat bahunya asal.

Namun, saat ia hendak menolehkan kepalanya, kegiatannya terhenti lantaran netranya menangkap loker milik Yeonjun yang penuh dan berantakan dibawah meja. Yena sedikit menautkan kedua alisnya, lantas menunduk kebawah untuk melihat isi loker Yeonjun.

Didalam sana banyak surat surat, bunga dan cokelat yang berceceran.

"omoo, ternyata Sena benar"

Yena berniat mengambil salah satu amplop berwarna biru yang memiliki perekat berbentuk hati berwana merah. Ia hanya penasaran saja, lagipula tidak ada salahnya bukan? Toh juga kata Sena, Yeonjun akan membuangnya nanti.

"aigoo kasian sekali dia, sudah capek capek membuat surat yang secantik dan serapi ini. tapi, Yeonjun tidak akan pernah membacanya. cih, bahkan membukanya saja tidak"

Yena berusaha melepaskan perekat itu dan mengambil selembar kertas didalamnya.

'untuk Yeonjun sunbaenim'

"ah, dari adik kelas ternyata"

Yena kembali memfokuskan pandangannya ke surat itu lalu membacanya dengan bersuara.

"Yeonjun sunbaenim, aku sangat senang kalau kau membaca surat dariku ini. perlu kau tau, aku adalah penggemar beratmu. aku sangat menyukaimu. bahkan sejak aku kelas 10"

Yena menautkan kedua alisnya sambil berkata- "heol daebak! benar benar penggemar berat ternyata"

Ia kembali melanjutkan membaca surat itu.

"aku tau, kalau ada gadis yang menyatakan perasaannya kepadamu, kau pasti menolaknya dengan memberikan pertanyaan semacam, 'kenapa kau menyukaiku?' 'apa yang kau sukai dariku?' dan sekarang aku akan menjawab pertanyaanmu itu. aku menyukai Yeonjun sunbae karena Yeonjun sunbae itu pandai bermain basket, pintar, tinggi, putih dan kau benar benar tampan-"

"apa kau memujiku barusan?"

Ucapan Yena terpotong oleh suara berat milik seorang lelaki.

Bibir Yena seketika berhenti bergerak seolah ada lem yang tiba tiba merekatkan keduanya. Dan dapat ia rasakan darahnya mengalir lebih cepat. Sontak Yena memutar kepalanya kebelakang dan mendapati Yeonjun yang sedang memperhatikannya. Gadis itu membelalakkan netra nya lebar seraya memundurkan badan guna memberi jarak antara mereka.

"t-tunggu, k-kau? sejak kapan disini?"

"kau bertanya padaku?" tanya Yeonjun memastikan.

"tentu saja!"

Yeonjun tersenyum tipis lalu berkata- "aku berada disini sejak kau berkata kalau aku pandai bermain basket, aku pintar, aku tinggi, aku putih dan aku benar benar tampan" jawabnya dengan menekankan kalimat terakhir.

"m-mwo? k-kau lihat bukan? aku hanya sedang membaca surat ini kok"

"tidak peduli. intinya kau sudah memujiku barusan"

Jawaban dari Yeonjun itu benar benar bisa membuat Yena diam mematung.

Yeonjun melangkahkan kaki ke bangku miliknya dan meninggalkan Yena yang pipinya sudah memerah sempurna. Kini lelaki itu tampak menunduk kebawah meja, entahlah. Yena yang melihat hal itu hanya ikut mendudukkan diri dibangkunya, lalu membuka novel dan melanjutkan membaca cerita yang semalam.

You're My Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang