Part 45

747 60 6
                                    

***
Waktu menunjukkan pukul 05.25. Masih terlalu pagi. Tunggu, dimana Rara? Apa ia sudah bangun? Ah, masa sih? Biasanya 'kan ia baru bangun pukul delapan.

Jujur, Semenjak Rara hamil, ia sering bangun kesiangan. Bukan hanya itu, kadang ia tidak mau menyentuh air sedikitpun. Bahasa kasarnya jarang mandi. Entahlah, aku juga bingung. Mungkin pembawaan hamil kali, ya? Tapi aku tidak mempermasalahkan hal itu. yang terpenting istriku sehat.

"Eh, suamiku sudah bangun?" Rara keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tunggu, Rara mandi sepagi ini? Mustahil.

"Rara, ini baru mau masuk setengah enam, loh. Kamu sudah mandi? Tumben,"

Rara tidak menjawab, melainkan duduk di depan cermin sambil mengoleskan pelembab ke wajahnya. Aneh, ada apa dengannya? Apa ia kesambet?

"Rara ... Kamu gak apa-apa, 'kan?" tanyaku bergegas bangkit dan duduk di pinggiran ranjang.

"Maksud Pak Bima?" Rara menoleh sekilas. Tidak berselang lama ia kembali fokus memoles wajah tirusnya dengan bedak. Entahlah,

"Tidak. Tumben kamu bangun sepagi ini, sudah mandi pula. Biasanya 'kan tidak begini?" ucapku asal.

"Maksud Pak Bima, apa? Oh, jadi Pak Bima keberatan? Mentang-mentang Rara hamil, gak boleh mandi dan merias diri? Begitu?" Rara menatap tajam ke arahku, wajah yang semula ceria itu berubah masam. Salah lagi aku.

"Astaga, Rara. Itu tidak benar, kok."

"Tidak benar bagaimana? Buktinya Pak Bima keberatan!"

Huft, masih pagi udah tensi. Dasar Rara!

"Tidak, kok. Kamu itu selalu cantik setiap saat. Mau kamu sudah mandi, belum mandi, kamu tetap cantik di mataku. Dan sekarang, kamu tambah cantik karena sudah mandi. Begitu, sayang," semoga ucapanku diterima, setidaknya kami tidak cekcok hanya karena hal sepeleh.

"Oh, kirain! Yaiyalah, Rara harus tampil memukau. Rara gak mau kalah sama pelakor! Kalau sampai Rara kalah, Pak Bima yang bakal Rara gilas! Ingat itu baik-baik!"

"Iya sayang, iya."

"Dan satu lagi, hari ini Rara ikut Pak Bima. Rara gak mau si Emma itu datang dan godain suami Rara, apalagi sampai bawain bekal! Rara gak ridho."

"Iya sayang, iya. Oh ya, emang kamu udah siapin bekal untuk aku?"

"Sudah, dong. Rara sendiri yang masak, dijamin endol surendol."

"Alhamdulillah. Rara masak menu apa buat abang?"

"Ih lebay! Abang dari hongkong! Rara masak nasi goreng spesial,"

"Waaah ... Kesukaanku tuh. Oke deh, aku mandi dulu, ya?"

"Siap, Bos!"

Hari ini Rara tidak terlalu bertingkah. Semenjak ia mengandung, sudah pasti setiap hari moodnya berubah-ubah. hari ini ia lumayan jinak, Tidak galak-galak amat. Itu berarti, Bima junior masih tidur. Jadinya, ia tidak terlalu memprovokasi mamanya. Wkwkwk.

***
Waktunya jam makan siang, itu artinya aku bakal mencicipi nasi goreng spesial buatan istri tercinta. Aku jadi penasaran, rasanya seperti apa, ya? Jujur, ini pertama kalinya aku makan masakan Rara.

"Pak, waktunya makan. Rara temanin, ya?"

"Iya, sayang."

Rara bergehas ke parkiran, niat mengambil kotak bekal yang sengaja kami tinggal dalam mobil.

Secara bersamaan, Emma datang dan menenteng tupperware bermotif keropi. Bukan hanya itu, tangannya yang lain menenteng kantong plastik berisi buah-buahan. Astaga!

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang