part 4 - Rain

226 28 0
                                    

"kalau begitu kita taruhan saja"

"apa? m-maksudmu?"

"ya taruhan. siapa yang bisa memiliki kekasih lebih dulu dalam 3 bulan ini, dia akan menang dan yang kalah harus menraktir makan di restoran daging wagyu yang terkenal itu" ucap Yeonjun yang disusul dengan senyuman remeh.

"kau pikir aku takut? tentu saja aku menerimanya" jawab Yena seolah menantang.

"baguslah kalau begitu"

"lihat saja nanti, pasti aku yang akan memenangkannya. aku ini kan cantik"

"cih, jangan terlalu percaya diri. dilihat dari segi manapun, kau tak akan bisa mengalahkanku"

"molla! berdebat denganmu selalu membuatku pusing" ucap Yena kesal.

"yak! kenapa kalian berdua malah diskusi hah?! cepat lanjutkan kegiatan bersih bersih nya!! minta di tambah hukuman ya?!" teriak guru Jeon dari ujung sana.

"a-ah, b-baiklah guru Jeon! maafkan kami"

***

Kantin,

"aarrghh" Yeonjun mengusap surai nya kasar.

"kau kenapa? tidak biasanya seperti ini" tanya Taehyun dengan nada sedikit khawatir.

"kau tau? ini pertama kalinya aku merasa diriku benar benar bodoh"

"apa maksudmu? bicaralah yang jelas"

"tadi aku mengajak gadis cerewet itu taruhan denganku. siapa yang bisa mendapat kekasih lebih dulu dalam bulan ini, dia akan menang" jelas Yeonjun.

"uhuk..uhuk..MWO?! kau gila?" ujar Taehyun tersedak.

"aish.., jangan berteriak di telingaku Taehyun"

"untuk apa kau mengajaknya taruhan?"

"entahlah, hanya ingin saja. tidak terima mungkin karena tadi dia mengejekku bahwa tak ada yang mau denganku"

"dasar egois, hanya begitu saja minta taruhan"

"sudahlah Tae, lebih baik kau bantu aku mencari kekasih. kau tau bukan, aku selalu sulit berkomunikasi dengan murid perempuan setelah kejadian 'itu'"

"aku tidak mau ikut campur. cari saja kekasihmu sendiri, toh juga kau yang membuat taruhannya"

"kau benar benar tak bisa diandalkan" ucap Yeonjun malas.

"lalu.., bagaimana dengan Hyera? kau masih mencintainya?" tanya Taehyun memastikan.

"jangan bahas dia lagi, aku sudah kesal dengannya"

"eoh, maaf"

Mendengar namanya saja sudah membuat Yeonjun malas. Sebenarnya Yeonjun sendiri juga bingung masih mencintainya atau tidak. Dia yang meninggalkannya lebih dulu dan tidak mengatakan kata 'putus'. Mungkinkah sekarang Yeonjun masih berstatus sebagai kekasihnya? Kedengarannya tidak sama sekali.

***

Sejak tadi Yena terus memfokuskan pandangannya kearah novel. Setelah selesai membersihkan lapangan, selama dikelas dan bahkan sampai istirahat selesai pun, Yeonjun tidak mengajak Yena bicara. Yena juga tidak peduli.

Sebenarnya Yeonjun ini niat tidak sih mengajaknya taruhan tadi? Ah, setelah Yena pikir pikir, lebih baik ia mendekati Namjoon saja. Mungkin besok Yena akan meminta Sena untuk pulang bersama dengannya dan oppanya itu. Semoga saja usaha Yena berhasil.

'Kriingg!!"

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Tapi hujan belum reda juga. Yena pun memutuskan untuk menunggu di pos satpam saja. Mulai dirasakannya udara dingin menerpa kulit tangan gadis itu sembari sedikit bersin bersin.

"hachu..hachu"

"kau terlihat sangat jelek"

Yena sedikit tersentak dengan suara itu. Tidak, tidak mungkin ini Sena, lagipula ini suara lelaki. Saat Yena membalikkan badannya, ia mendapati Yeonjun yang tengah berdiri tepat dibelakangnya.

"yak! jangan mengejekku, hidungku merah begini karena kedinginan! begitu saja tidak mengerti" bentak Yena.

"eoh"

"kenapa belum pulang?" tanya Yeonjun.

"kau tidak lihat? sudah jelas jelas sedang turun hujan, lalu bagaimana bisa aku pulang? pertanyaan yang menyebalkan. jangan sok peduli padaku"

"dasar gadis cerewet. aku kan hanya bertanya, kenapa kau terus emosi saat menjawab pertanyaan dariku?"

"jangan tanyakan padaku, lihat saja dirimu. rasanya aku ingin menendangmu jauh jauh ke kutub Utara saja" Yena memutar bola matanya malas.

Tak berselang beberapa detik, Yeonjun beranjak dari sana. Ia mengambil sebuah payung dari dalam pos satpam.

Woah apa apaan ini, 13 menit sudah Yema berdiri lumutan disini tapi gadis itu tak menyadari sama sekali kalau pos disini menyediakan payung pinjaman. Yeonjun berjalan kearah Yena dan berdiri tepat dihadapannya.

"kau tidak mau? yasudah aku duluan" ujar Yeonjun.

Otak dan pikiran Yena masih sedikit memproses apa yang baru saja terjadi.

"yak! tunggu aku!" ujar Yena terburu sambil mengikutinya dari belakang. Tak peduli sedang hujan, toh juga sebentar lagi ia akan berada dibawah payung itu, pikirnya.

Yena akui memang, langkah Yeonjun sangat lebar. Bahkan, Yena harus berlari lari dan hasilnya gadis itu tergelincir.

"aw, sakit" rintih Yena.

Yeonjun yang mendengar suara Yena dan langsung membalikkan badannya. Disusul decakan kesal dari ujung sana.

"ck, merepotkan saja"

Yeonjun berjalan kearah Yena dan mengulurkan tangannya untuk Yena. Lelaki itu berniat membantunya berdiri. Namun, keadaan tak mengizinkan semua itu terjadi. Yeonjun malah ikut tergelincir juga dan terjatuh menimpa tubuh Yena.

Kedua netra Yena otomatis membulat sempurna dan bertemu dengan tatapan Yeonjun. Sungguh sangat damai menatap mata Yeonjun yang teduh itu. Oh Tuhan, kenapa harus posisi seperti ini. Rasanya Yena ingin mati saja.

Tapi jika dilihat dari dekat begini Yeonjun juga tampan. Aish, apa yang Yena pikirkan? Gadis itu segera menggelengkan kepala nya pelan untuk menghilangkan pikiran konyol nya itu. Setelah beberapa detik berlalu, Yena baru tersadar.

"AAAAA!!" teriaknya.

"HEI! JANGAN MACAM MACAM!" ucap Yena sambil mendorong tubuh Yeonjun.

"kau yang membuatku terjatuh, kenapa malah kau yang marah? gadis aneh" ujar Yeonjun. sambil berusaha berdiri.

"tapi tak perlu jatuh menimpa tubuhku juga 'kan?!"

"terserah kau"

Yena berusaha berdiri sendiri. Dan jangan lupakan sebuah fakta bahwa saat ini sedang hujan. Seragam Yena sudah basah dan udara dingin itu semakin membuatnya bergidik kecil. Yeonjun yang melihat hal itu merasa bahwa ia harus meminjamkan jaket nya.

"pakai saja jaketku. jangan menolak, kau terlihat buruk"

Yena hanya mamlu diam dan memakai jaket pemberian Yeonjun itu. Tak ada perbincangan sama sekali. Kemudian Yena mulai mengikuti langkah Yeonjun berjalan dengan satu payung itu.

Sampailah kini mereka berdua di sebuah halte bus. Yena segera memasuki bus nya dan meninggalkan Yeonjun sendirian. Ya, Yena tau kalau dia memang bodoh. Sesudah Yeonjun membantunya, ia tak mengucapkan kata terimakasih atau semacamnya dan malah meninggalkan Yeonjun sendirian. Sebenarnya Yena tidak bermaksud, gadis itu hanya lupa mengatakannya. Karena otak dan pikiran Yena benar benar tidak bisa bekerja dengan baik setelah kejadian di gerbang tadi.

"dasar, tidak tau berterimakasih"

***

TBC

Vote and comment readers♡

You're My Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang