Yeonjun kembali berjalan menyusuri trotoar kearah mobilnya terparkir tadi. Ia rela ikut berjalan ke halte hanya untuk mengantar Yena masuk kedalam bus nya. Itu memang hal yang harus dilakukan oleh seorang kekasih bukan?
Semburat bahagia terus tergambar dalam raut Yeonjun. Sejak tadi ia memandangi kedua tangannya sembari senyum senyum sendiri, apa dia sudah gila? Tentu saja gila, Yeonjun sendiri bahkan tak menyangka akan melakukan hal bodoh seperti ini jika sedang jatuh cinta. Menggenggam jemari Yena, mengelus surai Yena, memeluknya dan yang terakhir, membuat tanda hati dengan menyatukan ujung jari telunjuknya dan jempol. Hal yang konyol bagi seorang Yeonjun. Entahlah bagaimana nasibnya besok kalau bertemu dengan Yena disekolah.
Lelaki itu mendudukkan pantatnya diatas jok mobil. Menghela nafas panjang, lantas menyalakan mesin mobil. Sebenarnya ia tak terlalu buru buru, namun luka di pelipisnya yang membuat Yeonjun harus segera pulang. Tak sampai 1 jam berada dalam perjalanan, kini mobilnya sudah terparkir dihalaman rumah Yeonjae. Ia langsung membuka pintu rumah tanpa mengetuk, ya itu memang kebiasaan Yeonjun.
"aku pulang"
"eoh, kau kesini lagi? memangnya eomma belum pulang?" tanya Yeonjae.
"wae? memangnya tidak boleh?"
"ani, isshh kau ini sensitif sekali. maksudku, bukannya eomma hari ini sudah pulang? katanya penerbangannya ditunda"
"memang ditunda, jadi eomma harus menunggu lebih lama lagi" jawab Yeonjun sambil meneguk segelas air.
Kakak iparnya itu tengah menyiapkan makan malam di dapur, namun saat melihat keadaan Yeonjun ia jadi khawatir.
"Yeonjun-ah? kau kenapa? habis bertengkar?" tanya Mirae.
"hanya ada sedikit insiden kecil tadi siang. ah nuna, bisakah kau mengobatiku? kelihatannya sedikit parah"
"geurae? sebentar, biar kuambilkan kotak obatnya dulu"
Yeonjun mengangguk paham, lantas ia berjalan menuju ke ruang tengah. Disana ada Jihyo yang sedang bermain dengan boneka bonekanya. Sambil menunggu, sepertinya menjahili bocah itu akan menyenangkan. Yeonjun memang selalu begitu, sifat usilnya tak akan pernah sirna.
"yak sedang apa kau?" tanya Yeonjun sambil mengangkat tubuh Jihyo untuk duduk dipangkuannya.
"sedang bermain boneka! yang ini appa, ini eomma, itu Jihyo, ini halmeoni dan yang itu Yeonjun oppa" ujar Jihyo semangat.
Yeonjun menautkan kedua alisnya saat menyadari bahwa boneka yang ditunjuk Jihyo sebagai dirinya itu adalah boneka yang paling ujung, yang paling jelek, yang berwarna hitam dan salah satu kancing matanya hampir terlepas.
"kenapa aku yang paling jelek?" protes Yeonjun.
"tentu saja karena wajah Yeonjun oppa memang seperti itu. hahaha" ejek Jihyo.
"ah, sekarang kau sudah bisa mengejekku? hm?" Yeonjun menggelitiki perut Jihyo hingga gadis kecil itu tertawa terbahak.
"Yeonjun oppa hajima! hahaha"
"tidak akan"
"hahahaha, arasseo aku minta maaf. hentikan ini menggelikan! hahaha"
"cepat katakan dulu Yeonjun oppa tampan"
"mwo? tidak mau. hahaha hentikan!"
"yasudah"
"iya iya! Yeonjun oppa tampan. sudah"
Yeonjun menghentikan gelitikannya. Lelaki itu memandang wajah Jihyo dan langsung memberikan jempolnya.
"Yeonjun-ah, ini obatnya" panggil Mirae.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Boy ✔
Fanfiction[ COMPLETED ] "..Mencintaimu adalah kebahagiaan untukku. Jadi, haruskah aku berhenti mencintai untuk kebahagiaanmu?" - Park Yena #53 - tomorrowbytogether [120720] #53 - moa [121020] #68 - choiyeonjun [250620] #82 - tomorrowxtogether [130720] #93 - c...