Part 49

735 53 4
                                    


"Eyang ... Ada apa?" tanyaku pura-pura penasaran, dalam hati tertawa ngakak.

"Itu, Pizzanya! Pedas banget, Ra!" cetus Eyang kembali meneguk segelas air.

Ku lirik Emma, ia masih kebingungan. Hm ... Kesempatan bagus nih.

"Emma ... Kok, Pizzanya bisa pedas begitu?" aku memulai aksiku untuk menyudutkan Emma.

"Ha? Pedas? Masa, sih?" Emma yang tidak percaya lekas mengambil sepotong Pizza dan langsung mencicipinya. Sesaat kemudian,

"Pprrthh!! Hash ... Pedas!" Emma mengikuti jejak Eyang, berlari-lari kecil ke arah dispenser.

Aku puas, sangat puas karena berhasil mengerjai dua wanita menyebalkan itu. Hahahaha ...

"Pizzanya kok, bisa pedas begitu? Emang Pizza Italia resep Ayahmu seperti itu, ya?" aku mulai menyerangnya dengan pertanyaan-pertanyaan monoton, pokoknya akan ku buat Emma kalang kabut. Wkwkwk.

"Tidak kok, Ra. Aku juga heran, kenapa Pizzanya bisa sepedas itu? Perasaan tadi adonannya sudah sesuai resep. Aneh,"

"Aneh bagaimana? Buktinya, Pizzanya pedas! Ntar kalau Eyang kenapa-kenapa bagaimana? Kamu, sih!" aku semakin menyudutkannya. Bagaimana dengan Eyang? Ia memilih diam dekat dispenser.

"Sumpah, Rara. Aku tidak mengerti kenapa adonannya jadi sepedas ini. Eyang ... Maafin Emma, ya? Emma tidak bermaksud mencelakai Eyang. Tadi Eyang lihat sendiri 'kan, kalau Emma menabur lada ke adonan hanya setengah sendok."

Waduh ... Gawat! Jangan sampai Emma dan Eyang mencurigaiku. Aku harus lakukan sesuatu!

"Iya juga, ya? Kok Pizzanya bisa pedas begitu?" Eyang terhasut ucapan Emma. Sial! Tidak sesuai harapan.

"Nah ... itu dia, Eyang."

"Sudah ... Gak apa-apa, lain kali kita bikin lagi."

"Eyang tidak marah pada Emma 'kan?"

"Tidak, kok. Mungkin tadi Eyang tambahkan lada ke adonan, tapi Eyang lupa. Entahlah."

Arrgghh! Gagal lagi rencanaku untuk menjatuhkan Emma. Huuft ... Sabar, Rara.

"Maafin Emma ya, Eyang. Pizzanya tidak sesuai harapan. Sekali lagi maafin Emma." wanita keriting wajah berminyak tersebut memelas, semakin menambah rasa kesalku padanya. Emma sangat pandai cari muka!

"Sudah, biasa saja, Emma. Yaudah, sekarang kita ke depan. Biarkan Tutun bereskan semua ini,"

Emma membuntuti Eyang dari belakang, aku sendiri memilih tetap berada di dapur. Sepertinya, aku butuh bantuan Bi Tun. Aku ingin mengajak Bi Tun kerjasama untuk menyingkirkan wanita itu dari hati Eyang. Emma ... Wanita ini sudah mengacaukan kedamaian rumah tanggaku!

***
"Assalamu'alaikum ...," Pak Bima tiba-tiba muncul dari balik pintu, melempar senyum padaku dan Eyang. Tapi tidak dengan si Emma. Tunggu dulu, bukankah hari ini Pak Bima lembur?

"Wa'alaikumsalam," jawabku sambil berlari-lari kecil ke arahnya.

Pak Bima menyambutku dengan pelukan hangat, lalu mengecup lembut kening ini. Aku yakin, si Emma sudah kebakaran jenggot melihat perlakuan romantis Pak Bima terhadapku. Jiahahahaha.

"Bima ... Kok cepat pulang? Kata Rara kamu lembur," tanya Eyang kebingungan. Huu ... Dasar Eyang!

"Benar, Eyang. Berhubung kasusnya sudah selesai, jadi Bima gak jadi lembur."

"Oh, begitu? Yaudah, sekarang kamu mandi dan ganti baju,"

"Iya, Eyang. Kalau begitu, Bima sama Rara ke kamar dulu, ya?"

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang