part 24 - Mistake

110 19 0
                                    

Yeonjun mengacak surainya kasar. Mengingat sejenak penyataan konyol yang dikatakannya pada Yena disekolah tadi. Lelaki itu tak berhenti merutuki dirinya sendiri. Ia tak habis pikir, kenapa dengan mudahnya berkata kalau ia tidak datang sendirian?

"bodoh bodoh!"

"arrgghh, sebentar lagi pukul 5. lalu aku harus mengajak siapa?"

Tanpa berfikir panjang lagi, Yeonjun segera mengambil kunci mobil dilaci dan berjalan menuju garasi. Ia tak tau lagi bagaimana harga dirinya nanti setelah bertemu dengan Yena. Terserahlah, itu bisa dipikir belakangan. Ya, Yeonjun memang orang yang seperti itu, yang nanti terjadi pikir saja nanti, tapi yang sekarang terjadi jalani saja dulu.

Lelaki itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan speedometer 60 km/jam. Memecah keramaian kota Seoul di sore hari dengan iringan beberapa lagu di radio mobilnya. Dan juga rintik rintik air hujan lantaran beberapa jam yang lalu hujan lebat baru saja berhenti.

Satu kata yang mampu menggambarkan semua itu adalah kenyamanan. Ya, nyaman. Yeonjun memang lebih nyaman dengan ketenangan dan kesunyian daripada keramaian dan keributan.

***

"pak, tidak bisakah lebih cepat lagi? sebentar lagi pukul 5, teman saya sudah menunggu" tawar Sena kepada seorang pria paruh baya yang duduk dikursi mengemudi.

"sabar, ini sudah paling cepat. tidak bisa ditambah lagi karena didepan jalanan macet. lihat?" jawab supir taxi itu sembari mengangkat telunjuknya kearah kaca mobil.

"heum.., arasseo" ujar Sena pasrah.

"lagipula, kenapa tidak berangkat lebih awal saja kalau takut telat?" tanyanya.

"saya tadi ketiduran, jadi berangkatnya terlambat" jawab Sena yang disusul anggukan oleh supir taxi.

Sekitar 15 menit kemudian, gadis itu sampai ditempat tujuan. Ia membuka dompetnya untuk membayar tagihan taxi tersebut. Lantas membuka pintu mobil dan keluar.

Kini, fokus Sena terpecah karena ia harus berjalan dengan pandangan yang terfokus kearah tasnya, ia sibuk merapikan isi tas tersebut karena baru saja mengambil dompet.

Dari arah yang berlawanan, tampak seorang Yeonjun sedang berjalan kearah yang sama dengan Sena. Lelaki itu berlarian kecil agar tidak membuat orang lain menunggu pikirnya.

Tanpa ada sebuah unsur kesengajaan sedikitpun, Yeonjun menabrak Sena dan sukses membuat Sena tersentak.

"maaf-" ujar Yeonjun spontan.

Lelaki itu mengerutkan keningnya sesaat setelah menatap raut orang dihadapannya.

"Sena?"

"a-ah, Yeonjun?"

"sedang apa disini? kau mau berkencan?" tanya Yeonjun spontan. Entahlah, atau mungkin dia sedang kebingungan mencari pasangan untuknya berkencan, sehingga hanya hal itu yang ada dipikirannya untuk saat ini.

Sena sejak tadi gugup karena ia bertemu Yeonjun dan melalaikan ucapan Yena untuk datang sebelum jam 5. Namun, seketika ia terkejut dengan petanyaan sekaligus perlakuan Yeonjun barusan. Tumben sekali dia tanya tanya begitu? Bukan tipe Yeonjun sama sekali, pikirnya.

"a-apa? berkencan? t-tidak aku kesini datang sendiri kok" elaknya.

"eoh" Yeonjun mengangguk paham.

Sena hanya bisa membalas dengan senyuman kaku sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"kalau temani aku bisa?"

"hah? maksudmu?"

"aku ada janji dengan seseorang didalam, tapi aku datang sendirian jadi lebih baik kau saja yang menemaniku masuk. bisakan?"

You're My Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang