part 31 - Our first day

132 18 1
                                    

"Park Yena, aku mencintaimu"

Layaknya tiupan bunga dandelion, tiap detak jantung Yena membebaskan euphoria kebahagian yang tak terkira. Suara berat milik Yeonjun mengalun merdu melewati liang telinganya. Empat kata yang didengarnya merupakan suatu pernyataan paling indah didalam hidup Yena. Gadis itu tersenyum lebar dengan selingan air mata yang menggenang sempurna di pelupuk matanya.

Yeonjun yang menyadari hal itu langsung menarik pinggang Yena hingga wajahnya kini berada tepat didepan dada Yeonjun. Lelaki itu memeluk Yena.

"kau dapat mendengarnya bukan? jantungku tak pernah berdetak normal jika berada didekatmu" ujar Yeonjun.

Tak dapat dipungkiri memang, itulah yang dirasakan Yeonjun. Saat ditaman kemarin, ia juga merasakan hal yang sama. Persetan dengan hal itu, Yena tak dapat mempercayai apa yang didengarnya. Pikirannya kalut, seolah otak dan badannya tidak bisa bekerja sama dengan baik.

"jangan menangis, kalau kau tidak mau menerimaku juga tak apa. aku tidak pernah memaksamu" lirih Yeonjun.

Lelaki itu melonggarkan pelukannya. Membuat Yena langsung menjauhkan wajahnya dari dada bidang Yeonjun. Kini Yena menunduk.

"jangan menunduk, kau tidak jelek kalau sedang menangis"

Yena menghentikan isakannya sejenak. Gadis itu menengadahkan kepalanya dan dapat terlihat Yeonjun sedang menatap maniknya lekat.

"a-ani, aku hanya terkejut" ujar Yena yang akhirnya bersuara.

"aku mengerti"

"Yeonjun-ah" panggil Yena.

"wae?"

"kau ingat saat pertama kali bertemu dengan Namjoon di cafe dan kau memukulinya, lalu aku pergi kerumahmu dengan Jihyo untuk mengobati lukamu?" tanya Yena.

"aku ingat" jawabnya singkat.

"kau tau? hari itu adalah hari dimana aku mulai memiliki perasaan padamu. hari itu adalah hari dimana aku dapat melihat sisi darimu yang baru"

"jinjjayo?" tanya Yeonjun memastikan.

"eum. dan jujur aku lebih menyukai Yeonjun yang hangat, Yeonjun yang baik, Yeonjun yang tersenyum ramah pada semua orang. aku tau aku ini bukan siapa siapa namun langsung menilaimu seperti ini. tapi tolong dengarkan aku Yeonjun, berubahlah menjadi orang yang lebih baik. berubahlah menjadi sisi Yeonjun yang kusukai, yang semua orang sukai. aku berkata seperti ini bukan berarti aku tidak mau menerimamu apa adanya, hanya memberi tau padamu tentang pandangan orang lain jika sifatmu masih sama seperti sebelumnya" lanjut Yena.

Yeonjun mengangguk memahami maksud perkataan Yena. Beberapa saat setelahnya, ia meraih kedua tangan Yena. Lelaki itu menatap manik Yena dalam seraya berkata- "kalau begitu kau mau 'kan membantuku untuk menjadi Yeonjun yang kau inginkan?"

Sungguh, saat ini juga Yena ingin berlari ke Sungai Han dan berteriak sekencang mungkin disana kalau ia mau menjadi kekasih Yeonjun.

Gadis itu hanya menatap Yeonjun. Tak sepatah pun keluar dari mulutnya setelah berbicara panjang lebar tadi. Sesaat Yena mulai menyadari bahwa Yeonjun telah menunggu, ia mengulum bibirnya lalu menjawab- "n-nee. aku mau"

"kalau begitu, ini hari pertama kita?" tanya Yeonjun yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Yena.

Debaran didalam rongga dada Yeonjun tak ada hentinya sejak tadi. Ia terlewat senang mendengar jawaban Yena barusan. Yeonjun tak mampu lagi mendeskripsikan kebahagiaan yang dirasakannya saat ini selain kembali memeluk Yena. Ya, lelaki itu langsung memeluk Yena erat.

"gomawo Yena-ya"

"eum, arrayo"

Yeonjun mengusap surai Yena lembut. Inilah yang dirasakan Yena, hangat dan nyaman. Sama persis seperti waktu Yeonjun memeluknya kemarin. Dua insan itu seperti tak menyadari kalau mereka sedang berada di tempat umum sekarang. Ya, begitulah rasanya kalau kau sedang jatuh cinta. Seolah tak ada yang bisa mengganggu kebersamaan milik berdua.

You're My Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang