43

16.8K 1.3K 162
                                    


Gadis itu tengah berbaring lemah di ranjangnya, ia terkena demam karena semalam kehujanan. Di tambah ia mengalami patah hati, tumbang sudah pertahanannya. Selfi menarik selimut tebalnya untuk menutupi seluruh bagian tubuhnya.

Semalam ia benar-benar tidak bisa tidur, untung saja Mamanya dengan sabar dan telaten merawatnya. Semalam ia juga mendapat wejangan panjang lebar dari Burhan, lengkap sudah penderitaannya.

Pintu kamarnya terbuka, Mamanya datang dengan segelas susu hangat dan semangkuk bubur.

Desi menaruhnya di meja dekat ranjang putrinya, ia lalu membuka selimut yang menutupi tubuh Selfi. Meletakan tangannya di atas dahi, untuk mengecek apakah demamnya  turun.

"Makan dulu Fi" ucap Desi sambil mengelus rambut putrinya lembut.

Selfi menggeleng lemah, untuk berkata tidak saja tak mampu.

"Mama buatin bubur, makan ya" ucap Desi berusaha membujuk putrinya untuk makan.

Selfi kembali menggeleng.

"Dua suap ya" ucap Desi lembut.

Selfi kembali menggeleng. "Lima deh" Kali ini mengangguk.

Desi tersenyum tipis. "Ayo bangun, Mama bantu" dengan sabar Desi membantu Selfi untuk duduk.

Desi pun menyuapi putrinya hingga suapan ke lima.

Selfi kembali ingin berbaring namun di cegah Desi.

"Minum dulu susunya sayang" ujar Desi.

Selfi pasrah saja, gadis itu tak sedikit pun membuka matanya katanya pusing. Selfi pun kembali berbaring menyelimuti seluruh bagian tubuhnya.

Desi keluar dari kamar putrinya, tak lupa membawa nampan yang berisi sisa makanan putrinya.

Sejak semalam Selfi tak menyalakan ponselnya, ia tak peduli dengan Bagas dan teman-temannya yang mungkin khawatir dengannya. Selfi juga semalam mewanti-wanti kedua orangtuanya untuk tidak memberitahu siapapun jika dirinya sedang sakit. Selfi hanya ingin istirahat dan butuh waktu untuk sendiri.

•••

Terlihat Bagas tengah sibuk dengan ponselnya, sedari di jam pertama pelajaran hingga jam istirahat pria itu tak fokus. Bagas memikirkan kekasihnya yang sejak semalam tak ada balasan pesan darinya dan ponsel gadis itu pun tidak aktif.

Bagas pun bangkit dari duduknya menuju ke kelas Rani dengan tergesa-gesa, Malik dan Dava yang melihat itu heran.

"Kenapa tuh temen o?" Seru Dava menepuk pundak Malik.

"Kesurupan kuda lumping kali" jawab Malik.

"Kuda lumping? apaan sih?" tanya Dava bingung.

Malik menggeleng cepat. "Lah mana saya tahu, saya kan sukanya tempe"

Dava langsung memukul kepala Malik. "Ikan hiu makan tomat, goblok"

Malik dengan kasar menendang kaki Dava, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Dava yang tersakiti.

"Tunggu dong jangan ditinggalin gitu tanpa ada kepastian" seru Dava.

Malik tak memperdulikan ocehan Dava, ia memilih terus berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sedari tadi berdemo minta diisi.

Bagas kini sudah sampai di kelas Rani, beruntung gadis itu masih berada di kelas. Dengan segera Bagas duduk tepat didepan Rani, fokusnya kini untuk Selfi. Sampai-sampai Bagas tanpa sadar mengabaikan sapaan Via.

"Astaghfirullah, pait-pait" seru Rani kaget karena tiba-tiba Bagas sudah di depannya.

"Semalem lo sama Fi?" ujar Bagas langsung pada intinya.

Rani mengangguk. "Iya kenapa? Tapi gue pulang duluan" balas Rani sedikit kesal, karena pria didepannya sekarang.

"Ponsel Fi nggak aktif dari semalam" jawab Bagas khawatir.

"Itu salah lo" ketus Rani.

Bagas menghela nafasnya berat. "Beneran gue lupa"

"Lo udah tanyain ini ke Om Burhan atau engga Tante Desi?" Tanya Rani, terlihat khawatir.

"Nggak ada yang jawab telpon dari gue" jawab Bagas.

"Kesalahan Lo kali ini fatal banget kayanya" seru Rani menakut-nakuti Bagas.

Bagas menunduk lesu. "Fi semalem liat gue sama Via"

Rani langsung menatap tajam kearah Bagas, dan memukul kepala Bagas menggunakan bukunya.

"Gue juga bakal marah banget bangsat" Seru Rani tak santai.

"Lo itu bisanya bikin temen gue makan ati terus tau nggak"

"Semenjak ada Via lo tuh kaya lupa daratan tau nggak, belum lama loh gas dia disini. Tapi udah tiga kali dia bikin temen gue sakit hati" seru Rani sengaja meninggikan suaranya, karena Via di sana.

"Nggak ada hubungannya sama dia Ran, semuanya itu cuma kebetulan aja" ucap Bagas membela Via.

"Kebetulan yang menyakitkan" ucap Rani tajam.

Via yang mendengar itu menahan untuk tidak tersenyum.

"Fi sakit hati juga karena kebetulan aja?" Setelah mengatakan itu Rani pun bangkit dari duduknya keluar dari kelas.

Suasana hatinya benar-benar kacau, ditambah hari ini Siti tak berangkat sekolah entah karena apa. Kedua sahabatnya benar-benar membuat dirinya khawatir.

Via berjalan mendekat ke Bagas dan duduk di tempat yang tadi di tempati Rani.

"Sorry ya gas, gue nggak tau kalo Lo udah ada janji sama Fi" lirih Via merasa bersalah tapi boong.

Bagas tersenyum tipis lalu mengacak rambut Via. "Ke kantin yuk" ajak Bagas.

Via mengangguk semangat lalu berdiri dan menggandeng lengan Bagas.

"Tau aja kalo gue udah laper" seru Via sok imut.

Bagas hanya tersenyum tipis, Bagas biasa saja saat Via menggandeng lengannya.

Berbeda dengan teman sekelas Selfi dulu, mereka tak suka dengan Via sejak pertama kali kehadiran gadis itu sekolah disini. Mereka lebih mendukung Bagas bersama Selfi dibanding dengan Via.





Jangan emosi

Tahan tahan

Pelakor emang suka gitu tidak tahu diri

Jangan lupa vote dan komen

Follow juga ya sebelum membaca cerita

Makasih yang udah Vote

Ajak teman kalian juga buat baca cerita ini

Byeee.....

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang