Bagas menghela nafasnya berat, ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Selfi. Padahal ia sudah mencarinya di segala penjuru sekolah, namun hasilnya nihil. Bagas menatap ke lorong menuju belakang sekolah, dengan ragu ia melangkahkan kakinya ke sana. Setidaknya ia harus memastikan Selfi ada di sana atau tidak.
Sebenarnya Bagas tak ada niatan untuk berbicara kasar kepada Selfi, ia hanya terbawa emosi. Beberapa hari ini banyak yang bergosip tentang gadis itu dan sampai ke telinga Bagas. Ia marah dan kesal saat mendengarnya bagaimanapun Selfi adalah gadis yang ia suka.
Bagas melewati rerumputan menuju taman belakang sekolah yang sangat jarang di jamah oleh siswa Siswi karena menyeramkan. Bagas menghentikan langkahnya, ia melihat seorang gadis sedang duduk bersandar di pohon beringin dengan kedua kaki tertekuk dan kepala terbenam. Ia dapat mendengar suara isakkan gadis itu.
Bagas sedikit lega karena akhirnya ia menemukan gadis itu. Bagas melangkah mendekat dengan hati-hati, tak ingin mengejutkan gadis itu. Bagas menatap Selfi lekat dan terus memandangnya, suara isakkan gadis itu pun semakin terdengar jelas. Bahunya pun bergetar, walaupun Bagas tak bisa melihat wajah gadis itu tapi ia yakin jika gadis itu menangis.
"FI..."
"FI"
Selfi tidak berani mengangkat kepalanya, ia merasa begitu kecil dan sangat malu dihadapan banyak orang. Selfi tentu saja sangat tau suara yang memanggilnya barusan. Ia mencoba menenangkan dirinya mengurangi isakkannya, ia berusaha menahan agar tidak menangis lagi.
"Fi" suara itu memanggil lagi.
Perlahan Selfi mengangkat kepalanya, mendongakkan wajahnya melihat cowok yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan tanpa ekspresi Sedikit pun.
Selfi mendengus sebal. "Ngapain lo disini?" tanya Selfi dengan suara serak.
"Lo bilang nggak suka sama gue, lo nggak usah kesini. Dengan lo ngelakuin ini itu sama aja lo kasih harapan lagi ke gue" ucap Selfi sesegukkan. Ia memutar bola matanya tak mau menatap Bagas terlalu lama, ia tak mau Bagas melihatnya menangis seperti ini.
"Gue pengen sendiri"
"Lo pergi aja"
Sebuah tangan terulur dihadapan Selfi, membuatnya bingung. Selfi menatap pria itu lagi, Bagas sedikit tersenyum. Senyuman yang menurut Selfi sangat jarang dilihat banyak orang dan senyum itu membuat jantungnya berdebar tak karuan. Sebisa mungkin ia jangan sampai goyah.
"Maafin gue"
Kedua mata Selfi terbuka lebar, ia langsung mengusap bekas air matanya. Ia menatap Bagas begitu lekat, memperjelas tatapannya karena ia masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Bagas tadi.
"Gue nggak bermaksud ngomong sekasar itu sama lo. Gue tadi lepas kontrol"
"Gue minta maaf" sesal Bagas.
Selfi menghela nafasnya pelan, lalu mengusap ingusnya yang sedikit turun dengan punggung tangannya.
"Lo nggak salah kok, gue aja yang nggak tau diri. Ucapan lo yang di kantin tadi semua bener kok" lirih Selfi kembali sendu.
"Bukan gitu Fi..." Bagas menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia bingung harus menjelaskan seperti apa.
"Omongan lo ada benernya juga ko, orang-orang nilai gue seperti cewek murahan dan nggak punya harga diri. Tapi emang itu adalah cara gue buat dapetin orang yang gue suka. Gue nggak peduli sama omongan mereka, tapi kalo orang yang gue suka udah bilang gitu gue bisa apa" ujar Selfi tersenyum pedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASKARA
Teen FictionDia BAGAS KHATULISTIWA ANGGARA ketua Geng ASKARA. Penguasa Sekolah, penguasa jalananan.