***
Perlahan ku buka kelopak mata yang terasa berat, ah, kepalaku pening sekali. Aisssh, lenganku juga, sakit. Semua gara-gara pelakor itu!Kuperhatikan sekeliling, ruangan ini seperti sudah tidak asing lagi bagiku. Astaga! Ini 'kan gudang rumahnya Mbak Delta? Hm, sepertinya ia sengaja mau mengajakku main-main ke rumahnya. Oke, Mbak Delta, bukankah rumahmu sepi? Ku rasa, kali ini aku akan meladenimu.
Lekas ku tanggalkan salah satu sepatu yang ku kenakan, melepas kaus kaki, kemudian melilitkan kaus kaki tersebut di lenganku. Ku rasa, tidak mengapa jika aku hanya menggunakan sepatu tanpa kaus kaki sebelah, setidaknya darah di lenganku berhenti mengucur. Aissh, wanita itu sudah gila!
Sesaat kemudian, pintu gudang ditendang paksa dari luar. Di sana, sudah berdiri seorang wanita berpakaian serba hitam, Mbak Delta.
"Sudah sadar, ya?" tanyanya sembari berjalan pelan ke arahku. tangannya nampak menenteng sesuatu, lebih mirip tongkat, tapi terbuat dari besi. Tombak.
"Ya, seperti yang Mbak lihat. Bahkan, sekarang Rara sudah siap untuk bermain-main dengan Mbak. Oh, ya, boleh Rara kasih saran? Lain kali kalau mau bunuh Rara, lakukan secara langsung. Jangan main bius-biusan, jadinya Rara bangun, 'kan?" jawabku santai sambil meregangkan otot-ototku.
"Hahaha, rencananya sih begitu. Tapi kalo aku pikir-pikir, aku masih ingin menyiksamu lebih lama, sebelum kamu meregang nyawa!" ucapnya sinis, ia menatapku dengan geram.
"Menyiksa? Mbak yakin? Kalau Mbak mau ngajak fight, kenapa harus sama anak kecil? Bukankah Mbak sudah berpengalaman? Sebagai seorang psikopat, harusnya Mbak tidak plin-plan dalam hal bunuh membunuh. Ah, sudahlah. Percuma bicara pada wanita iblis. Ups, salah. Kita 'kan sama-sama wanita iblis." cercahku sengaja memanas-manasinya.
"Kamu benar, harusnya tadi itu aku sudah membunuhmu! Tapi aku tidak bodoh, aku tidak akan melakukannya di tempat umum, apalagi toilet Rumah Sakit. Cukup membuatmu lengah, dan membuatmu pingsan seperti tadi, aku sudah merasa sedikit puas. Dan sekarang, tidak ada satu pun orang di sini. Hanya ada aku dan kamu!"
"Wah, sama dong, Mbak. Rara juga berpikiran sama. Kalau saja tadi tidak di tempat umum, jangan harap Rara akan melepaskan Mbak, ya. Hanya saja, Rara tidak mau menimbulkan keributan. Apalagi Ibu Rara, Istri pertamanya Ayah, masih belum benar-benar pulih. Belum lagi, Mbak cemen, masa lawan Rara pake senjata? Harusnya 'kan, kita sama-sama pake tangan kosong. Huuu, cemen! Sudah, Kita selesaikan semuanya hari ini juga, Mbak. Siapa yang melukai, harus siap dilukai. Bukan begitu, Mbak?"
"Banyak omong kamu, bocah!"
Mbak Delta berlari cepat sambil mengarahkan ujung tombak dalam genggamannya ke arahku, seketika aku terkejut, ujung tombak itu sangatlah runcing. Bisa merobek kulit dalam sekejap.
Dengan cepat ku tangkap tombak tersebut, sebelum ujungnya menembus wajahku.
"Ahahahaha, kamu tidak akan bisa lolos dariku, bocah! Kamu akan mati!" teriak Mbak Delta terus mendorong tombak tersebut,
Tinggal beberapa centi lagi, ujungnya yang runcing bakal menembus kulit pipiku. Aku harus bertahan, sambil mencari ide cemerlang untuk membalas Mbak Delta.
Tidak ada cara lain, aku harus bergeser dan menendang perutnya. Semoga cara ini berhasil.
Dengan cepat aku bergeser ke samping, ujung tombak tersebut langsung menancap di tembok. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, lekas ku tarik lengan Mbak Delta dan menendang perutnya.
"Akh!" Mbak Delta menjerit, tombak di tangannya terlepas dan berpindah ke tanganku.
Ah, tidak, aku tidak akan menggunakan tombak ini. Alangkah baiknya, aku meniru semua skill Tokoh Idolaku dan Film-film laga yang pernah ku tonton. Tentunya dengan tangan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
RomanceSINOPSIS: Sering menerima perlakuan tidak adil dari ibunya, membuat Rara tumbuh menjadi gadis tidak biasa. gadis cantik blasteran itu menjadi kebal rasa. Karena bandel, Rara sering mendapat teguran dari pihak sekolah perihal nilainya yang buruk dan...