Part 50

780 55 7
                                    

POV EMMA

***
Semenjak bertemu Bima dihari itu, aku menemukan kembali belahan jiwaku yang telah lama hilang. Ya ... Aku mencintai Bima sejak SMP, tepatnya sebelum aku pindah ke Sulawesi.

Bima banyak berubah. Pria tampan nan gagah itu tampak sangat beribawa dengan seragam polisinya. Ah ... Gejolak itu muncul lagi.

Sebenarnya aku sudah menikah dengan Mas Prass. Namun harus kandas karena ia sering melakukan KDRT padaku. Aku mempidanakannya, sekaligus menggugat cerai suamiku itu. Aku sudah tidak tahan jika harus berlama-lama menempuh rumah tangga dengannya.

Tapi, aku sedikit syok saat mendengar Bimaku sudah menikah. Lebih syok lagi saat tahu kalau istri seorang Bima hanyalah anak ABG yang baru beranjak remaja.

Aku tahu, Bima pasti terpaksa menikahi ABG itu. Kalau bukan dijebak, apa lagi? Bisa jadi 'kan, ABG itu hamil di luar nikah dan menjebak Bima sebagai Ayahnya. Sebab, sangat tidak mungkin seorang Bima menikahi wanita labil yang sama sekali tidak menarik. Ah ... Kasihan sekali Bima. Aku harus memisahkannya dari wanita itu, dan kita akan menikah. Harus!

Kemarin aku tidak sengaja berpapasan dengan Eyangnya Bima di salah satu pusat perbelanjaan. Alhasil, Eyang masih mengenaliku. Kami berbincang lama. Hanya saja, ABG itu memaksa Eyang pulang. Sangat tidak sopan!

***
Malam ini aku berencana mengunjungi rumah Bima. Entah kenapa, aku sangat merindukan sosok maskulinnya.

Di rumah Bima, aku mengucap salam. Disambut oleh wanita paruh baya berbadan gempal, mungkin Asisten Rumah Tangga di sini.

"Cari siapa, Mbak?" tanya wanita tersebut sambil menatap penuh selidik.

"Saya mau bertemu Eyang. Boleh saya masuk?" jawabku selembut mungkin,

"Tunggu sebentar, saya beritahu Eyang dulu!" ucapnya sambil berlalu dan menutup pintu rumah rapat-rapat.

Huft! Baru jadi Asisten Rumah Tangga saja belagu. Tinggal diajak masuk kenapa, sih? Pake lapor segala lagi. Lebay.

Sesaat kemudian, pintu kembali di buka. Wanita itu kembali lagi.

"Eyang bilang, kamu disuruh masuk!" ucapnya ketus.

"Terima kasih." huh, belagu banget. Awas saja dia. kalau aku berhasil merebut hati Bima dan Eyang, akan ku singkirkan Pembantu itu dari rumah ini. Sekalian dengan ABG labil itu.

Saat aku masuk ke dalam, tampan Bima, Eyang, dan Rara tengah bercengkrama ria.

"Malam, Eyang ...," sapaku langsung menyalami dan mencium punggung tangan Eyang,

"Emma? Ternyata kamu, to? Ayo duduk. Tutun, bikinin Emma wedang jahe. Oh ya, Rara, kebetulan Emma ini pecinta wedang jahe, loh. Sama seperti Eyang, hehehe ...,"

Eyang langsung menyuruhku bergabung, bahkan ia memujiku di depan Rara. Dan aku sangat bangga!

"Ah, Eyang bisa aja. Emma dari kecil suka wedang jahe, loh. Selain enak, wedang jahe juga kaya akan manfaat. Iya 'kan, Eyang?"

"Hmp ... Emma, kamu kok, bisa tahu rumahku?" tiba-tiba Bima bertanya padaku.

Hm ... Tidak mungkin aku jujur 'kan? Nanti aku turun pamor dong.

"Oh, itu? Eyang yang kasih tahu, Bima. Kebetulan aku lewat daerah ini, jadi sekalian aja aku mampir. Tidak apa-apa, 'kan?"

"Ini 'kan sudah malam, tidak baik wanita keluyuran!" tegas  Bima padaku. Tiba-tiba aku merasa risih saat Bima menautkan jarinya ke jari Rara. Ih ... Sebal!

"Benar kata Pak Bima, apalagi bertamu di rumah orang pas malam begini." timpal Rara seraya menyandarkan kepala di  lengan Bima. Ih ... Lebay banget, deh. Sangat kentara jika Rara tidak suka aku datang ke sini. Emangnya ia siapa?

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang