"kita mau kemana?" tanya Yena.
"kesuatu tempat yang menyenangkan. aku yakin kau akan menyukainya" jawab Yeonjun sembari memfokuskan pandangannya kearah jalanan.
Gadis itu mengangguk paham. Mobil masih terus berjalan memecah keheningan Seoul disiang hari. Ah, siang menjelang sore lebih tepatnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 3.
"kau tidak lapar?" tanya Yeonjun.
"tak apa, aku masih bisa menahannya kok. kalau sedang tidak sekolah, pola makanku memang selalu berantakan. kadang hanya makan sekali dalam sehari" jawab Yena.
"kau bagaimana sih? itu tidak baik. memangnya perutmu tidak sakit? kita cari makan dulu saja" ujar Yeonjun. Nada kekhawatiran terdengar jelas disana.
"anieyo Yeonjun-ah, aku tak apa. kita pergi saja, nanti saat pulang aku pasti langsung makan"
"tapi aku yang membawamu pergi, jadi aku yang harus tanggung jawab denganmu Yena" kukuh Yeonjun.
"aku masih bisa menahannya Yeonjun. ayolah, aku ingin pergi kesana denganmu sekarang" rengek Yena.
Yeonjun menghela nafasnya panjang. Kalau sudah begini, mau bagaimana lagi? Terpaksa ia harus menuruti kemauan Yena.
"arasseo. tapi kalau kau sudah tidak kuat menahannya, cepat katakan padaku. kita mencari makan saja dulu" titah Yeonjun.
"nee, akan kulakukan. gomawo Yeonjun-ah"
Yena tersenyum manis. Oh astaga, bagaimana bisa Yeonjun tidak gemas sendiri dengan kelakuan Yena? Lelaki itu mengacak surai Yena pelan. Sang empunya hanya dapat menahan rona merah di kedua belah pipinya. Aigo, betapa bahagianya sepasang kekasih didalam mobil ini? Entahlah, memikirkannya hanya akan membuat kalian semakin iri.
***
"teater?" tanya Yena terheran heran.
"nee, teater! eottae?"
Kedua manik gadis itu masih menelisik dalam pada bangunan dihadapannya. Kini mereka berdua berdiri tepat didepan sebuah gedung bernuansa klasik dipadukan dengan beberapa tanaman hias disana. Yang benar saja, kenapa Yeonjun malah mengajak kesini?
"kajja" Yeonjun menggenggam tangan Yena untuk masuk kedalam.
"teater biasanya ditampilkan malam hari Yeonjun. memangnya ada yang ditampilkan untuk sekarang?" tanya Yena lantaran matahari masih belum membenamkan sinarnya.
"ikut saja"
Pintu utama telah terbuka. Yeonjun memberikan 2 buah tiket yang entah dibelinya kapan. Melalui aplikasi mungkin? Tapi memangnya ada aplikasi yang menyediakan jasa membeli tiket teater? Yena tak dapat memahaminya.
Petugas itu mempersilahkan mereka masuk kedalam. Yeonjun membawa Yena menuju bangku urutan kedua dari depan. Aneh, sangat aneh. Biasanya para penonton yang datang lebih awal entah itu bioskop atau teater, akan memilih bangku paling belakang dan seterusnya baru bangku depan akan terisi. Lalu bagaimana bisa Yeonjun melakukan hal itu?
"kita tidak dibelakang saja?" tanya Yena.
"tidak" jawabnya santai.
"kenapa?"
"menonton drama teater dibangku depan akan membuatmu semakin mengerti dan paham apa makna dari cerita tersebut. aku tidak mengerti kenapa orang orang lebih menyukai duduk dibangku belakang. tidak menutup kemungkinan kalau mereka hanya ingin menghabiskan waktu dengan kekasihnya lalu mengambil kesempatan dalam kesempitan lantaran disini minim cahaya" tambah Yeonjun.
Apa itu barusan? Sebuah pemikiran aneh tapi mengagumkan menurut Yena. Gadis itu senang, terlampau senang untuk saat ini. Pandangannya tak pernah ingin terlepas pada sesosok lelaki yang duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Boy ✔
Fanfiction[ COMPLETED ] "..Mencintaimu adalah kebahagiaan untukku. Jadi, haruskah aku berhenti mencintai untuk kebahagiaanmu?" - Park Yena #53 - tomorrowbytogether [120720] #53 - moa [121020] #68 - choiyeonjun [250620] #82 - tomorrowxtogether [130720] #93 - c...