***
Kebetulan, hari ini hari minggu. aku dan Bi Tun bersantai ria di depan Tv, menikmati serial ikan terbang."Bi Tun, itu si istri kok nangis bombay saat suaminya ngucapin kata talak? Emang talak itu apa?" aku mulai bertanya pada Bi Tun perihal kata talak yang di ucapkan sang suami pada istrinya, ku akui filmnya bagus. Selain bikin greget, suaminya juga ngeselin. Persis kayak Pak Bima.
"Loh, masa Non Rara gak tahu arti talak?"
Sejujurnya, aku sama sekali tidak tahu apa itu talak. Selain kurang nonton Tv, aku juga malas baca buku atau referensi yang sering muncul di media sosial.
"Suer, Bi, Rara gak tahu."
"Padahal itu ada dalam mata pelajaran Agama, loh."
"Ehehehe, tapi Rara emang gak tahu."
Ya, benar kata Bi Tun, talak ada dalam mata pelajaran Agama. Tapi bagaimana aku bisa tahu, aku saja sering bolos jika ketemu mata pelajaran ini. Selain gurunya tidak asyik, ia juga pemarah dan suka sekali menyuruh kami menghapal. Jadinya ya, aku tidak tahu apa-apa.
"Secara bahasa, talak berarti melepaskan ikatan. Dengan kata lain, talak adalah memutuskan hubungan antara suami istri dari ikatan pernikahan yang sah menurut syariat agama. Intinya, kita tidak boleh main-main dengan kata talak."
"Oh, begitu, ya, Bi? Udah, Rara ngerti."
Aku menyeruput segelas coklat buatan Bi Tun, tersenyum jahil saat sesuatu terlintas di benakku.
***
Selesai membantu Bi Tun memasak, aku melanjutkan aktivitasku, mencuci pakaian Pak Bima. Untung Bi Tun pengertian dan mau membantu, jadinya aku tidak kewalahan.Aku baru tahu, ternyata sesulit ini tugas seorang istri. Pak Bima memang tidak membebaniku dengan pekerjaan ini, tapi aku harus tahu diri.
Sebentar lagi suamiku itu pulang, entahlah. Aku tidak tahu kenapa hari ini ia ingin cepat-cepat pulang. intinya, ia baru saja menelpon dan memberitahu hal itu.
Aku langsung merebahkan diriku di atas sofa ruang tamu, aku benar-benar capek, badanku pegal semua. Butuh refreshing.
"Assalamu'alaikum."
Itu pasti Pak Bima, ternyata ia tidak berbohong. Ia benar-benar pulang lebih awal.
"Wa'alaikumsalam."
Dengan malas kuberanjak dan menyambut Pak Bima, tidak lupa mencium punggung tangannya.
"Ciyeee, tumben." ia menggodaku sambil tersenyum jahil.
Jika sudah begini, yang ada aku malah salah tingkah sekaligus kesal.
"Katanya di suruh jadi istri yang baik, kok malah diledekin begitu?" sewotku.
"Siapa yang ledekin, orang aku cuma bilang Ciye doang. Artinya aku muji, bocah." ucap Pak Bima tegas, tidak lupa ia mendorong kepalaku dengan jari telunjuknya.
"Tahu, ah. Oh ya, tumben pulang cepat."
"Emang salah, ya?"
"Gak, sih. Tumben aja."
"Aku punya kabar gembira untukmu, mau dengar tidak?"
"Mau. Apa?"
Pak Bima mengedipkan sebelah matanya, sok-sok an mau memberiku kejutan.
"Aku mau ajak kamu jalan-jalan, mau?"
Yaelah, aku pikir apaan, ternyata mau ngajak jalan-jalan. Tunggu, kok bisa Pak Bima berubah drastis begini? Jangan-jangan ini prank?
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
RomanceSINOPSIS: Sering menerima perlakuan tidak adil dari ibunya, membuat Rara tumbuh menjadi gadis tidak biasa. gadis cantik blasteran itu menjadi kebal rasa. Karena bandel, Rara sering mendapat teguran dari pihak sekolah perihal nilainya yang buruk dan...