Part 51

695 63 19
                                    

POV RARA

***
Aku bergegas ke dapur, menuruti permintaan Pak Bima untuk membuatkannya larutan air gula. Di dapur, aku dikejutkan Bi Tun yang tiba-tiba keluar dari toilet. Namun, baru saja kakinya menapak di pintu, ia masuk lagi ke dalam. Ada apa dengan Bi Tun? Apa ia punya gejala yang sama dengan Pak Bima? Owalah ... Kalau begini 'kan, Eyang bisa curiga.

"Bi ... Bibi baik-baik saja, 'kan?" tanyaku seraya mengetuk pintu toilet dengan pelan.

"Bentar, non. Jangan bicara dulu, Bibi mules!" teriak Bi Tun dari dalam. Jujur, perutku seperti digelitik kala mengingat kejadian hari ini. Pengen ngakak, takut dosa.

Tidak berselang lama kemudian, Bi Tun keluar sambil memegangi perutnya. Kalau dilihat-lihat, kasihan juga Bi Tun.

"Bi ... Kalau boleh Rara tahu, Bibi tuang lada ke mangkuknya Emma berapa sendok, sih?"

"Setengah botol, non."

Astaga, setengah botol? Pantasan. Sebab, tanpa sepengatuan Bi Tun, aku kembali menuang sisa lada yang masih separuh ke dalam mangkuknya Emma.

"Bi ... Sebenarnya, sisa lada yang masih separuh itu Rara tuang kemangkuknya si Emma."

"Apa? Astaga, non. Pantasan tadi mulut Bibi kayak terbakar, ternyata ladanya sebotol, toh? Bibi aja yang cuma nyicip bisa diare begini. Si Emma apa kabar, ya? Semoga wanita si pemilik wajah berminyak itu belum Almarhum. Kasihan,"

Kali ini aku tidak dapat menahan tawa. Tanpa suara, aku terbahak. Bahkan larutan air gula pesanan Pak Bima nyaris terlupakan. Beruntung aku cepat-cepat ingat. Kalau tidak, entah bagaimana reaksi Pak Bima. Maklum, Pak Bima suka manja kalau lagi kurang enak badan.

***
Pagi ini cukup cerah nan ceria. sepeninggal Pak Bima ke Kantor, aku memilih berjemur di taman belakang. Ditemani segelas jus melon dan sepiring martabak teflon. Kali ini ngidamku lain lagi. Kemarin tidak bisa makan, hari ini makannya malah diatas rata-rata. Entahlah, mulut ini rasanya perih kalau tidak ngemil.

Sambil menyeruput jus melon, iseng ku buka akun Instagram yang lama tidak dijamah. Rencananya mau mengupload foto selfi yang sempat ku ambil beberapa menit yang lalu. Foto seorang wanita cantik yang tengah menyeruput jus melon, yaitu aku sendiri. Xixixix.

Tidak berselang lama setelah mengupload foto tadi, beragam komentar muncul di sana.

[Rima_Restika23:
Widih ... Tambah cantik aja bumil. Sehat terus, ya.]

Itu Rima, sahabat tersayangku yang paling baik hatinya.

[Zakmal:
Raraku tambah cantik dan cute. Kamu apa kabar? Kenapa baru nongol? Aku kangen, sayang. Heheheh.]

Aisshh! Ini 'kan si ketua osis? Sejak kapan ia follow? Setahuku, Zakmal ini tipe cowok pendiam di Sekolah. Bukan, lebih tepatnya dingin. Tapi jangan salah, meskipun ia begitu, Zakmal orangnya keren dan super duper ganteng. Pak Bima mah kalah. Aku sih heran saja, sejak kapan ia jadi seakrab itu padaku?

[SofiaElmira_Sofi:
Hay, Rara. Lama tidak bertemu, apa kabar?]

Hah! Ini nih, wanita yang selalu dibanding-bandingkan denganku dulu. Sok banget, pake komentar segala lagi. Sebal!

[Bima_Assgf:
Wah, fotonya rame komentar, ya. Siapa Zakmal?]

Uhuk! Astaga, suamiku komentar? Gawat, mana komentarnya horror lagi.

[Zakmal:
Siapa aku? Calon suaminya Rara]

Astagaaaaa! Si Zakmal pake balas komentar Pak Bima lagi. Mati aku! Harus bagaimana ini?

Baru saja aku hendak membalas komentar Pak Bima, ia keburu telepon. Lekas ku angkat sebelum terjadi perang dunia ketiga.

"Halo, Paksu sayang ...," sapaku dengan manja.

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang