Part 55

653 58 1
                                    


Ini gawat. Bagaimana kalau Mbak Delta menemui Ibu? Bisa saja 'kan? Aku tidak takut Mbak Delta mengincarku, yang aku takutkan kalau ia mengincar Ibu. Mbak Delta itu licik, punya seribu macam cara untuk menuntaskan misinya. Ah ... Aku kepikiran Ibu.

"Pak ... Rara kok, khawatir pada Ibu, ya? Bagaimana kalau Mbak Delta merencanakan sesuatu pada Ibu? Pak ... Antar Rara ke rumah Bibi Tanuja, ya. Rara tidak tenang kalau belum melihat Ibu." aku membujuk Pak Bima agar ia setuju mengantar ke rumah Ibu. Kabar tentang Mbak Delta kabur dari penjara membuatku gelisah. Bukan Mbak Delta namanya kalau tidak nekat.

"Sayang ... Jangan. Kamu tetap di sini denganku, kamu tidak akan kemana-mana. Jangan khawatirkan Ibu, di sana sudah ada petugas. Kamu nurut, ya?" Pak Bima mengatupkan kedua tangannya, ia memohon agar aku tidak ke rumah Ibu. Aku harus bagaimana? Di sisi lain, aku khawatir dengan Ibu. Bagaimana kalau Mbak Delta nekat menculik Ibu? Tidak, tidak boleh!

"Tapi, Pak ...,"

"Tidak, sayang. Kamu jangan egois, ya. Aku itu khawatir padamu, terlebih lagi kamu sedang mengandung anakku, anak kita. Sudah, ya. Kamu akan tetap di sini dan tidak mana-mana. Oke?"

"Pak ... Bagaimana kalau Mbak Delta tidak akan ke sini?"

"Itu tidak mungkin, Ra. Di sini ada Ryu, otomatis dia ke sini."

Benar juga, ya? Hm, sepertinya aku harus kasih tahu Ayah. Aku yakin, Ayah bisa membantu. Bukan kah Mbak Delta sangat terobsesi dengan Ayah? Apa aku jadikan saja Ayah dan Ryu sebagai umpan untuk menangkap Mbak Delta?

"Pak ... Bagaimana kalau kita beri tahu Ayah berita ini?"

Pak Bima menatap tegas ke arahku, dari gelagatnya ia setuju.

"Kamu benar, sayang. Baiklah ... Kita kasih tahu Ayah,"

Aku berharap, semoga kali ini Ayah mau membantu dan mengesampingkan obsesinya. Ini demi nyawa orang banyak. Aku, Ibu, dan dedek bayi.

***
Ayah termenung saat aku menceritakan perihal kaburnya Mbak Delta dari penjara. Di wajahnya tersirat kegalauan. Aku tahu, Ayah masih mencintai Mbak Delta. Secara, wanita itu Ibunya Ryu.

"Ayah bersedia membantu kalian, Nak. Mungkin, hanya ini satu-satunya cara untuk Ayah bisa menebus semua kesalahan yang telah Ayah perbuat," ucap Ayah lirih. Wajah pucat itu serius dan tidak main-main dengan ucapannya.

"Ayah ... Apakah Ayah serius?" tanyak Pak Bima memastikan. Secara ia sendiri tahu, sebelumnya Ayah rela melakukan apa saja demi melindungi Mbak Delta.

"Sangat serius, Bima," tegas Ayah.

"Tapi, bukankah Ayah sangat mencintai Mbak Delta?" aku sengaja melontarkan pertanyaan itu. Aku ingin menguji, sampai dimana keseriusan Ayah untuk andil dalam kasus ini.

"Tidak. Ayah sadar, itu bukan cinta. Tapi obsesi. Sudahlah, Rara. Jangan ingatkan Ayah dengan peristiwa itu. Selamanya Ayah merasa berdosa telah menghianati kalian, keluarga Ayah."

***
"Rara ... Itu apa? Kok, kecil banget? Ini kancing baju 'kan?" tanya Pak Bima penasaran saat aku meletakkan sebuah benda berukuran kecil di atas kepala Ryu. lebih tepatnya di antara dua boneka Ryu. Aku yakin, tidak akan ada yang menyadari keberadaan benda ini.

"Sssttt ... Jangan keras-keras, Pak! Ini namanya SPY Camera, sama halnya kamera pengintai." jawabku seraya celingak-celinguk, takutnya ada yang dengar dan mengetahui keberadaan Kamera ini.

"Apa yang akan kamu lakukan dengan benda ini, sayang?" tanya Pak Bima sambil menggaruk belakang telinganya. Ternyata, suamiku ini tidak terlalu pintar. Kegunaan SPY saja ia masih bertanya padaku. Huh! Menyebalkan!

"Pak Bima ini, masa bekerja di kepolisian tidak tahu kegunaannya? Atau jangan-jangan, Pak Bima belum pernah mencobanya? Huuuu ... Cemen!" aku meledek suamiku itu, dengan cara menjulurkan lidahku.

"Tahu, ah! Oh ya ... Kamu yakin, mau meletakkan kamera itu di situ?"

"Seratus persen yakin. Kamera spy cam pengintai memiliki Infra merah yang mampu melihat dalam gelap (type jam tangan, power bank, dll) beberapa memiliki remote jarak jauh, wifi  dan bahkan sensor gerak dan suara. Nah ... Dengan begitu, kita bisa mendeteksi Mbak Delta dengan kamera ini. Jadi kita bisa tahu, kalau-kalau  Mbak Delta mendatangi Ryu. Bagaimana, Rara lebih pintar dari Pak Bima 'kan?"

"Iya, iya. Kamu pintar, deh."

Semoga rencanaku kali ini bakal berhasil. Aku berharap Mbak Delta menemui Ryu, dan ia segera ditangkap.

Hah! Ini benar-benar meresahkan. Belum lagi, perutku tiba-tiba sakit. Mau mengadu pada Pak Bima, aku tidak berani.

***
"Sayang ... Kamu kenapa? Kamu kok, kayak kesakitan begitu? Ada apa, sayang? Jangan menyembunyikan sesuatu dariku. Katakan ada apa?" tanya Pak Bima sesaat setelah aku mengerang kesakitan. Jujur, perutku sakit sekali. Entahlah, antara sakit dan keram.

"Pak ... Aduh!" tiba-tiba aku merasakan sakit di pangkal perut. Aku tidak mengerti, kenapa dengan perutku?

"Sayang ... Ada apa? Kamu sakit perut?" Pak Bima mulai panik.

"I-iya. Sakit sekali, Pak. Hiks ... Hiks,"

"Sayang ... Bersabarlah sedikit, aku akan membawamu bertemu Dokter kandungan. Kamu tenang, ya? Tahan sayang."

Tanpa aba-aba, Pak Bima langsung menggendong dan membawaku menemui Dokter kandungan.

***
"Dok, istri saya kenapa? Apa janinnya baik-baik saja? Kenapa ia bisa tiba-tiba sakit perut?" tanyak Pak Bima tanpa jeda, disambut dengan senyum ramah Dokter Mia.

Aku melihat kepanikan luar biasa dari wajah suamiku. Wajar saja, karena ia tidak ingin terjadi sesuatu padaku dan calon anak kami.

"Bapak tenang saja. Sakit perut saat hamil, termasuk nyeri dan kram perut, merupakan hal yang normal terjadi. Ini bisa menjadi bagian dari proses perubahan tubuh wanita saat hamil. Saat rahim terus membesar untuk memberi ruang pada janin, ini dapat menempatkan tekanan pada otot, sendi, dan pembuluh darah." jelas Dokter pada Pak Bima. Aku sedikit lega mendengarnya. Itu artinya, janinku tidak ada masalah. Syukurlah.

"Jadi, istri dan anak saya baik-baik saja 'kan? Tidak ada hal serius 'kan, Dok?"

"Selebihnya tidak ada. beberapa langkah awal yang bisa dicoba untuk mengatasi sakit atau keram perut oada Ibu Hamil. Ketika rasa nyeri muncul, calon Mama bisa minum air putih hangat. Berganti posisi, misalnya dari duduk menjadi berdiri atau jalan-jalan santai maupun sebaliknya, juga bisa membantu meredakan keluhan ini,"

"Apa lagi, Dok?"

"Berolahraga ringan seperti latihan kegel bisa memperkuat otot panggul dan perut, sekaligus membantu mengurangi rasa sakit saat persalinan nanti. Jangan lupa Mandi air hangat atau kompres perut dengan botol/handuk hangat. Dan yang paling bagus adalah, Bapak sebagai suami memberi pijatan pelan pada bahu dan punggung calon Mama agar calon Mama merasa lebih relaks, sehingga calon Mama bisa mengalihkan pikiran dari rasa nyeri tadi."

Aku senyam-senyum sendiri kala mendengar saran Dokter barusan. Lantas aku terbayang Pak Bima yang tengah memijitku. Ah ... Romantisnya.

"Dipijit? Saran yang bagus, Dok. Kebetulan, saya ahli memijit istri. Hahahah," Pak Bima tertawa kecil, lantas ia melirik dan mengedipkan sebelah matanya padaku. Ih ... Ketahuan genitnya!

BERSAMBUNG

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang