***
Setelah adu mulut dengan ibu, suasana hatiku mendadak buruk. Aku tidak dapat mengontrol emosi, sampai-sampai pot bunga jadi sasaran tendangan mautku."Kumaha atuh, Ra? Kamu kok beda banget hari ini toh? Marah-marah terus." Rima datang mengintrogasi, membuatku semakin kesal.
"Kamu bisa diam, gak?! Kalau kamu gak bisa, minimal pergi dan tinggalin aku sendiri!" Rima menatapku tidak percaya, setelah itu pergi tanpa menoleh sedikitpun. Apa ia marah? Biarlah, aku tidak peduli.
Kubuka kotak bekal pemberian ibu tadi pagi, isinya sukses membuatku syok. Tempe?
Aku benar-benar kecewa pada ibu, kok bisa ya, ibu setega itu padaku? Jelas-jelas sebelum berangkat aku sempat melihat ada Ayam goreng dan gulai daging diatas meja, lantas, darimana ibu mendapatkan tempe goreng ini? Apa ia sengaja menyetok tempe khusus untukku makan? Kalau benar begitu, ibu jahat sekali!
Merasa kecewa, kubuang kotak bekal tersebut ke tempat sampah. Buat apa? Rasanya sama saja, aku benar-benar muak dengan semua ini.
Baiklah, hari ini aku mau bolos sekolah! aku ingin pergi kesuatu tempat, Aku butuh refreshing dan ketenangan. Sungai.
***
Angin sepoi-sepoi memberikan sensasi tersendiri bagiku, ditambah bunyi gemericik air yang meneduhkan pendengaran. Ah, segarnya.Kupejamkan mataku, merentangkan tangan sambil menikmati semilir angin sejuk yang menerpa kulit wajah.
"Heh, bocah! Apa yang kamu lakukan?" teriak seseorang sukses membuatku kaget setengah mati, sesaat kemudian ia menarikku agar menjauh dari tepi sungai
"Hei, lo siapa?! Njir! Lepasin gua, kodok!" aku meronta tidak terima, lekas kugigit telapak tangannya hingga ia menjerit kaget.
Sungguh, aku benar-benar jengkel dengan pria satu ini. Berani sekali ia mengusik ketenanganku?
Lebih terkejut lagi saat melihat pakaian yang ia kenakan. Busyet! Polisi? Astaga! Masalah baru, nih.
"P..pa..pak Poli..si?" aku langsung menutup mulutku dengan tangan, teringat makian yang sudah kulontarkan padanya. Oh, No!!
"Eh, bocah! Kamu stres, ya? Kalau mau bunuh diri itu jangan setengah-setengah, banyak drama lagi, langsung ambil pisau dan gorok saja lehermu biar cepat tuntas!! Malah pake drama mau nyebur ke sungai, supaya apa coba?!"
"Ha? Maaf, maksudnya bagaimana, ya? Saya tidak mengerti." mungkin dikiranya aku mau bunuh diri kali, ya?
Jika dilihat lebih dekat, Pak Polisinya tampan juga, ya. Wajahnya tidak jauh beda sama Aktor Kenny Austin.
IPDA BIMA ASSEGAF. Ohh, namanya Bima? keren namanya.
"Kamu mau bunuh diri, kan? Stres, ya?"
"Ha? Siapa bilang? Orang saya mau nenangin diri disitu, soalnya disitu anginnya adem. Pak Polisi salah paham."
Pak Bima membaca Name Tag yang sengaja kutanggalkan.
"Rara Bastian. Kenapa kamu berkeliaran dijam belajar? Kamu bolos?"
Waduh, gawat! Ketahuan deh, kalau aku bolos. Ya Allah, jangan sampai aku kena masalah. Bekas tamparan ibu masih perih, jangan ditambah lagi.
"A..anu, anu Pak, itu."
"Anu apa? Sekarang saya akan antar kamu kembali ke Sekolah!"
"Aduh, Pak Polisi, jangan dong. Pleaseeee... Jangan, ya? Nanti Kepala Sekolah bakal lapor ke orang tua saya, terus saya kena imbasnya lagi. Apa Pak Polisi tidak kasihan pada saya? Coba lihat wajah saya, saya tidak bohong, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
RomanceSINOPSIS: Sering menerima perlakuan tidak adil dari ibunya, membuat Rara tumbuh menjadi gadis tidak biasa. gadis cantik blasteran itu menjadi kebal rasa. Karena bandel, Rara sering mendapat teguran dari pihak sekolah perihal nilainya yang buruk dan...