27

21.5K 1.7K 53
                                    


Seseorang mengamati sebuah gedung tua, pakaian yang dikenakannya serba hitam tubuhnya kekar dan pandanganya begitu tajam. Handphonenya bergetar menandakan ada panggilan masuk, langsung ia sambungan dengan earphone Bluetooth yang sudah terpasang ditelinganya.

"Bagaimana?" suara berat itu terdengar sangat dingin dan menyeramkan.

"Kami sudah mengepung tempat ini Tuan, mereka menyekap semua tawanan didalam gudang yang terdapat di gedung ini"

"Bagaimana dengan Bagas? Apakah anak itu sudah bertindak?"

"Dari informasi yang saya dapat ASKARA dan Bagas sedang dalam perjalanan menuju ke gedung ini Tuan. Sudah saya pastikan tidak ada polisi yang akan mencegah mereka, karena anak buah saya juga mengikuti mereka" jelas lelaki itu, matanya tak lengah Sedikit pun dan terus menatap ke gedung tua itu mengawasi setiap pergerakan mereka.

"Jangan serang dulu, tunggu Bagas dan ASKARA datang"

"

Tapi Tuan saya rasa Dimas tidak sendiri ada orang yang membantunya. Karena banyak preman disini, mustahil jika anak itu melakukannya sendiri"

"Saya tau siapa orang dibalik ini semua. Lakukan saja perintah saya, Bagas tak akan berdiam diri melihat anak saya terluka" orang diseberang sana mengatakannya dengan tenang tapi terdapat kekhawatiran yang tersirat.

"Baik Tuan"

"Kalian serang mereka jika keadaan mendesak"

"Laksanakan Tuan"

"Tangkap semua orang yang terlibat dalam kejadian ini, bawa mereka ketempat biasa dalam keadaan hidup. Namun jika sekarat tak apa yang penting masih bisa bernafas" tidak ada ampun bagi mereka yang berani main-main dengan orang yang disayanginya.

"Dan kirim beberapa anak buah mu untuk mengawasi satu rumah, saya sudah kirimkan alamatnya ke ponselmu"

"Siap Tuan"

Panggilan terputus secara sepihak, lalu menatap gedung tua itu dengan senyuman memgerikan. Mereka telah salah memilih tawanan, mereka salah juga telah Bermain-main dengan keluarga BRAWIJAYA.

Bagas dan anggota ASKARA memarkiran motor mereka sedikit jauh dari gedung penyekapan, hal ini sesuai rencana yang telah disusun oleh Bagas tadi.

"Kita masuk sesuai rencana" Bagas berkata tegas, pria itu sedang menahan emosinya.

Mereka pun menyebar sesuai dengan rencana, seratus anggota ASKARA Bagas kerahkan dan membaginya menjadi beberapa kelompok. Ada yang masuk melalui pintu depan, tembok belakang, dan yang lain bertugas menyelamatkan tawanan. Tanpa sepengetahuan SATRIA Sedikit pun gedung itu telah di kepung oleh anggota ASKARA.

Bagas melangkah lebar memasuki gedung tua itu, mengajar siapa saja orang yang menghalangi jalannya. Amarahnya sudah berada dipuncak, sudah dibilang sejak awal bukan jika seseorang berani menyentuh bahkan sampai melukai Selfi Bagas akan menghajarnya tanpa ampun. Bagas akan berubah menjadi pria yang menyeramkan jika sudah seperti ini, tak ada lagi Bagas yang dingin, cuek, lembut dan suka bercanda.

•••
Kesadaran gadis itu perlahan kembali, cahaya yang begitu menyilaukan begitu menusuk matanya. Ruangan ini jauh lebih terang dari pada tempat yang tadi. Ia merasakan sesuatu yang aneh, kedua kaki dan tangannya terasa perih. Mata Selfi melebar begitu melihat kakinya penuh darah dan terikat rantai. Kakinya penuh darah terus mengalir tanpa henti, itu karena rantai yang membelit di kaki dan kedua tangannya.

Hal yang baru ia sadari lagi, dirinya sekarang berada didalam sebuah bak berukuran besar yang terbuat dari kaca seperti aquarium. Selfi hanya bisa menangis, merasakan nyeri di kedua kakinya. Belum cukupkah Dimas menyiksanya, apalagi saat ia mengetahui kenyataan bahwa ibunya ikut terlibat dalam rencana ini. Air matanya tak terbendung lagi, isakkan mulai terdengar menyelimuti keheningan ruangan itu.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang